Kisah La Makmur, Pemulung Kota Baubau

Erwin Usman.
Erwin Usman.

TEGAS.CO., BAUBAU – Usianya 70 tahun, sudah sepuh. Namanya tidak senyata nasibnya. Laki-laki tua ini sehari-hari pekerjaannya meminta-minta. Sudah dua bulan terakhir aktivitas mengemis mengharap kemurahan hati warga dilakoninya di kawasan jalan RA Kartini Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra). Dari hasil pekerjaannya, sudah dikumpulkan uang senilai sejuta rupiah lebih dan ditaruhnya di sebuah tas yang dibawanya kemana ia pergi.

Sabtu (28/11/2020) nasib naas menghampirinya. Pada siang sekitar pukul 12.00 WIB, dua orang pemuda tanggung dengan menggunakan sebuah sepeda motor tiba-tiba datang menghampirinya, saat dia sedang duduk beristirahat di depan sebuan bank di bilangan jalan Kartini. Kakek La Makmur awalnya tidak merasa aneh. Sudah sering demikiian ada warga yang mendadak mendekatinya untuk sekedar memberi bantuan sedekah.

Kedua pemuda awalnya menawarkan kakek La Makmur untuk makan, tapi dia menolak karena curiga, apalagi mata keduanya melihat terus ke tas uang yang dipegangnya. Dan yang dikhawatirkan kakek Makmur kejadian. Tas uangnya dijambret oleh dua pemuda bermotor matic. Dia berusaha mempertahankan tas hingga terjatuh di aspal, namun upayanya itu gagal. Kedua penjambret berhasil membawa lari tasnya.

Aksi penjambret merebut tas La Makmur terekam CCTV. Dalam video berdurasi 13 detik yang tersebar di dunia maya terlihat dua orang pemuda menarik paksa tas dari seorang kakek. Video itu telah viral dan banyak menuai tanggapan netizen. Solidaritas muncul, spontan.

“Uang yang dibawa lari itu saya kumpulkan sudah dua bulan lebih untuk membeli kain kafanku,” ujarnya.

Tadi malam, satuan polisi dari Tim Panther (tim gabungan yang dibentuk dua bulan lalu untuk penindakan cepat 24 jam atas gangguan keamanan) dari Polres Kota Baubau telah menangkap satu dari dua orang pelaku. Satu orang lagi sedang dalam pengejaran.

Entah apa yang ada dipikiran kedua pemuda penjambret saat melakukan aksinya. Apakah mereka sedang butuh uang untuk suatu kebutuhan mendesak sekali sehingga mereka jadi berlaku kalap? Atau ada alasan lain? Sejauh ini belum ada informasi. Bagian ini, kita menunggu hasil pemeriksaan polisi.

Kisah kakek La Makmur menyadarkan kita tentang dua hal. Pertama, masih banyak di sekitar kita, saudara kita, yang hidupnya sangat memprihatinkan. Kedua, pemerintah terutama, mesti lebih serius lagi mencipta program konkret untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan. Narasi, kata-kata, dan rencana mesti berkesesuaian dengan fakta dan kenyataan di lapangan. Pesan kuatnya, kita butuh tata kota, bukan tata kata. Kolaborasi dengan beragam elemen masyarakat sipil adalah kunci yang mesti diluaskan tanpa deretan dalih yang hanya membuat kening kita makin berkerut.

#Salam solidaritas.

 

Penulis: Erwin Usman

Editor: B_Kan

Komentar