Darurat Krisis Pangan Dunia Butuh Perisai

Elpiani Basir S.Pd (Relawan Opini)
Elpiani Basir S.Pd (Relawan Opini)

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Program Pangan Dunia (WFP) mendengungkan bahwa jutaan warga di Myanmar kini menghadapi ancaman krisis pangan dan kelaparan ekstrem. Ekonomi dan sistem perbankan nasional negeri itu telah lumpuh sejak perebutan kekuasaan militer yang mendorong pemimpin sipil Aung San Suu Kyi lengser pada Februari lalu.

Mata pencaharian telah hilang setelah pemogokan dan penutupan pabrik, harga bahan bakar melonjak dan mereka yang cukup beruntung memiliki tabungan bank harus mengantre sepanjang hari untuk menarik uang tunai. Bertualang di tempat umum untuk mencari nafkah juga mengancam keselamatan dengan latar belakang tindakan keras tanpa pandang bulu dan brutal oleh pasukan keamanan terhadap perbedaan pendapat yang telah menewaskan lebih dari 800 warga sipil (Lentera Sultra.com, 29/5/2021).

Hal yang serupa juga terjadi di Suriah. Sebuah negara yang telah mengalami konflik selama satu dekade. Sebanyak 12,4 juta dari 16 juta warga Suriah menderita kerawanan pangan. Mereka harus berbagi roti, bahkan setiap hari harus makan secuil. Itupun jika mereka mendapatkan makanan pokok, kalau tidak mereka akan menahan lapar hingga esok harinya (republika.co.id, 1/6/21).

Krisis pangan yang melanda dunia merupakan akibat dari penerapan sistem kapitalisme yang eksploratif merusak alam, iklim dan perekonomian semakin kacau dan parahnya lagi di saat belahan bumi yang lain kelaparan, masih ada negara yang mengalami surplus pangan. Tapi sayang sekat nasionalisme telah mampu mempengaruhi kemanusiaan untuk mengulurkan bantuan.

Padahal mereka sama-sama muslim, tak sedikit pun hati mereka tergerak untuk memberikan bantuan, tidak ada rasa bersalah melihat kondisi negara lain yang mengalami kelaparan karena menganggap bukan di negara sendiri sungguh ironis hidup di dalam sistem kapitalis sekuler. Sistem kapitalis sekuler hari ini membuat kehidupan manusia semakin kacau mengkerdilkan wilayah dan juga bantuan kemanusiaan yang seharusnya bisa di dapatkan.

Dunia Butuh Perisai

Kondisi ini sangat berbeda dengan masa lampau, di saat kaum muslim memiliki seorang Kholifah. Ia bertindak sebagai pengayom dan pengurus urusan rakyat. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khaththab. Saat itu dunia arab sedang dilanda bencana kekeringan. Hingga membuat masyarakat hijrah ke ibu kota pemerintahan demi mendapatkan bantuan. Sang Khalifah dengan tangan terbuka menerima mereka, meski berasal dari wilayah nun jauh di sana.

Beliau menjadi pemimpin panutan, senantiasa mendahulukan rakyatnya. Umar tak akan makan sebelum seluruh rakyatnya kenyang. Bahkan soal makanan pun tak ingin dikhususkan. Sang khalifah hanya makan makanan yang sama seperti rakyatnya, minyak zaitun dan roti.

Tindakan yang dilakukan lainnya adalah menulis surat kepada para wali di wilayah lain. Isinya tentang permintaan bantuan makanan. Hal tersebut langsung ditanggapi positif, Saad bin Abi Waqas yang saat itu menjadi Gubernur Mesir langsung mengirimkan bantuan bahan pangan.

Masalah ini adalah salah satu alasan mengapa kita butuh junnah (perisai). Karena akan selalu melindungi kita dari keterpurukan. Perisai itu adalah pemimpin yang memahami tanggung jawabnya sebagai kepala negara sekaligus sebagai seorang muslim yang terikat dengan hukum Allah.

Perlunya menyatukan wilayah di bawah satu perisai agar syu’ur keislaman terjaga. Jika ada saudaranya yang menderita, kaum muslim lainnya akan langsung mengulurkan tangan. Karena mereka merasa ada ikatan persaudaraan. Meskipun berbeda suku, warna kulit, bahasa hingga geografi. Tidak seperti saat ini, karena tak ada pemimpin yang satu dan sekat nasionalisme umat jadi terpecah dan individualis.

Satu-satunya solusi untuk membebaskan dunia dari krisis pangan adalah dengan mengembalikan kepemimpinan umat kepada Islam sejarah telah membuktikan Islam mampu mensejahterakan dan menyatukan berbagai belahan bumi tanpa sekat nasionalisme dalam kurun waktu yang sangat lama di bawah naungan khilafah Islam. Wallahu A’lam bissawab.

Penulis : Elpiani Basir S.Pd (Relawan Opini)

Editor : Yusrif

Komentar