Hari Kedua Sekolah Wartawan, Mencari Identitas Wartawan Dengan Sebuah Makna “Kejujuran”

Peserta sekolah wartawan kelas materi UKW hari kedua via Zoom
Peserta sekolah wartawan kelas materi UKW hari kedua via Zoom

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Penyelenggaraan kelas materi Uji Kompetensi Wartawan (UKW) hari kedua melalui aplikasi Zoom semakin menarik dan masuk pada inti kerja-kerja jurnalistik, Jumat (30/4).

Kegiatan yang dibuka dengan pengantar menggambarkan tentang Koran DI’S Way milik Dahlan Iskan mantan menteri BUMN pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, lewat sentuhan tangan kerja kerasnya tercipta judul-judul tulisan yang menginspirasi dengan gaya mengupas sebuah topik dengan literasi yang kuat.

“Hari kedua ini materinya mengupas tentang berita-berita yang telah dipublish oleh para peserta terkait materi hari pertama. Saya menemui masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan,” ujar Agung Santoso saat memberikan materi melalui Aplikasi Zoom.

“Masih ada penulisan gelar terhadap nama seseorang yang kurang tepat karena kesannya akan cenderung seperti mendewakan seseorang, terkecuali pada seorang akademisi baru boleh penulisan nama gelar,” sambungnya.

“Masih adanya penyebutan Bapak/Ibu, kesalahan penempatan tanda petik serta melebih-lebihkan keterangan narasumber. Ini kesannya melebih-lebihkan dan membangun opini sendiri yang tentu saja terjadi manipulasi informasi. Ini harus diperbaiki sesuai kaidah dan aturan serta kode etik jurnalistik,” terangnya.

Dalam kesempatan itu Agung juga menjelaskan terkait bagaimana membangun Wawancara, mencari Narasumber, menyunting berita, teknik reportase dan penggunaan IT yang baik.

“Dalam melakukan wawancara seorang wartawan dituntut untuk Independent seperti membuat berita dalam kejadian kebakaran, kerangka pikiran terucap kalau sudah terbiasa, yang dikatakan 5W+1H itu mana saja, kalau sudah terbiasa dalam melakukan pencarian, mengelola dan membuat tentu saja dengan kasus kebakaran tersebut akan lebih mudah dan cepat dalam membuat berita,” ungkapnya.

“Dengan semakin banyaknya narasumber tentu saja berpengaruh positif terhadap sang wartawan karena menunjukan keluwesan bergaul dan konektivitas yang kuat. Tentu saja semakin banyak narasumber semakin lebih baik dalam keberimbangan, kecepatan dan akurasi sebuah berita,” tambahnya.

“Pembuatan berita akan menjadi semakin baik jika tetap memperhatikan 5W+1H dengan memperhatikan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik,” tegasnya.

Agung juga berpesan kepada wartan untuk jujur dalam mengungkapkan dan membuat berita.

“Jangan membiasakan membangun opini sendiri, jika kebiasaan ini akan merusak dan menabrak kode etik jurnalistik. Lebih gawat jika karena kesalahan itu harus berurusan dengan pihak kepolisian. Jadi harus melakukan pengecekan secara detai atas sebuah informasi”, sambungnya.

“Bahasa jurnalistik juga harus dikroscek dengan teliti. Kami tentu saja berharap dengan kejujuran para wartawan pada saat mengikuti uji kompetensi akan melahirkan wartawan yang semakin profesional,” tutup wartawan senior sekaligus ketua inisiator sekolah wartawan tersebut.

FAISAL/YA

Komentar