TEGAS.CO., NUSANTARA – Lagi-lagi viral seorang anak melaporkan ibu kandungnya ke kepolisian di Lombok Tengah. Hal ini bermula karena hanya perebutan masalah motor yang menurut pelapor si ibu terlihat ingin menguasai kendaraan roda dua tersebut secara pribadi. Mendengar laporan tersebut AKP Priyo Suhartono menolaknya secara mentah-mentah. Priyo memberikan pesan penting bahwa ibu adalah sosok paling berjasa dalam hidup kita jangan sampai karena hanya masalah motor kita menjadi anak durhaka, tuturnya. (Tribun News.com Lombok)
AKP Priyo Suhartono juga menuturkan “Mohon maaf bos kalau anda mengejar motor itu sampai anda berselisih karena motor, maka harga diri anda hanya sebatas motor” tegasnya.Hal yang sama juga pernah terjadi di Demak, Jawa Tengah seorang anak melaporkan ibunya karena dugaan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang diawali dari sang ibu membuang pakaian anaknya lalu geramlah sang anak. (kompas.com)
Mengapa kejadian seperti diatas terus saja berulang di tengah kehidupan keluarga Indonesia? Rasa kasih sayang seolah luntur berubah menjadi perilaku beringas bertindak sesuka hati tanpa menggunakan akal sehat.
Kerapuhan keluarga Indonesia menunjukkan berbagai fakta mengenaskan salah satu faktornya adalah tidak berjalannya fungsi keluarga secara ideal. Ini bisa dilihat dari beberapa indikator termasuk perceraian dan tingkat kesejahteraan yang belum dicapai.
Penerapan sistem kehidupan yang salah adalah penyebabnya, gagalnya demokrasi menciptakan hubungan harmonis antara ibu dan anakpun terlihat jelas. Bukankah berbakti, mengasihi dan saling menjaga sudah seharusnya ditanamkan sejak dini pada pilar terkecil bangsa yakni keluarga. Namun hal itu tidak akan pernah bisa terwujud jika aqidah yang ditanamkan hanyalah sebatas asas manfaat untung rugi dan tidak lebih dari itu.
Disisi lain para ibu dan anak hanya dijadikan sebagai tumbal sistem ekonomi politik dan budaya peran dan fungsi keibuan hilang karena mereka disibukkan bahkan dipaksa menjadi tulang punggung keluarga. Jadilah generasi menjadi liar dan tidak terkendali mereka haus akan kasih sayang dan membutuhkan contoh panutan. Inilah bukti nyata eksploitasi sistematis dalam sistem kapitalis saat ini.
Kebebasan yang kebablasan
Kebebasan bertingkah laku di negeri ini banyak melahirkan masalah. Nilaii liberal yang mereka anut hanya menghasilkan generasi durhaka. Walhasil kemuliaan seorang ibu tidak lagi ditempatkan pada posisinya. Banyak dari mereka dihardik dibentak bahkan diolok-olok oleh anaknya yang sudah beranjak dewasa. Astagfirullah, dan publik kembali bertanya dimanakah peran negara sebagai pelindung ibu dan anak?
Keluarga dalam pelukan syariat Islam
Dalam Islam keluarga merupakan unit terpenting karena darinya lah lahir generasi-generasi yang akan menjadi mercusuar peradaban. Seorang ibu juga diposisikan sebagai sekolah pertama dan utama bagi putra putrinya (Ummun warabbat al- bayt ). Ibu dan pengatur urusan rumahnya. Jika kapitalisme mengeliminasi peran ibu justru Islam memuliakannya.
Suatu waktu Asma ra bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah mengutamakan laki-laki dari wanita, maka kami mengimanimu dan mengikutimu. Dan kami para wanita serba terbatas dan kurang (dalam amal) . Tugas kami hanyalah menjaga rumah dan melayani suami. Kami mengandung anak-anak mereka, sedangkan kaum laki-laki memiliki keutamaan berjamaah, menyaksikan mayat dan berjihad. Apabila mereka berjihad kami menjaga harta dan memelihara harta mereka . Apakah kami dapat menyamai mereka dalam pahala, Wahai Rasulullah?
Lalu rasul saw bersabda “ pernahkah kalian mendengar dari wanita pertanyaan yang lebih baik dari ini? Kalau semua itu kalian lakukan dengan sebaik baiknya niscaya kalian akan mendapatkan pahala yang didapatkan dari suami-suami kalian.”
Islam telah memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan agar fungsi tersebut dapat dijalankan secara optimal. Sehingga dia tidak usah bersusah payah untuk mencari nafkah karena kewajiban tersebut akan dibebankan kepada para ayah sebagai tulang punggung keluarga.
Negara juga akan memfasilitasi agar para suami bisa mendapatkan lapangan pekerjaan dengan cara yang halal. Dan jika pihak-pihak yang menafkahi sudah tidak ada maka negara mengambil peran penuh dalam penjaminan hidup kaum ibu.
Kita dibuat terkagum kagum dengan hukum Islam. Lihat saja dimasa Umar bin Abdul Aziz kesejahteraan terpampang nyata. Khalifah Umar menggunakan kas baitul mal (kas negara) untuk memakmurkan rakyatnya. Masyarakat yang sakit disediakan pengobatan gratis.
Subhanallah berkat pengelolaan keuangan yang benar sampai tidak ditemukan orang miskin pada masa itu keberkahan dilangit dan dibumi turun menyelimuti kaum muslimin. Hanya di bawah pelukan syariat Islam. Ketahanan keluarga akan terwujud sebab Islam akan mengembalikan peran ibu pada tempatnya. Maka tak heran generasi ulama dan pejuang akan kembali mengisi kancah perpolitikan dunia. Insya Allah sebentar lagi masa itu akan datang. Wallahu alam bishawab.
Penulis: Nida Fitri Azizah (Enterpreneur Muda)
Editor: H5P
Komentar