TEGAS.CO,. KONAWE KEPULAUAN – Mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) yang tergabung dalam organisasi pencinta alam MAHACALA (Mahasiswa Pencinta Alam) bersama sejumlah pemuda Konawe Kepulauan (Konkep) berkolaborasi dalam kegiatan Ekspedisi Gua Wawonii, Senin (5/4), dengan tema “Pentingnya Menjaga Kawasan Karst dan Pemanfaatannya di Kemudian Hari”.
Dalam ekspedisi tersebut, Mahacala UHO bersama pemuda setempat akan menyambangi 3 (tiga) gua yang terdapat di pulau Wawonii, yaitu 1 (satu) gua berada di Desa Mataiwoi dan 2 (dua) gua berada di Desa Lansilowo.
Dikutip dari video Youtube melalui akun pribadi Amal Arf, saat wawancara, Ketua Tim Mahacala UHO, Sarman mengatakan bahwa saat melakukan ekspedisi ke gua yang terdapat di desa Mataiwoi, Ia dan rekan-rekannya bersama sejumlah pemuda setempat menemukan tulang belulang manusia dan pecahan gerabah yang berserakan.
“Berdasarkan penilaian Opdik dari fosil-fosil tulang belulang yang kami temukan, gua tersebut dahulu bukan tempat pemukiman, melainkan tempat pengumpulan mayat atau penguburan. Hal tersebut terlihat dari posisi tulang belulang yang tersebar ke mana-mana”, katanya menjelaskan.
“Dan terkait picahan gerabah tersebut, bisa saja tempayan tempat sesajian atau sebagainya. Kami harapkan kedepanya ketika memasuki sebuah gua, kita jangan mengambil apapun yang berada di dalam gua tersebut dan jangan meninggalkan apapun kecuali jejak kaki”, pungkasnya.
Di tempat berbeda, Amal Rezky Fauzi selaku pemuda Konkep yang memandu Mahacala saat melakukan ekspedisi gua menyampaikan bahwa saat pertama kali mengetahui akan ada ekspedisi yang dilakukan oleh Mahacala UHO, ia dan rekan-rekannya berniat untuk gabung dalam ekspedisi tersebut.
“Mengetahui hal tersebut kamipun tidak menyia-nyiakannya buat gabung guna melakukan ekspedisi beberapa gua yang berada di pulau Wawonii, dan ekspedisi kali ini ada 3 titik gua, 2 berada di kawasan desa Lansilowo dan satu berada di kawasan desa Mataiwoi kecamatan wawonii utara”, jelasnya.
“saat kami memasuki gua yang terdapat di desa Mataiwoi, di dalam gua tidak lupa kami menyimpan tanda berbentuk segi empat berwarna kuning sebagai penanda yang di sebut stasiun. Setelah beberapa menit dalam gua dan melihat isi dalam gua tersebut kamipun bergegas keluar dari dalam gua dan hanya menyisahkan jejak kaki”, tutupnya.
Reporter : Arkam Asrulgazali
Editor : YA
Komentar