TEGAS.CO., KENDARI – Tepat Pada Tanggal 10 November 2020, Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Tetapi mungkin banyak yang belum tahu kenapa pada tanggal tersebut di tetapkan sebagai Hari Hening Cipta untuk mengingat para Pahlawan.
“Perlu kita pahami, momentum tersebut tentunya bukan hanya sekedar hadiah bagi kita saja, tetapi untuk mengenang jasa para Pahlawan yang sudah rela mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” ucap Muh. Rifky Syaiful Rasyid
Maka dari itu kita semua wajib menundukkan kepala Mengheningkan Cipta untuk mengenang jasa-jasa mereka di hari Pahlawan tiap per tanggal 10 November.
Mantan Pengurus SEMA FTIK ini mengatakan, Bahwa Momen 10 November ini dilatarbelakangi dengan pertempuran yang terjadi di Kota Surabaya. Saat itu pertempuran terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia dan akhirnya menjadi simbol perjuangan pahlawan Indonesia terhadap aksi kolonialisme.
“Akhirnya, Pemerintah Indonesia pada tanggal 31 Agustus 1945 mengeluarkan maklumat yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera Merah Putih harus dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia, aksi pengibaran bendera sang saka merah putih pun sampai ke seluruh pelosok di kota Surabaya,” tutur Rifky
Maka, lanjutnya, kita mestinya melakukan hal tersebut karena saya merasa lebih mengenang Hari Pahlawan dari Hari Kemerdekaan, Karena tanpa mereka hari ini kita belum merdeka.
Katanya, Aksi heroik pengibaran bendera di Surabaya tersebut terjadi saat pejuang beraksi melakukan perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, dan menggantinya dengan Merah Putih, peristiwa ini banyak diabadikan dalam buku-buku sejarah Nasional.
“Hingga sekarang, peristiwa pertempuran Surabaya itu diperingati sebagai Hari Pahlawan. Peringatan tersebut tidak juga hanya sekedar untuk mengajak seluruh rakyat Indonesia mengingat peristiwa heroik arek-arek Surabaya, tetapi juga merenungi kembali pengorbanan mereka kepada tanah air yang mereka cintai,” ucapnya.
Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda hanya bentrokan-bentrokan kecil saja.
Namun bentrokan-bentrokan senjata di Surabaya memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby.
Pada tanggal 10 November 1945 subuh pasukan Inggris melakukan aksi yang di sebut Ricklef sebagai “pembersihan berdarah” di seluruh sudut kota.
Serangan mengerikan itu, katanya, dibalas dengan pertahanan rakyat yang galang oleh ribuan warga kota.
“Daripada mengikuti ultimatum meletakan senjata dan meninggalkan kota, arek Surabaya justru memilih tetap bertahan meskipun konsekuensi pilihan tersebut berarti adalah jatuhnya korban jiwa. “Begitu komitmennya mereka untuk bangsa,” terangnya.
Dikisahkannya, pihak Inggris dalam waktu tiga hari telah berhasil merebut kota. Akan tetapi, pertempuran baru benar-benar reda setelah tiga minggu. Hal ini menandakan betapa gigihnya perlawanan arek Surabaya. Dari pertempuran itu, 6000 rakyat Indonesia gugur dan ribuan lainnya meninggalkan kota.
“Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya kala itu. akan tetapi tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan Zaman,” sahutnya Kader PMII tersebut.
Saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, para pahlawan telah mengorbankan nyawanya.
“Mari kita tiru semangat juang para pahlawan yang telah gugur dengan berkontribusi terhadap setiap perkembangan bangsa Indonesia,” tutup Rifky
Reporter: Muhammad Faisal
Editor: H5P