TEGAS.CO., NUSANTARA – Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara menggelar kegiatan genre mission dalam rangka merencanakan kehidupan berkeluarga bagi remaja tahun 2020. Kegiatan yang berlangsung sehari tersebut dibuka oleh Kepala BKKBN Sultra, Asmar yang diikuti 160 peserta bertempat pada salah satu Hotel ternama di Kendari.
Asmar mengapresiasi semangat dan kreativitas remaja Sulawesi Tenggara yang tergabung dalam genre karena telah meraih berbagai prestasi tingkat nasional. “Ini terbukti bahwa tahun ini remaja kita melalui genre berhasil menjadi juara 1 lomba Tik Tok tingkat nasional dan 2 tahun yang lalu genre Sulawesi Tenggara juga pernah meraih hidup layanan masyarakat,” kata Asmar.
Asmar berharap, semoga ke depan para remaja melalui Genre tetap lebih aktif, kreatif dan inovatif sehingga bisa menampilkan yang terbaik , tidak hanya di daerah tetapi juga di tingkat nasional. “Caranya Remaja harus hindari tiga hal yakni hindari seks pranikah, hindari pernikahan dini dan napza maka bisa menyelamatkan generasi kita,” katanya. Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan Genre Mission, Wiwit Imbarmawati, mengatakan tujuan diselenggarakan kegiatan ini adalah menyiapkan remaja sebagai calon penduduk usia Produktif agar mampu menjadi aktor/pelaku pembangunan serta menyiapkan remaja sebagai calon orang tua agar mampu membangun keluarga berkualitas sehingga melahirkan generasi yang juga berkualitas.(Antaranews.com).
Bagaimana realitas konsep dasar pendidikan di Indonesia? Sekolah-sekolah yang diselenggarakan di negeri ini sudah salah sejak akarnya, yaitu soal konsep dasar dan falsafah pendidikannya. Sekolah-sekolah di negeri ini, sekalipun telah memiliki aturan perundang-undangan yang merancang pendidikan sejak basis pemikiran dasarnya sampai masalah-masalah pelaksanaan teknisnya, yaitu UU No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan peraturan-peraturan turunannya, namun kelihatannya masih belum mencerminkan falsafah dan konsep pendidikan yang benar dan jelas.. Praktik-praktik pendidikan tidak memperlihatkan ke arah sana. Bukti yang paling kasat mata adalah kurikulum dan proses pembelajaran yang dipraktikkan di berbagai sekolah. Pelajaran agama hanya diberi porsi sangat rendah.
Bagaimana mungkin dengan pengajaran agama yang hanya 2 jam per minggu dapat mengajarkan agama dengan baik? Apalagi bercita-cita mewujudkan pribadi yang beragama dan berakhlak mulia. Baru dilihat dari jumlah jam pelajaran saja disangsikan apakah kurikulum di sekolah-sekolah yang ada saat ini mampu mewadahi tujuan yang begitu luhur. Apalagi kalau kurikulum yang dijalankan dibedah sampai ke akarnya. Akan segera semakin nyata ditemukan ketidak mungkinan kurikulum itu mengantarkan peserta didik sesuai dengan tujuan Sisdiknas di atas. Buktinya telah nyata di hadapan mata, secara moral kualitas keluaran pendidikan di negeri ini tidak menghasilkan pribadi-pribadi yang diharapkan.
Kalaupun cerdas cenderung merusak. Kecerdasannya tidak mampu menemukan esensi jati dirinya sehingga lahir pribadi-pribadi yang terpecah. Reduksi agama Islam hanya sebatas pada masalah moral-spiritual adalah bukti proses sekularisasi tengah terjadi di negeri ini.
Untuk itu saatnya kita melirik pada sistem alternatif buatan Pencipta Manusia yang pasti aturan-aturannya melahirkan generasi – generasi yang berkualitas dialah sistem Khilafah. Dalam Khilafah, Remaja dimaknai sebagai generasi penerus bagi generasi sebelumnya. Karena itu, ada ungkapan dalam bahasa Arab, “Syubanu al-yaum rijalu al-ghaddi” [pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang]. Di masa lalu, banyak pemuda hebat karena generasi sebelumnya adalah orang-orang hebat. Karena itu, khilafah memberikan perhatian besar pada generasi muda ini.
Dalam sistem Khilafah pendidikan dimulai dari sejak usia dini, dimana Nabi SAW bersabda “Muru auladakum bi as-shalati wa hum abna’ sab’in.” [Ajarkanlah kepada anak-anakmu Shalat, ketika mereka berusia tujuh tahun]. Hadits ini sebenarnya tidak hanya menitahkan Shalat, tetapi juga hukum syara’ yang lain. Karena Shalat merupakan hukum yang paling menonjol, sehingga hukum inilah yang disebutkan. Disamping itu bekal ilmu dan pembentukan mental yang sehat dan kuat, ditopang dengan pembentukan sikap dan Nafsiyah yang mantap, kehidupan pemuda di era Khilafah jauh dari hura-hura, dugem dan kehidupan hedonistik lainnya. Mereka tidak mengonsumsi miras, atau narkoba, baik sebagai dopping, pelarian atau sejenisnya. Karena ketika mereka mempunyai masalah, keyakinan mereka terhadap qadha’ qadar, rizki dan ajal merupakan perkara keyakinan yang luar biasa. Masalah apapun yang mereka hadapi bisa mereka pecahkan.
Dalam sistem Khilafah Kehidupan pria dan wanita pun dipisah. Tidak ada ikhtilath, khalwat, menarik perhatian lawan jenis [tabarruj], apalagi pacaran hingga perzinaan. Selain berbagai pintu ke sana ditutup rapat, sanksi hukumnya pun tegas dan keras, sehingga membuat siapapun yang hendak melanggar akan berpikir ulang. Dengan pengaturan seperti yang di terapkan dalam Islam maka akan menghasilkan generasi yang berkualitas dunia dan akhirat.
Wallahu A’lam.
Penulis : Ummu Abiyyu (Pemerhati Sosial)
Editor: H5P
Komentar