Menyoal Urgensi Pembangunan Gubernur, Begini Jawaban Telak Kadis Cipta Karya Sultra

Kepala Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara, Pahri Yamsul
Kepala Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara, Pahri Yamsul

TEGAS.CO., SULAWESI TENGGARA – Adanya kontroversi dan ragam pertanyaan serta pernyataan tentang urgensi pembangunan Gubernur Sulawesi Tenggara, H. Ali Mazi, SH, bagi masyarakat Sultra dari beberapa lembaga dan organisasi masyarakat (Ormas), yang mana diantaranya, Lembaga Pemuda Pelajar (AP2) Sulawesi Tenggara (Sultra) beberapa waktu lalu (25/02), mendapat jawaban telak dari Kepala Dinas (Kadis) Cipta Karya, Bina Kontruksi dan Tata Ruang, Pahri Yamsul.

Dalam wawancaranya dengan pihak tegas.co di kediamannya, Sabtu malam (26/02/2021) Kadis yang 10 tahun dikenal sebagai eksekutor pembangunan infrastruktur Sultra itu, membeberkan tentang urgensinya pembangunan rumah sakit (RS) Jantung dan Pembuluh Darah di Sultra, hingga menjadi salah satu program unggulan pembangunan Gubernur Sultra.

“Kalau mau dibilang urgensi, saya pikir sangat urgensi karena di rumah sakit umum daerah (RSUD) Bahteramas dari data yang diberikan kepada kami, lebih dari 2000 pasien harus menunggu hanya untuk pemasangan kateter di RS tersebut, sehingga masyarakat Sultra yang ingin berobat lebih memilih ke Jakarta ketimbang harus menunggu antrean panjang dengan penyakit jantung yang diderita,” ujarnya.

Desain Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah di Kota Kendari
Desain Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah di Kota Kendari

Hal inilah, kata Pahri yang menjadi salah satu inspirasi Gubernur Sultra pada saat itu untuk mendirikan rumah sakit jantung, karena memang akan sangat dibutuhkan masyarakat.

Untuk di wilayah timur Indonesia, lanjutnya, belum terdapat rumah sakit jantung dan pembuluh darah selain yang ada di RS Harapan Kita, sehingga masyarakat harus ke Jakarta lagi untuk berobat jantung, padahal kenapa kita tidak menangkap peluang itu.

“Kalau sudah ada kan, seluruh fasilitas tersedia di dekat kita dan akan sangat baik prospeknya, itu yang perlu kita tangkap, jadi kita harus berpikir lompatan kita jauh ke depan, kita tidak boleh berpikir untuk saat ini saja tetapi untuk beberapa tahun ke depan,” pesan Pahri.

Menyoal tentang jalan rusak dibeberapa titik yang diduga tidak diprioritaskan pembangunannya sehingga menjadi ladang kecelakaan lalu lintas dan memakan korban jiwa, dikatakan Kadis yang sukses menata kawasan RTH KONI itu, setiap kali mengadakan rapat bersama Dinas Bina Marga Prov. Sultra, mereka selalu membicarakan urgensi terkait jalan, perencanaannya pun sampai ribuan kilo meter, jadi untuk jalan rusak seperti Raha-Lakapera semua sudah siap ditangani, hanya saja semua memerlukan proses.

Dari sisi jalan, selama ini pihaknya melihat, memang banyak sekali aspirasi, karena itu memang hal urgen. Namun, lanjut Pahri, itu semua penanganannya terbagi, mulai dari balai jalan, jalan kabupaten, jalan pemerintah pusat, dan jalan pemerintah provinsi.

Dilemanya, ujar ketua cabor shockball itu, jika dinas-dinas pembangunan hanya berfokus kepada jalan saja, lalu kapan pembangunan yang lain akan dimulai. “Pada akhirnya, saat kita akan memulai, kita telah tertinggal jauh dari daerah lain”.

“Salah satu contoh mengapa gubernur menginisiasi pembangunan-pembangunan yang ada, sebagai prioritas. Karena memandang potensi ekonominya yang besar dan juga manfaatnya untuk masyarakat. Sepeti rumah sakit jantung dan pembuluh darah yang memiliki pangsa pasar se-Indonesia Timur,” jelasnya.

Adapun pertanyaan tentang urgensi pembangunan perpustakaan di tengah masyarakat yang melek informasi hanya dengan sekedar googling, santai Pahri menjawab dengan sedikit berkaca ke negara Amerika sebagai negara Adi Daya paling maju.

