Simpatisan Jadi Korban Penganiayaan. Tim RAPI Tuntut Profesionalitas Polres Muna

Kapolres Muna di Tengah-Tengah Massa Aksi

TEGAS.CO,. MUNA – Pilkada Muna semakin memanas dengan beberapa insiden yang terjadi akhir-akhir ini. Pagi tadi sekitaran pukul 5 pagi tepatnya di Jl. Basuki Rahmat, lagi-lagi terjadi kasus penganiayaan yang korbannya melibatkan simpatisan Paslon LM Rajiun Tumada – H. La Pili (RAPI).

R (21) mengutarakan, jika dia telah menjadi korban penganiayaan dengan luka sabetan di sekitar lengan sebelah kiri dan sejumlah kekerasan fisik lainnya, Jumat (30/10/2020).

“Awalnya saya masih tidur kemudian saudara saya datang menyampaikan jika dikejar oleh M, anaknya dan beberapa orang. Saya datang kerumahnya M untuk mengklarifikasi terkait pengejaran mereka terhadap kakak saya. Hanya untuk klarifikasi tidak ada niat untuk lebih. Kakak saya dikejar karena meneriaki rombongan M sedang menarik narik gas motor secara kencang dengan niatan memancing orang-orang yang ada di Mabes Pemenangan RAPI”, ungkapnya.

“Tidak terima ditegur mereka langsung mencari dan mengejar kakak saya. Belum sempat saya bicara, M langsung memegang saya supaya dihajar habis-habisan. Mereka berjumlah sekitaran 6 orang tetapi 3 orang yang memegang senjata tajam. Tangan saya dilukai dengan sajam dan belakang saya dihajar habis-habisan. Saya mengenali mereka semua. Apalagi mereka habis pesta minuman keras di belakang posko salemba. Sekitaran jam 9 pagi saya langsung pergi melapor ke Polres untuk mengantisipasi jatuh banyak korban lagi dan supaya ditangani segera juga,” tambahnya.

Tidak terima simpatisannya jadi korban dan sejumlah kasus yang dilaporkan belum menemui penyelesaian, akhirnya Tim Pemenangan RAPI melakukan Demo ke Mapolres Muna (30/10/2020). Awalnya aksi berjalan tenang hanya orasi biasa. Bakar ban dilakukan di depan Mapolres Muna tetapi kemudian sempat terjadi ketegangan setelah massa aksi berusa memaksa masuk ke dalam. Karena tidak ada kejelasan dari pihak kepolisian untuk melakukan penangkapan akhirnya massa aksi bergeser ke rumah “M” untuk melakukan penangkapan sendiri.

Rumah M yang berada di Jl. Basuki Rahmat didatangi massa tetapi karena tidak menemukan orang yang dicari akhirnya kembali lagi ke Mapolres Muna.

Muharam, salah satu massa aksi menyampaikan kekecewaannya terhadap institusi kepolisian karena tidak cepat melakukan penangkapan atas insiden yang sudah ada korban.

“Kami menyesalkan tindakan kepolisian yang lambat dalam menangani perkara, apalagi nyata-nyatanya sudah ada korban dengan kondisi luka yang jelas. Terkesan pihak kepolisian hanya mencari-cari alasan agar pelaku melarikan diri. Kami minta pihak kepolisian profesional lah, jangan yang melapor kubu sebelah belum sampai 1X24 jam tiba-tiba ada yang ditangkap. Inikan kesannya ada apa. Kami minta bukti nyata untuk segera mengamankan saudara M agar tidak memancing situasi yang lebih lagi. Juga saudara J yang terkesan lambat ditangkap. Lagi-lagi pihak kepolisian menunjukan sikap tidak netralnya dengan dibuktikan lambatnya menangani kasus,”ujarnya.

Kapolres Muna AKBP Debby Adi Nugroho ditengah massa aksi menyampaikan jika pihak kepolisian terus menjaga netralitas dan bekerja secara profesional.

“Apa yang menjadi aspirasi dari rekan-rekan merupakan suatu motivasi bagi kepolisian bahwa polri bekerja tidak berdasarkan tekanan. Berlandaskan pada prosedur dalam pemeriksaan, di dalam sudah ada pemeriksaan para saksi-saksi. Mohon kami jangan ditekan untuk profesionalitas kami. Apabila kami melakukan karena tekanan dan blunder dan itu salah tentu kami berhadapan dengan kode etik internal. Berkaitan dengan aspirasi ada satu peristiwa kami tidak berdasarkan pesanan tetapi berdasarkan semua bukti-bukti yang telah dikumpulkan. Apabila bukti-bukti ini lama kami tidak akan ekspos karena teknik-teknik kami tidak untuk disampaikan secara luas. Karena itu membawakan tanggung jawab untuk kerahasiaan bagi siapapun yang menjadi target tindakan kepolisian”, kata Kapolres Muna.

“Jangan membuat permasalahan baru, karena kita cinta damai karena kita tidak mau pesta demokrasi ternodai dengan provokasi. Kami sudah mengambil keterangan saksi-saksi yang kemudian melaksanakan gelar, dan dari gelar ini kami akan melakukan tindakan sampai dimana. Apabila kami sudah ditunjukkan bukti-bukti yang kuat dan kami tidak bisa menindaklanjuti, saya siap untuk mundur sebagai kapolres tanpa harus dicopot. Kami tidak ada urusan dengan politik hanya urusan kami beban Kamtibmas. Jadi tidak usah disangkut pautkan karena apa gunanya slogan kami untuk selalu mengedepankan netralitas. Jadi tolong bersabar dan kawal kami,” pungkasnya.

Reporter : FAISAL

Editor : YA