Kunker ke Sultra, Ini Sasaran Wamendag dan Wa Ode Rabia

Kunker Wamendag Jerry Sambuaga dan anggota DPD RI Wa Ode Rabia disalah satu pasar di Kepulauan Buton

TEGAS.CO,. BUTON – Kunjungan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga dan anggota DPD RI Wa Ode Rabiah Al Adawiah Ridwan di Kabupaten Buton dan Wakatobi Sulawesi Tenggara (Sultra) selain melakukan peninjauan di beberapa pasar, juga bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) dengan Kepala Daerah se-Kepulauan Buton.

Rakor dalam rangka peningkatan komoditas ekspor unggulan serta sinkronisasi kebijakan sektor perdagangan di wilayah Kepulauan Buton dipimpin langsung oleh Wamendag RI pada hari kedua kunkernya di Buton. Kamis (27/52021).

Kata Wa Ode Rabiah, kunker Wamendag dalam waktu 2 hari tersebut mulai dari peninjauan lokasi tambang Aspal dan Sentra Tenun Buton, serta kunjungan ke Pasar Rakyat dan mengecek Sistem Resi Gudang (SRG).

Terkait kunjungan ini, Rabia menjelaskan bahwa Kinerja DPD RI secara fungsional tentunya dilihat dari sejauh mana anggota DPD RI dapat menyerap aspirasi secara obyektif dan maksimal.

Melalui kunjungan ini, Rabia berikhtiar untuk mengupayakan dan mengawal segala bentuk kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan, khususnya baik via sistem Resi Gudang maupun revitalisasi pasar.

“Tidak hanya itu, masih banyak program pemerintah yang perlu diperjuangkan bersama demi pembangunan di daerah”, ucap Rabia.

Rabia mengatakan, sebagai anggota Komite II DPD RI yang mitra kerjanya dengan Kementerian Perdagangan, dia akan mendukung program-program yang pro kepada masyarakat daerah. Terutama yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan dan kemajuan daerah khususnya Sultra.

Rabia juga mengatakan, bahwa di Komite II DPD RI membidangi sektor Pertanian, perkebunan, perikanan dan sumber daya lainnya.

“Dibutuhkan dukungan dan kerjasama pemerintah untuk memastikan hasil pertanian dan perikanan, baik kemudian dipastikan pasarnya jelas. Sehingga petani sejahtera”, ungkap Rabia.

Lebih jauh Rabia menjelaskan, bahwa pasar rakyat merupakan penggerak roda perekonomian masyarakat regional maupun nasional, sekakigus pasar rakyat juga memiliki kedekatan dengan aspek sosial dan budaya masyarakat setempat.

Lanjutnya, masih ada beberapa daerah di Sultra yang membutuhkan program revitalisasi pasar dari Kementerian Perdagangan RI.

“Saat saya berkunjung, saya melihat ada bangunan pasar yang sudah rubuh dan tidak layak pakai, ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah” katanya melanjutkan.

Menurutnya, perlunya revitalisasi pasar di Sultra karena melalui pasar rakyat dapat meningkatkan pendapatan para pedagangnya. Pasar yang telah direvitalisasi mampu berperan sebagai penyangga ketersediaan bahan pokok, sehingga nantinya akan menjadi barometer stabilisasi harga pangan.

“Kenaikan transaksi dari pasar yang nyaman dan sudah direnovasi dengan memenuhi SNI Pasar Rakyat dan protokol kesehatan diharapkan bisa meningkat signifikan,” tambahnya.

Selain itu, terkait kunjungan wamen mengenai SRG, Rabia menjelaskan bahwa di Sultra membutuhkan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG).

Menurutnya, SRG ini merupakan solusi bagi para petani yang selama ini  diperhadapkan dengan pilihan sulit ketika musim panen tiba yang bersamaan dan harga komoditi yang anjlok. Penggunaan SRG dapat meningkatkan kesejahteraan petani, petambak, nelayan, peternak, dan pelaku usaha mikro kecil, terutama yang bergerak di sektor komoditas.

“Dengan SRG ini petani bisa menyimpan barangnya, komoditasnya lebih dari 3-6 bulan. Ketika harga sudah mulai naik, sudah bisa dijual,” Ucap Rabia.

Selain itu, petani dan nelayan yang memanfaatkan jasa SRG juga lebih mudah mendapatkan skema pembiayaan berupa pinjaman modal usaha dari bank rekanan, agunannya komoditi yang disimpannya tersebut.

“Ini tentunya bisa menghindari masalah yang selama ini petani kita hadapi”, imbuhnya.

Ia mengatakan Sultra memiliki sumber daya alam melimlah yang dapat dikembangkan dan memiliki nilai jual. Menurutnya, perlunya mengangkat komoditas Sulawesi Tenggara untuk menjadi komoditas ekspor, baik dari hasil pertanian, perkebunan dan perikanan. Komoditas ini tersebar di 17 Kab/Kota di Sulawesi Tenggara.

“Tinggal bagaimana diolah dengan baik yang tidak hanya dalam bentuk gelondongan melainkan sudah dalam bentuk komoditas layak ekspor”, tutur Rabia.

Rabia mengatakan, Sultra kaya akan sumber daya perikanannya. Posisinya yang berada di antara laut flores (masuk dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP) -713) dan laut banda (WPP-714) sehingga tergolong sebagai salah satu daerah yang memiliki hasil perikanan cukup besar di Indonesia.

Berdasarkan analisis Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), potensi sumber daya ikan di perairan Sultra mencapai sekitar 1 juta ton per tahun. Potensi sektor perikanan itu membuat sektor tersebut menjadi salah satu sektor utama perekonomian Sultra.

“Sumber daya ini adalah potensi dan harus dapat dikelola dengan baik sebagai lokomotif dan penggerak ekonomi di Sultra”.

Ia pun menyarankan agar Sulawesi Tenggara dalam mengelola perikanan dilakukan dengan mengikuti zaman yaitu dengan menggunakan teknologi dan manajemen yang baik.

“Jadi inti teknisnya adalah penerapan teknologi dan manajemen, lalu faktor pendukungnya adalah kebijakan pemerintah seperti kebijakan perbankan, regulasi yang dipermudah dan seterusnya, lalu pemerintah juga harus menyiapkan SDM dengan pelatihan pendidikan dan penyuluhan,” ucapnya.

Rabia mengharapkan peran serta dukungan dari semua pihak untuk bersama-sama berkontribusi pada pembangunan daerah di Sultra.

“Semoga pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan dapat memberikan dukungan bagi Sultra dalam hal peningkatan sektor perdagangan demi membantu pemulihan ekonomi nasional”, harap Rabia

Peliput : LRA11

Editor : YA

Komentar