Peluang dan Tantangan SMK Menghadapi Era Industri 4.0

MUCHLIS, M.Pd (Kepala SMK Negeri 2 Mawasangka)
MUCHLIS, M.Pd (Kepala SMK Negeri 2 Mawasangka)

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Sejarah Industri diawali revolusi industri generasi pertama ditandai oleh penggunaan mesin uap untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan. Kemudian, generasi kedua, melalui penerapan konsep produksi massal dan mulai dimanfaatkannya tenaga listrik. Dan, generasi ketiga, ditandai dengan penggunaan teknologi otomasi dalam kegiatan industry.

Pada revolusi industri keempat, menjadi lompatan besar bagi sektor industri, dimana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik.

Iklan KPU Sultra

Pada era revolusi Industri keempat ini yang biasa dikenal era 4.0 kita berada di ambang pintu revolusi teknologi yang secara fundamental akan mengubah cara hidup kita, cara kita bekerja, dan cara kita bekerja satu sama lain dalam lingkup domestik maupun mondial.

Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Ini termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things (IoT), komputasi awan dan komputasi kognitif.

Perubahan ini, yakni dunia harus merespons perubahan tersebut dengan cara yang terintegrasi dan komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik itu pelaku politik global, mulai dari sektor pemerintah sampai sektor swasta, akademik, perusahaan, dan tentu saja masyarakat luas.

Salah satu yang harus merespon perubahan tersebut adalah dunia pendidikan terutama sekolah yang berbasis teknologi yaitu SMK yang memiliki peran mempersiapkan tenaga terdidik yang terlatih, sebagaimana tujuannya yaitu penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.

Peluang

Revolusi industri 4.0 membuka peluang yang luas bagi siapapun untuk maju. Teknologi informasi yang semakin mudah terakses hingga ke seluruh pelosok menyebabkan semua orang dapat terhubung didalam sebuah jejaring sosial.

Banjir informasi seperti yang diprediksikan Futurolog Alvin Tofler (1970) menjadi realitas yang ditemukan di era revolusi industri saat ini. Informasi yang sangat melimpah ini menyediakan manfaat yang besar untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun perekonomian.

Jalaluddin Rakhmat (1997:6) membagi era informasi kedalam lima karakteristik, yaitu Kekayaan, Teknosfer, Infosfer, Sosiosfer, dan Psikosfer. Karakteristik informasi sebagai kekayaan menunjukkan bahwa informasi yang diterima dan dikuasai seseorang dapat dimanfaatkan untuk sarana akumulasi kekayaan atau sumber komersialisasi.

Dalam konteks ini, siswa dapat mempromosikan hasil kreasinya kepada publik melalui jejaring media sosial untuk mendapatkan tanggapan atau respon sehingga dapat dijadikan ukuran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas produknya.

Telah banyak kisah sukses pengusaha-pengusaha muda atau bahkan ibu rumah tangga dalam menjalan bisnis mereka dengan memanfaatan teknologi informasi khususnya media sosial. Kunci kesuksesan mereka adalah menjual produk inovatif, menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen, dan tentu saja kreatif.

Karakteristik informasi yang kedua adalah teknosfer atau pola lingkungan teknologi. Masyarakat di era revolusi industri 4.0 memiliki ketergantungan yang sangat besar dalam menggunakan teknologi informasi.

Sebuah survey pada tahun 2014 dilakukan oleh Nokia yang sampai saat ini masih dapat dijadikan referensi, menemukan temuan-temuan yang mengejutkan mengenai tingkat ketergantungan manusia terhadap teknologi. Pertama, rata-rata hamper setiap enam setengah menit seseorang mengecek ponselnya. Bahkan dalam waktu 16 jam saat orang beraktivitas, mereka melakukan 150 kali per hari untuk memerika ponsel mereka. Kedua, satu dari empat orang mengakui durasi onlinenya lebih banyak daripada durasi tidurnya dalam setiap harinya.

