TEGAS.CO., INTERNASIONAL – Indonesia akan melanjutkan rencana untuk memperpanjang pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung yang didukung China ke Surabaya meskipun Jepang menolak untuk bergabung dengan proyek yang diperbesar, kata kementerian investasi Selasa.
Pemerintah telah menawarkan China kesempatan untuk ambil bagian dalam memperluas jalur kereta api ke kota terbesar kedua di Indonesia dan terbuka untuk negara lain yang berinvestasi di sini, kata Jodi Mahardi, juru bicara Kementerian Kelautan dan Investasi.
Tokyo telah menolak undangan Jakarta untuk konsorsium investor Jepang untuk menandatangani proyek yang diperpanjang, dengan mengatakan pihaknya fokus pada proyek kereta api kecepatan menengah yang menghubungkan ibu kota Indonesia ke Surabaya, kata Jodi.
“Mereka ingin fokus di jalur utara dulu,” kata Jodi kepada BeritaBenar.
Proyek kereta api yang didukung Jepang melintasi sisi utara Jawa, pulau terpadat dan terbangun di Indonesia.
Namun, pemerintah Indonesia menginginkan jalur kereta api berkecepatan tinggi tujuan Surabaya melewati sisi selatan pulau. Pemerintah percaya bahwa perpanjangan akan membuat proyek lebih ekonomis, kata Jodi.
Luhut Pandjaitan, Menteri Investasi Indonesia, mengatakan kepada Beijing minggu lalu bahwa pihaknya dapat membangun perpanjangan kereta api berkecepatan tinggi. Dia membuat tawaran itu saat bertemu dengan Wang Yi, menteri luar negeri China yang sedang berkunjung.
“Presiden Joko Widodo telah memberi tahu Presiden Xi Jinping bahwa RRT [Republik Rakyat Tiongkok] dapat berpartisipasi dalam proyek tersebut,” kata Luhut dalam sebuah pernyataan pada 14 Januari.
China akan menyelidiki proyek tersebut, kata Jodi.
“Satu tim ahli China akan dikirim untuk melakukan studi tentang proyek tersebut,” katanya.
“Pada dasarnya kami terbuka untuk investor dari mana saja, termasuk Jepang. Mereka masih diterima, ”katanya.
Minggu lalu, Ren Hongpeng, wakil presiden China Railway Group Limited (CREC), mengatakan perusahaan berkomitmen untuk menyelesaikan proyek kereta Jakarta-Bandung tepat waktu.
“Meski kami mengalami kesulitan akibat pandemi, kami tetap akan berusaha menyelesaikan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sesuai jadwal,” kata kantor berita negara Indonesia Antara, mengutip Ren usai pertemuan di Beijing dengan Duta Besar Indonesia untuk China.
Konsorsium yang membangun rel cepat Jakarta-Bandung senilai US $ 6 miliar, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), mengatakan pada Desember proyek tersebut sudah 64 persen selesai, dan dijadwalkan rampung tahun depan.
Jalur Jakarta-Bandung 142 kilometer (88,2 mil) diharapkan mempersingkat waktu perjalanan antara kedua kota melalui kereta api menjadi 40 menit dari 3 jam, menurut media pemerintah China.
Awalnya Jepang berencana membangun kereta cepat Jakarta-Bandung, tetapi Jakarta memberikan proyek tersebut kepada China setelah Beijing setuju memberikan pinjaman tanpa jaminan pemerintah.
Diluncurkan oleh Jokowi pada tahun 2016, ini adalah proyek andalan di Indonesia di bawah One Belt, One Road (OBOR) China yang kontroversial, dengan perkiraan lebih dari US $ 1 triliun inisiatif untuk membangun jaringan kereta api, pelabuhan, dan jembatan di 70 negara.
Djauhari Oratmangun, utusan Indonesia untuk Beijing, mengatakan kedua pemerintah berkomitmen pada proyek tersebut, yang dapat membuka jalan bagi investasi lain oleh China.
“Saya berharap proyek ini segera selesai. Setelah proyek ini selesai, akan ada pembahasan proyek-proyek selanjutnya, ”kata Djauhari.
Pada tahun 2019, Indonesia dan Jepang menandatangani kesepakatan mengenai garis besar proyek rel kecepatan menengah Jakarta-Surabaya 700 km (435 mil) setelah dua tahun negosiasi, dengan investasi awal sebesar 60 triliun rupiah ($ 4,3 miliar).
Proyek ini diharapkan dapat mempersingkat perjalanan kereta Jakarta-Surabaya menjadi 5 jam 30 menit, dari saat ini lebih dari 10 jam. Konstruksi dijadwalkan dimulai pada 2022 dan selesai pada 2025.
Jepang vs Cina
Sebagai kekuatan Asia yang sedang berkembang, China menginginkan peran yang lebih besar di Indonesia – negara terbesar di Asia Tenggara – menurut seorang pengamat.
“Jepang dan Cina… sedang berusaha mencapai hegemoni di Indonesia. Tentu saja, Jepang tidak menginginkan [pengaruh China yang lebih besar], karena mereka sudah lama berinvestasi di sini, ”Yusuf Rendy Manilet, seorang ekonom di Pusat Reformasi Ekonomi Indonesia, sebuah wadah pemikir, mengatakan kepada BeritaBenar.
Pemerintah masih bisa melibatkan negara lain dalam proyek tersebut melalui dana kekayaan negara yang disebut Otoritas Investasi Indonesia, yang diluncurkan bulan ini, katanya.
“Kalau pemerintah berhasil menjalankan [dana] itu, bisa menjadi pintu masuk pembiayaan proyek kereta cepat,” kata Yusuf.
Dalam pandangannya, Korea Selatan bisa menjadi investor potensial dalam proyek rel kecepatan tinggi.
“Korea Selatan juga berpengalaman membangun jalur rel berkecepatan tinggi. Selain itu, tren saat ini Korea Selatan dan Indonesia sedang berbulan madu dalam kerjasama ekonomi karena banyak investasi baru yang datang dari sana, ”ujarnya.
Sumber: https://www.benarnews.org/
PUBLISHER: MAS’UD tegas.co
Komentar