TEGAS.CO., VOA – Pada awal penutupan wilayah di Wuhan, China tahun lalu, Fang Fang mulai menuliskan pengalamannya soal ketakutan, kematian, dan peristiwa sehari-hari dalam hidupnya di kota tempat virus corona itu mulai menyebar ke seluruh dunia.
Sewaktu menjalani karantina yang dimulai bulan Januari selama 76 hari, postingan di blognya yang mengecam langkah-langkah yang diberlakukan para pejabat, ia juga menuntut penyelidikan.
Menghindari sensor daring, Fang menggambarkan orang-orang sakit yang berkeliaran di jalan-jalan yang sepi, tidak mendapatkan perawatan di rumah sakit yang kewalahan menerima pasien. Fang juga menggambarkan bagaimana dia menangis di sebuah apartemen kecil tempat ia tinggal sendirian bersama anjingnya yang sudah tua.
Bagi jutaan orang, tulisan salah seorang penulis paling terkenal di China itu mengoreksi bahwa warga “harus menerima sepenuhnya” narasi pemerintah dan media resmi.
Dengan marah, kaum nasionalis menyerang Fang pada awal April, meskipun ia memiliki jutaan penggemar di media sosial China, Weibo. Pada saat itu, media resmi pemerintah menggambarkan postingannya sebagai sesuatu yang menginspirasi, “dengan narasi yang jelas, emosi yang nyata, dan gaya yang lugas”.
Di luar China, HarperCollins pada bulan November menerbitkan kiriman postingannya dalam banyak bahasa. Michael Berry, seorang profesor Amerika yang menerjemahkan ke bahasa Inggris mengatakan kepada VOA, buku harian Fang itu adalah “surat cinta” untuk Wuhan, di mana saat itu sedikitnya 3.869 orang meninggal karena virus corona, menurut Komisi Kesehatan Kota Wuhan.
Kini, pada peringatan satu tahun karantina di Wuhan, ada kemarahan yang kebangkitan kembali dari kaum nasionalis China atas kritikannya terhadap penanganan virus corona oleh otoritas lokal dan nasional.
Netizen, termasuk beberapa cendekiawan dan intelektual China yang terkenal, sekali lagi menyebut Fang pengkhianat karena COVID-19 yang pertama kali terjadi di Wuhan, telah menewaskan lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia, menurut data dari Pusat Sumber Daya virus Corona Johns Hopkins AS.
Sumber: www.voaindonesia.com
Publisher: B_Kan
Komentar