TEGAS.CO, BAUBAU – Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, La Nyalla Mattalitti bersama rombongan melakukan kunjungan kerja di kota Baubau. Kedatangannya di sambut langsung oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra serta Walikota Baubau beserta jajaran Forkopimda. Kamis (17/6/2021)
Setelah ziarah ke makam Sultan Murhum dan mendapatkan gelar sebagai Mia Ogeno AA, La Nyalla Mahmud Mattalitti mengikuti acara Ramah Tamah yang berlangsung di Rujab Walikota Baubau.
Dalam sambutannya, LA Nyalla mengucapkan terimakasih atas sambutan yang hangat di Bumi Seribu Benteng itu.
Kata dia, jika menyebut pulau Buton, setiap orang pasti akan teringat dengan aspalnya. Sebab di pulau itulah cadangan aspal ditaksir dapat melayani kebutuhan aspal nasional.
“Di tahun 2024 nanti, aspal Buton akan genap berusia 100 tahun atau 1 abad”, katanya.
“Pertanyaannya, apakah kita akan bersuka cita menyambut 1 abad aspal Buton, atau justru bersedih karena pemerintah belum juga mampu mendayagunakan anugerah Tuhan ini dengan maksimal dan optimal untuk kemajuan bangsa dan negara ini”, tambahnya.
Sebab, kata dia, sampai saat ini pemerintah terus membangun infrastruktur jalan tanpa menggunakan aspal Buton. Dengan segudang alasan, termasuk tidak efisiennya aspal Buton menjadi alasan pemerintah melakukan impor aspal minyak.
Ditambahkannya, upaya-upaya pemerintah dalam mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan aspal Buton saat ini dirasa masih kurang tepat sasaran serta tidak menyentuh inti substansi dari permasalahan yang sebenarnya.
“Yang harus menjadi perhatian pemerintah adalah bagaimana mengoptimalkan produksi aspal Buton untuk mengurangi impor aspal minyak”, harapnya.
Saat ini, lanjutnya, produksi aspal Buton dalam bentuk granular tidak lebih dari 70 ribu ton per tahun. Sedangkan kebutuhan aspal nasional mencapai 1 juta ton per tahun dan masih harus dipenuhi dari aspal minyak impor.
Baca juga : La Ode Budi : Provinsi Kepton Peradaban Baru Masyarakat Buton
“Dan kalau pun sekarang ini Pemerintah berhasil mengupayakan untuk mengoptimalkan produksi aspal Buton granular dari 70.000 ton per tahun, misalnya menjadi 350.000 ton per tahun. Maka tetap saja Indonesia masih akan harus terus mengimpor aspal minyak sebesar 650.000 ton per tahun”, terangnya.
“Memang benar, kita bisa mengurangi sebagian impor aspal minyak dari 1 juta ton per tahun menjadi 650.000 ton per tahun. Tetapi upaya-upaya ini masih kurang tepat sasaran dan tidak menyentuh inti substansi dari permasalahan aspal Buton yang sebenarnya”, ujarnya.
2024 menjadi tahun bersejarah aspal Buton, sudah seharusnya menjadi tonggak nasionalisme bangsa Indonesia dengan menjadikan aspal Buton sebagai pengganti aspal minyak impor.
“Hal itu seharusnya bisa dilakukan dengan visi besar kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Terutama dengan cadangan deposit aspal Buton yang sangat melimpah, dan mampu menggantikan aspal minyak impor yang jumlahnya sebesar 1 juta ton pertahun”, ucapnya.
Untuk menggantikan aspal minyak impor 1 juta ton per tahun, aspal Buton harus diproses terlebih dahulu menjadi aspal Buton “full” ekstraksi.
Teknologi untuk melakukan proses ekstraksi secara handal dan ekonomis sekarang ini sudah ada. Dengan asumsi kandungan bitumen rata-rata adalah 20 persen, maka untuk menghasilkan aspal Buton “full” ekstraksi sejumlah 1 juta ton per tahun, diperlukan bahan baku sebanyak 5 juta ton per tahun.
Dengan mengetahui inti permasalahan aspal Buton yang sebenarnya, maka Pemerintah harus segera mengupayakan langkah-langkah strategis sebagai berikut:
1. Membuat “Road Map” untuk mampu menggantikan 1 juta ton per tahun aspal minyak impor dengan 1 juta ton per tahun aspal Buton “full” ekstraksi dalam kurun waktu 10 tahun.
2. Melakukan asesmen dan pengkajian yang mendalam terhadap kehandalan dan keekonomian dari Teknologi Ekstraksi.
4. Menunjuk sebuah BUMN atau BUMD untuk segera membangun Pabrik Ekstraksi Aspal Buton.
5. Melakukan penataan ulang IUP-IUP untuk mendukung penyediaan bahan baku 5 juta ton per tahun dalam waktu 10 tahun ke depan.
6. Menghentikan impor aspal minyak dan menggantikannya dengan aspal Buton “full” ekstraksi secara bertahap.
“Tahun 2024 tidak akan lama lagi. Oleh karena itu Pemerintah harus segera melakukan langkah-langkah konkrit, taktis dan strategis agar segala sesuatunya dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan dalam Road Map”, sebut La Nyalla.
Lebih jauh dijelaskannya, permasalahan lain yang perlu dibenahi masih cukup banyak dan bervariasi. Namun dengan adanya acuan “Road Map” untuk kurun waktu 10 tahun ke depan, maka segala sesuatunya akan dapat dikelola dengan baik dan terarah, terutama hal-hal yang berkaitan dengan masalah- masalah “Kawasan Ekonomi Khusus”, investasi, infrastruktur, terbukanya lapangan kerja baru, keselamatan kerja, dan lingkungan hidup.
“Dan pada tahun 2024, saat kita peringati 1 abad aspal Buton, Pabrik Ekstraksi Aspal Buton sudah harus selesai dibangun. Pabrik sudah harus dapat beroperasi, dan berproduksi secara optimal. Produk akhir yang akan dihasilkan adalah aspal Buton “full” ekstraksi penetrasi 60/70 yang mampu menggantikan aspal minyak impor”, pesannya.
“Saya yakin, pemerintah dan masyarakat Buton mampu mendorong terwujudnya cita- cita besar tersebut, dengan momentum 1 abad aspal Buton. Apalagi masyarakat Buton adalah keturunan dari para Resi, yang disebut oleh Mpu Prapanca dalam kitab Negarakertagama sebagai Negeri Keresian, atau tempat tinggal para Resi”, jelasnya.
“Sehingga tidak heran bila di sini banyak sekali warisan leluhur yang ditinggalkan, seperti naskah kuno, kuburan raja dan sultan, benteng pertahanan keraton, mesjid dan meriam-meriam tua”, tutupnya
Kegiatan berakhir dengan Foto Bersama serta berbagi Cenderamata Oleh Gubernur Sultra Ali Mazi Kepada Ketua DPD RI La Nyala Mattalitti dilanjutkan dengan Walikota Baubau A.S Tamrin Dan Ketua DPRD kota Baubau H Zahari SE.
JSR / YA
Komentar