“Amerika sampai sekarang tetap memajukan perpustakaan. Perpustakaan itu pusat informasi dunia, bagaimana bisa kita paham tentang dunia jika tidak pernah membaca, bagaimana kita bisa berpikir kalau kita tidak tahu persoalan-persoalan apa di dunia ini. Jadi saya pikir kalau sisi urgensi, sangat urgen tergantung dari sudut mana kita memandangnya,” tukasnya bijak.

Perpustakaan Modern Berbasis Esukasi Digital di Kota Kendari
Perpustakaan Modern Berbasis Esukasi Digital di Kota Kendari

Diterangkan Pahri, konsep dari perpustakaan hasil pemikiran gubernur itu, bukan hanya sekedar membaca buku seperti perpustakaan pada umumnya yang dipikirkan masyarakat, namun lebih mengarah kepada perpustakaan digital, jadi disediakan bacaan secara manual tetapi juga ada baca bukunya secara online.

Ditegaskannya pula, semua orang dapat mengakses internet, tetapi tidak semua orang dapat mengakses buku secara utuh di Google. “Kalau di perpustakaan nanti, semua dapat meminjam buku yang ada di seluruh dunia secara lengkap, tinggal diklik dan akan hilang kembali sesuai jangka peminjaman buku saat registrasi”.

“Jadi konsep perpustakaan ini lebih mengarah ke sistem edukasi berbasis digital,” imbuhnya.

Nantinya di sana, jelas Pahri, bukan hanya disediakan perpustakan tetapi juga tempat-tempat hiburan lainnya, seperti sarana olahraga, belanja, startbucks, dan hal kekinian lainnya. Semakin lengkap pula, karena ditunjang dengan bebas akses wi-fi gratis bagi seluruh pengunjung perpustakaan. Perpustakaan yang terlink di seluruh dunia ini juga akan menyediakan edukasi seni dan budaya, edukasi keselamatan saat bencana alam, dan program lainnya, dengan mentor berkualitas dibidangnya.

“Untuk peminjaman buku nantinya, cukup dengan registrasi tanpa harus membayar apapun,” beber Pahri melengkapi pernyataannya tentang perpustakaan yang dibangunnya.

Rencananya, pada bulan Agustus mendatang, dipastikan seluruh elemen pembangunan telah rangkum, dan akan diserahterimakan ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Sultra.

Tugu MTQ merupakan salah satu icon Sultra yang di Kota Kendari
Tugu MTQ merupakan salah satu icon Sultra yang di Kota Kendari

Dalam wawancara tersebut, Pahri juga memberikan klarifikasinya soal adanya pernyataan tentang Tugu MTQ yang tidak terawat, “Dari 11,4 hektar luas Tugu MTQ, apakah semua tidak terawat, masih banyak tempat-tempat di area tugu yang dimanfaatkan masyarakat. Adapun terdapat lokasi yang dianggap tidak terawat, dengan luas seperti itu dan keterbatasan dana untuk pemeliharaannya tentu kami juga kerepotan. Namun, tetap dipelihara icon Sultra itu. Jadi keliru jika ada yang mengatakan kalau tidak dirawat”.

“Kami membayar sekitar 4 orang untuk memotong rumput di MTQ. Dengan luas sekitar 11,4 hektar, ketika memotong dari depan dan selesai sampai ke belakang sana (area belakang Tugu MTQ) pasti area depan sudah tinggi lagi rumputnya, karena waktu pemotongan yang memakan waktu, jadi karena sebab itulah ada segelintir orang menyebutnya hutan dalam kota, tetapi mereka tidak tahu upaya-upaya apa yang kami lakukan dengan segalah keterbatasan,” terangnya.

Tetapi, katanya, kalaupun terdapat alang-alang liar yang sedikit tinggi, itu hanya sebagian kecil dari tugu MTQ, masih banyak segmen-segmen lain yang sering digunakan dan itu semua baik sekali.

“Sampai saat ini, banyak izin penggunaan area MTQ yang masuk, misal Dispora, komunitas pejalan kaki, senam jantung sehat dan yang lainnya. Mereka memanfaatkan area sekitaran Tugu MTQ karena memang banyak spot-spot yang menarik,” tutupnya orang nomor satu di Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi dan Tata Ruang itu. Adv.

H5P

Komentar