Warga Pekalongan Digegerkan dengan Banjir Berwarna Merah

Air Banjir Berwarna Merah di Pekalongan

TEGAS.CO,. Nusantara – Warga kelurahan Jenggot, Pekalongan, Jawa Tengah digegerkan dengan banjir berwarna merah yang terjadi pada, Sabtu (6/2). Warga pun heran dengan fenomena yang baru pertama kali terjadi itu.

Mereka menduga air banjir berwarna merah tersebut berasal dari tumpahan bahan pewarna batik. Saat banjir dan musim hujan seperti sekarang ini seluruh kegiatan diliburkan. Mengutip sumber kompas.com, kondisi air berwarna merah terlihat dengan jelas dan dalam jumlah banyak.

Iklan KPU Sultra

“Biasanya tidak pernah terjadi air banjir warnanya merah. Kayaknya ini karena obat batik yang jatuh ke air,” kata Furqon.

Furqon menambahkan, banjir berwarna merah membuat warga keluar rumah dan menikmati pemandangan unik tersebut.

Sejauh ini air banjir tersebut tidak menimbulkan efek gatal pada kulit. Lurah Jenggot, Taibin membenarkan kondisi tersebut. Berdasarkan informasi, kata dia, air banjir yang berwarna merah diduga karena ada warga yang sengaja membuang bahan pewarna batik.

“Ada yang sengaja membuang obat batik, jadi itu bukan limbah batik. Karena sejak kemarin wilayah Jenggot dan sekitarnya tidak ada aktivitas produksi jadi tidak ada limbah. Apalagi hari ini hujan sejak malam,” tuturnya.

Taibin mengaku sampai saat ini belum mengetahui siapa yang melakukan hal tersebut.

“Saya dapat info itu obat sisa yang dibuang. Saya sedang cari informasi siapa pelakunya,” ungkap Tabiin.

Diberitakan sebelumnya, curah hujan tinggi ditambah gelombang pasang air laut membuat ribuan rumah dalam 16 kelurahan di kota Pekalongan, Jawa Tengah terendam banjir.

Banjir paling parah melanda kelurahan Degayu dan Pasirkratonkramat, dengan ketinggian air 20 sentimeter hingga 60 sentimeter. Selain rumah warga, banjir tersebut juga menggenangi akses jalan yang mengakibatkan aktivitas warga terganggu.

Khodori (32) warga Kelurahan Pasirkratonkramat mengatakan banjir yang datang sejak Kamis (4/2/2021) pagi bertambah tinggi hingga siang. Hal itu karena terus meluapnya Sungai Loji yang tidak bisa menampung debit air akibat curah hujan tinggi.

“Warga sudah menyedot air banjir dengan pompa tapi airnya kembali lagi. Kalau dihitung banjir sudah tiga kali terjadi. Rata-rata karena meluapnya sungai saat hujan deras turun lebih dari empat jam,” kata Khodori.

Khodori menambahkan sejumlah warga memilih mengungsi ke kerabat dan keluarga karena takut banjir bertambah besar. Ia masih bertahan di rumah karena menjaga keluarga dan hewan ternak.

“Tiga kali banjir baru kali ini besar dan terus bertambah airnya,” ungkap dia.

Reporter : FAISAL

Editor : YA

Komentar