Penderitaan Umat Muslim Dunia dan Pengkhianatan Zionis

Zulhilda Nurwulan, S. Pd

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Pekikan takbir di malam lebaran selalu membawa kebahagiaan bagi umat muslim yang telah melaksanakan ibadah ramadhan selama sebulan penuh. Riuh gemuruh suara takbir menghiasi masjid-masjid sekaligus langgar-langgar yang ada di berbagai pelosok desa. Namun, lebaran tahun 2021 ini amat berbeda dengan lebaran-lebaran pada tahun sebelumnya. Kali ini menjadi lebaran yang tersedih sepanjang sejarah umat muslim di dunia. Saat muslim Indonesia tengah bersuka cita merayakan kemenangan ramadhan, dalam kondisi yang lain saudara muslim di Palestina tengah berjuang melawan kekejaman rezim zionis Israel. Anak-anak Palestina terluka, dihujani bom, bergelimang darah bahkan rumah-rumah mereka runtuh. Tak ada lagi rumah tempat berlindung, tak ada lagi ibu tempat berpeluk, tak ada lagi ayah tempat bersembunyi.

Sebagaimana dilaporkan dari Gaza, Minggu (16/5) pagi waktu setempat, Israel kembali melancarkan serangan udara ke wilayah Palestina di Jalur Gaza. Dari serangan itu beberapa rumah hancur dan 42 warga Palestina tewas 10 diantaranya anak-anak. Betapa keadaan ini mengguncang nurani kita sebagai sesama muslim. Hal ini merupakan nestapa panjang yang selalu berulang setiap waktu di Gaza, Palestina.

Bukan cuma itu, penindasan yang sama juga dialami umat muslim di belahan dunia yang lain. Muslim Rohingya di Myanmar, muslim Uighur di Xianjiang, muslim Kahsmir di India, dan muslim-muslim yang lain pun turut mengalami keadaan serupa, mereka kehilangan sanak saudara, rumah mereka dihancurkan termasuk rumah ibadah mereka. Bahkan, hak memiliki identitas pun tidak diberikan. Sejak genosid diaruskan terus-menerus ke Muslim Rohingya, Uighur, Khasmir dan yang lainnya sejak saat itu pula kemeriahan lebaran tak lagi dirasakan oleh mereka.

Lebaran kali ini merupakan lebaran tersulit bagi umat islam di dunia. Berbeda dengan Indonesia, muslim dunia yang lain melalui lebaran dengan ketakutan dan ancaman. Seperti yang tengah dialami muslim Uighur, sejak penghapusan dan peruntuhan 36 masjid dan bangunan keagamaan lainnya oleh pemerintah setempat sejak 2017, suasana lebaran tak lagi terasa indah seperti sebelumnya. Tak ada pekikan takbir sebagai penanda mulainya 1 Syawal, tak ada gemuruh azan, bahkan mereka solat pun masih dalam pengawasan pemerintah setempat. Lalu, apakah muslim Uighur dan yang lain tak pantas merayakan lebaran?

Derita Muslim Dunia, Kewajiban Dunia Internasional

Rasa nasionalisme yang tersemat dalam tubuh kaum muslimin hari ini sungguh membawa derita. Tangis saudara muslim Rohingya, Uighur, Khasmir, Syam, Palestina dan yang lainnya tak lagi menjadi tangisan muslim dunia. Kerat-kerat nasionalisme yang mengikat kaum muslimin seolah membentuk tembok beton di mata sebagian pemerintah negeri muslim untuk menutup mata dari derita yang tengah melanda saudara muslim yang lain.

PBB yang melegalkan diri sebagai lembaga perlindungan internasional tampaknya bersikap berbeda jika terkait permasalahan kaum muslim. Di sisi lain, sebagian pemimpin negeri muslim nyatanya menaruh hati pada negeri penjajah bahkan sampai menjalankan kerjasama internasional dalam beberapa bidang sepeti perdagangan, ekonomi, budaya hingga politik. Adapun beberapa negeri muslim yang menjalankan kerjasama dengan negeri penjajah diantaranya Iran yang menjalin kerjasama dengan China, Arab Saudi dengan Amerika Serikat, Turki yang menjalin hubungan dagang dengan Israel.