Ketiga, 1.500 responden di Inggris menghabiskan waktunya dengan bermedia sosial selama 62 juta jam per hari. Keempat, perempuan lebih sering berselancar di facebook daripada laki-laki. Kelima, tingkat kecanduan terhadap media sosial seperti twitter dan facebook lebih tinggi daripada merokok (sumber:http://www.beritasatu.com/gaya-hidup/)

Fakta ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh siswa maupun alumni SMK untuk memasarkan produknya dengan menggunakan pasar virtual di media sosial. Saat ini pasar atau toko secara fisik tidak lagi populer. Di samping ongkos pembangunan atau sewanya mahal, pasar konvensional makin sulit dijangkau karena kepadatan lalu lintas dan mahalnya biaya transportasi.

Daya jangkau teknologi informasi tidak hanya berskala lokal tetapi hingga skala global. Melalui internet, akses informasi dapat dijangkau hingga ke berbagai penjuru dunia. Fakta ini menjadi peluang bagi para wirausahawan muda untuk mempromosikan produk-produk kreatifnya hingga ke berbagai belahan dunia.

Karakteristik era informasi lainnya adalah pergeseran lingkungan komunikasi sosial. Dulu para guru, kyai, ulama, pendeta, birokrat dan politisi memiliki pengaruh yang besar sebagai agen sosialisasi. Namun saat ini, peran sosialisasi tradisional mereka telah diambil alih oleh media komputer dan smarth phone.

Efek ketergantungan yang tinggi dalam penggunaan media informasi digital telah membentuk opini setiap individu. Saat ini setiap orang memiliki akses yang tinggi untuk terlibat aktif untuk memberikan dan membagikan opini kepada pihak lain melalui media sosial online. Virtual, walaupun secara geografis berjauhan tetapi didekatkan dengan media sosial. Hal ini menjadi peluang untuk saling bekerja sama untuk berbagi informasi maupun transaksi bisnis online.

Pada sektor lapangan kerja, bidang pekerjaan yang berkaitan dengan keahlian Komputer, Matematika, Arsitektur dan Teknik akan semakin banyak dibutuhkan. Bidang-bidang keahlian ini diproyeksikan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mengandalkan teknologi digital.

Situasi pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi merupakan bentuk tantangan yang perlu direspon oleh SMK. Tantangan ini perlu dijawab dengan peningkatan kompetensi siswa terutama penguasaan teknologi komputer, keterampilan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama secara kolaboratif, dan kemampuan untuk terus belajar dan adaptif terhadap perubahan lingkungan. wajib memiliki kemampuan literasi data, teknologi.

Tantangan

Disisi lain, revolusi ini menjadi ancaman serius bagi angkatan kerja yang tidak mempersiapkan diri, sebab revolusi ini tidak membutuhkan tenaga manusia yang banyak, karena mesin-mesin dan robot akan menggantikan tenaga manusia. Sehingga hanya sumber daya manusia yang memiliki keahlian yang mempunyai peluang. Seperti halnya akan muncul mobil tanpa pengemudi, atau mungkin mesin yang mampu membaca pikiran manusia dan lain sebagainya.

Revolusi industri generasi empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milineal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pemicu revolusi indutri juga diikuti dengan implikasi lain seperti pengangguran, kompetisi manusia vs mesin, dan tuntutan kompetensi yang semakin tinggi.

Menurut Prof Dwikorita Karnawati (2017), revolusi industri 4.0 dalam lima tahun mendatang akan menghapus 35 persen jenis pekerjaan. Dan bahkan pada 10 tahun yang akan datang jenis pekerjaan yang akan hilang bertambah menjadi 75 persen. Hal ini disebabkan pekerjaan yang diperankan oleh manusia setahap demi setahap digantikan dengan teknologi digitalisasi program. Dampaknya, proses produksi menjadi lebih cepat dikerjakan dan lebih mudah didistribusikan secara masif dengan keterlibatan manusia yang minim.

Setiap perubahan yang terjadi bisa menjadi tantang untuk menghadapi era perubahan tersebut, terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu daya saing di era Industry 4.0. Adapun lima teknologi utama yang menopang pembangunan sistem Industry 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.

