Mencebur ke Air Es, Warga Jepang Berdoa Agar Dijauhkan dari Covid

Peserta yang mengenakan masker pelindung wajah di tengah wabah Covid-19, berdoa saat mereka mandi es selama upacara untuk memurnikan jiwa mereka dan berharap untuk mengatasi pandemi di kuil Teppozu Inari di Tokyo, Jepang, 10 Januari 2021. (Foto: REUTERS/K
Peserta yang mengenakan masker pelindung wajah di tengah wabah Covid-19, berdoa saat mereka mandi es selama upacara untuk memurnikan jiwa mereka dan berharap untuk mengatasi pandemi di kuil Teppozu Inari di Tokyo, Jepang, 10 Januari 2021. (Foto: REUTERS/K) 

 

TEGAS.CO., Di Jepang, ritual pemurnian jiwa tahun ini juga dimanfaatkan untuk memanjaatkan doa supaya pandemi Covid-19 segera berakhir. Panduan jaga jarak membuat perkumpulan jadi lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pertengahan Januari di Tokyo, beberapa orang berkumpul di kuil Teppou-zu Inari untuk melakukan sebuah ritual Shinto yang sudah berlangsung 66 tahun. Mereka melepas pakaian dan mencebur ke dalam kolam yang dingin. Mereka meyakini ritual itu bisa memurnikan jiwa. Selain itu, mereka juga memohon agar pandemi Covid-19 segera berakhir.
Shinji Ooi adalah seorang peserta dan Ketua Kelompok Paroki Kuil.

“Saya berdoa agar virus corona segera berakhir. Saya juga berdoa agar kita bisa menjalani kehidupan normal seperti biasa,” katanya.

Shinji Ooi, 65 tahun, mengepalai sebuah kelompok paroki di kuil itu. Ia juga ikut mencebur bersama peserta lain. Tahun lalu, ritual itu diikuti lebih dari 100 orang. Namun akibat pandemi virus corona, peserta tahun ini menjadi hanya satu lusin. Ini artinya, suhu air lebih dingin dari biasanya.

“Biasanya pesertanya lebih banyak, dan membuat suhu air jadi sedikit lebih hangat. Tapi tahun ini pesertanya hanya 12 orang, jadi airnya sangat dingin,” kata seorang peserta, Naoaki Yamaguchi.

Bahkan di bawah langit cerah sekalipun, suhunya sekitar lima derajat Celcius. Ini artinya para peserta harus melakukan banyak pemanasan sebelum menceburkan diri ke dalam kolam berisi air dan es balok. Apalagi mereka hanya mengenakan kain celana dalam untuk laki-laki dan gaun putih tipis bagi perempuan.
Penyelenggara mangadakan upacara ritual ini setiap hari Minggu kedua pada bulan Januari. Tema tahun ini termasuk “menghalau epidemi.” Penyelenggara melarang kehadiran penonton untuk tahun ini.
Sumber: www.voaindonesia.com
Publisher: B_Kan

Komentar