Sebagaimana dikutip dari laman resmi Kementerian Perdagangan Turki pada Sabtu (15/5/2021), hubungan harmonis dalam perdagangan Republik Turki dan Israel sudah terjalin selama puluhan tahun, dan kecenderungannya terus mengalami peningkatan. Tak ada yang benar-benar melindungi umat muslim dunia, para pemimpin kaum muslim hanya mengecam dan sedikit menggertak tindakan zionis kafir penjajah namun tak sedikitpun melakukan tindakan balasan. Walhasil, para zionis dengan mudahnya berkhianat pada perjanjian mereka sendiri. Hal ini terbukti dengan adanya perjanjian gencatan senjata yang terjadi antara Palestina dan Israel yang pada akhirnya dikhianati oleh Israel dengan kembali melakukan serangan sesaat setelah mengeluarkan perjanjian gencatan senjata.

KH. Rochmat S. Labib, seorang ulama sekaligus pengamat politik islam menyatakan jika kaum kafir akan terus memusuhi umat islam hingga hari akhir. Ia pun mengatakan bahwa permusuhan yang terjadi antar umat islam dan kaum kafir bukanlah hal baru. Sebagaimana yang telah tertulis dalam banyak dalil al-qur’an diantaranya QS. Al-Baqarah ayat 120, diberitakan bahwa orang-orang Nasrani dan Yahudi tidak akan merasa senang hingga kaum muslim mengikuti agama mereka. Inilah yang tengah dipaksakan oleh kaum kafir yang hidup di negara-negara muslim minoritas. Dengan demikian, tindakan yang keliru jika masih berharap pada pemimpin negeri muslim yang sejatinya masih mendukung atau bahkan menjalin kerjasama dengan negeri kaum kafir dalam beberapa hal. Umat islam butuh pemimpin yang peduli terhadap masyarakat, pemimpin yang mampu menjaga keamanan dan kesejahteraan rakyat serta pemimpin yang tidak berpihak pada kaum kafir harbi, yaitu kaum kafir yang memusuhi umat islam. Lantas apa yang bisa menyelamatkan saudara muslim yang terjajah?

Sudah Saatnya Islam Memimpin Dunia

Sejak kemunduran islam pada abad ke 19 yang diawali dengan runtuhnya kesultanan islam di Turki Utsmani pada 1924 yang lalu, umat islam dunia merasakan penderitaan, penjajahan baik secara fisik maupun pemikiran. Sejak saat itupula berbagai ideologi kafir masuk dalam tubuh umat islam dan menghancurkan kepribadian islam dalam tubuh umat.

Perjuangan kafir barat untuk menjatuhkan islam begitu keras. Bahkan, mereka mempelajari al-qur’an bukan untuk menerapkan melainkan untuk menjatuhkan ajaran islam. Tidak hanya itu, mereka pun mendirikan kampus-kampus berbau islam di negeri-negeri barat kemudian mengajak para mahasiswa muslim untuk belajar di sana dan mengajarkan islam yang sesuai dengan pandangan mereka. Apapun yang mereka lakukan tidak lain demi untuk mencegah tegaknya islam sebagai ideologi paripurna di seluruh dunia sebagaimana yang sudah mereka ketahui bahwa islam adalah agama besar yang kuat. Mereka pun menyadari jika islam tegak maka mereka tidak akan mampu lagi menerapkan ide-ide kafir mereka dalam kehidupan dan hal yang pasti bahwa mereka tidak akan mendapat keuntungan sedikitpun dari segi material.

Oleh karena itu, sebagai agama yang kompleks dan paripurna sudah saatnya islam di dakwahkan sebagai satu-satunya ideologi yang mampu menyelesaikan masalah internasional pun yang mampu mengakhiri penderitaan umat muslim di seluruh dunia dengan berbagai keutamaan yang dimiliki islam baik dari segi pemimpin dan kepemimpinan maupun solusi-solusi yang diberikan yang berasal dari al-qur’an juga syariat islam. Wallahu’alam biishowwab.

Oleh : Zulhilda Nurwulan, S. Pd (Relawan Opini Kendari)

 

Komentar