Kurikulum SMK

Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.

Sesuai dengan bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat.

Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003).

Kurikulum SMK dibuat agar peserta didik siap untuk langsung bekerja di dunia kerja. Muatan kurikulum yang ada di SMK disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak mengalami kesulitan yang berarti ketika masuk di dunia kerja. Dengan masa studi sekitar tiga atau empat tahun, lulusan SMK diharapkan mampu untuk bekerja sesuai dengan keahlian yang telah ditekuni.

Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut: (a) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (b) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; (c) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (d) membekali peserta didik dengan kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

Jika bicara revolusi industri, maka keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan garda terdepan dalam menyongsong era revolusi industri yang tengah kita hadapi. Karenanya, ada sejumlah langkah yang harus dipersiapkan terhadap siswa SMK saat ini.

  1. Meningkatkan Keterampilan Siswa.
    Dimana setiap siswa harus dibekali keterampilan yang memadai, utamanya ketrampilan dalam memahami penggunaan teknologi internet atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri. Sebab di era revolusi industri ini, peran manusia sebagai SDM lebih diminimalisir dengan digantikan oleh tekhnologi.
  2. Pemanfaatan Teknologi Digital.
    Dimana saat ini keberadaan teknologi digital menjadi keharusan dalam persaingan global. Sebab persaingan tidak lagi hanya sebatas sesama anak bangsa, tetapi persaingan terbuka selebar-lebarnya.
  3. Inovasi Teknologi. Inovasi teknologi merupakan bagian yang tak kala penting, dimana setiap SDM dituntut mampu melakukan pengembangan startup, dan ini diharapkan mampu memfasilitasi tempat inkubasi bisnis.
  4. Penggunaan Teknologi Digital di Industri Nasional.
    Meminta industri nasional dapat menggunakan teknologi digital, seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality.

Dengan demikian, pemanfaatan teknologi digital akan mendorong lahirnya ahli di bidang ini. Sehingga cepat atau lambat kebutuhan akan teknologi digital menjadi trend dan sebuah keharusan. Secara subtansi, Pendidikan kejuruan dan pelatihan kejuruan memiliki tujuan yang sama yaitu pengembangan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan pembentukan kompetensi seseorang.

Di era yang semakin komplek, lulusan perguruan tinggi atau SMK tidak semata-mata hanya memiliki ijazah sebagai tanda telah menamatkan pendidikan, tetapi wajib memiliki keterampilan di bidang teknologi. Untuk menuju suksesnya era revolusi industri ini tenaga pendidikan diharapkan mampu menerapkan empat tahapan tersebut.

Salah satu hal yang bisa dilakukan satuan pendidikan adalah menyiapkan karakter siswa adaptif dengan perkembangan zaman dengan tidak melulu menjadikan kecerdasan koginitif sebagai patokan. “Tapi harus mengedepankan proses kreativitas sebagai pembiasaan. Menanamkan kebiasaan kreatif di segala bidang adalah tujuan pendidikan hari ini agar mampu bersaing.

Selain itu, salah satu hal yang harus dilakukan guru di zaman revolusi industri saat ini adalah menjadikan realitas yang ada sebagai bahan ajar.

Kompetensi keahlian di segala bidang yang dimiliki SMK akan menunjang perkembangan pemanfaatan teknologi IOT. “IOT harus dikembangkan di seluruh satuan pendidikan yang sedang melakukan revitalisasi.

Dalam menghadapi tantangan revolusi 4.0 SMK harus terus berkembang secara dinamis dan mampu menyelenggarakan pendidikan berbasis kompetensi. Dibutuhkan komitmen yang tinggi agar SMK mampu menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidang literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia sebagai tenaga kerja produktif dan profesional yang diakui secara nasional dan internasional.

Penulis : MUCHLIS, M.Pd (Kepala SMK Negeri 2 Mawasangka)

Editor : YA

Komentar