Jaga Habitat Karang, Perangi Hama COTS di Perairan Sultra

Persiapan tim untuk penanganan hama COTS di perairan Labengki
Persiapan tim untuk penanganan hama COTS di perairan Labengki

TEGAS.CO,. KENDARI – Tim Penanganan Penyebaran Bintang Laut Mahkota Duri, atau tim penanganan hama Crown of Thorns Starfish (COTS) Sulawesi Tenggara telah menyelesaikan misi awal mereka dalam menjaga kelestarian terumbu karang dari serangan hama. ( 25/6/ 2021 )

Sebelumnya, tim yang terdiri dari Natureevolution Indonesia, Toli-Toli GIant Claim Conservation, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UHO, Scuba School Internasional, Team Spearo Kendari, SOmbori Dive Centre, GT Dive Wakatobi, Natureevolution Indonesia, Patampanua DIve Club, OK Dive Centre Uiversitas Muhammadiyah, Fakultas pertanian perikanan dan peternakan Universitas 19 November, Jurnalis teramedia.id, Labengki Nirwana Resort, Sultra Eco Diver dan UKM Selam UHO, melakukan misi penanganan selama 3 hari di perairan Labengki.

Lembaga non-pemerintah Naturevolution Indonesia (NEI) bekerjasama dengan Toli-Toli Giant Clam Conservation (TGCC) dan Lembaga Penelitian Prancis, Institute of Research for Development (IRD) di Indonesia pada pertengah 2021 merintis program kerjasama dalam bidang konservasi wilayah laut di Sultra. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung kerja-kerja pemerintah dalam menjaga wilayah laut di Indonesia dengan berbagai keragaman di dalamnya.

Tim penanganan hama COTS sedang bersiap untuk melakukan penyelaman
Tim penanganan hama COTS sedang bersiap untuk melakukan penyelaman

Menurut Habib Nadjar Buduha selaku Penanggung Jawab Praktek Lapangan di kegiatan ini , tim monitoring pertama yang dibentuk kali ini, sengaja menyasar kawasan terumbu karang di lokasi wisata penyelaman, hal ini juga sinergi dengan program sapta pesona kepariwisataan.

“Kita fokus dulu di wilayah perairan wisata bahari dan penyelaman, diharapkan tim yang ada bisa menjadi corong penelitian ini agar lebih tersosialisasi ke masyarakat sehingga bisa terjadi gerakan bersama waspada hama COTS ini”, ucapnya. Kendari, Jumat (25/6).

“Selanjutnya tim ini akan memantau masing-masing kondisi COTS di perairan yang mereka selami dan melaporkan data ke kami untuk ditindak lanjuti bagaimana bisa dilakukan penanganan bersama lagi”, ujar Habib usai penutupan kegiatan.

Dari hasil survey yang pernah dilakukan pada 2018, tim Naturevolution dan Tim Spearo Kendari menemukan cukup banyak Bintang Laut Mahkota Duri (Acanthaster plancii) di wilayah perairan Labengki dan Sombori. Mengingat bahwa spesies ini pada jumlah tertentu dapat berubah menjadi wabah yang mengancam keberadaan terumbu karang, sehingga, kata Habib pelatihan terkait penanganan dan pemantauan keberadaan Bintang Laut Mahkota Duri dirasa perlu untuk dilakukan.

Dikatakannya pula, para tim penanganan hama COTS selama 3 hari di perairan Labengki dibagi beberapa tim untuk melakukan monitoring awal titik lokasi adanya COTS.

Proses monitoring data sebaran dilakukan dengan limit waktu per 10 menit snorkling lokasi masing-masing. Dari semua kumpulan data monitoring , lalu dilakukan persiapan penyuntikan.

Jaga Habitat Karang, Perangi Hama COTS di Perairan Sultra
Jaga Habitat Karang, Perangi Hama COTS di Perairan Sultra

Sebelumnya beberapa pemantauan penanganan COTS dilakukan dengan cara berbeda dan manual hingga mengangkat dan mengambil objek COTSnya. Namun cara penanganan dengan mengangkat cukup riskan karena COTS bisa menyemburkan telur yang akan menjadi cikal bakal regenerasi tumbuhnya COTS baru.

Lebih jauh dijelaskannya, bahwa pendekatan baru yang menggunakan injeksi zat asam alami, yang cukup terjangkau, baru-baru ini telah dikembangkan oleh IRD. Pengujiannya dilakukan baik di laboratorium dalam kondisi yang terkendali maupun secara langsung di lapangan, menunjukkan keberhasilan, yaitu kematian COTS melalui injeksi beberapa jus buah (jenis jeruk nipis dan markisa), cuka putih, dan beberapa asam bubuk yang dapat dengan mudah diperoleh dari industri pangan pertanian.

Zat-zat tersebut, ungkap Habib, dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi, bahkan dengan dosis rendah kematian mencapai 100% dalam kurun waktu 12-24 jam.

Saat ini, metode tersebut menjadi alternatif yang ramah lingkungan serta kredibel dalam memerangi wabah COTS di seluruh negara. Telah diuji oleh IRD sejak 2014 di Vanuatu dan New Caledonia. Metode ini juga terbukti efisien di lapangan dengan pemberantasan COTS yang lebih dari 1 ton dalam kurun waktu 2 hari.

“Perlengkapan injeksi yang digunakan terdiri dari pistol injeksi yang dihubungkan dengan jarum 16G (Birmingham gauge), yang juga selangnya terhubung dengan jeregen/wadah dengan bervolume 5L. Idealnya, injector yang digunakan adalah yang memiliki dosis 10 ml per injeksi. Namun alat injector bisa di modifikasi ke yang lebih simpel namun tahan karat agar bisa digunakan lebih lama”, katanya mejelaskan.

Dari hasil pemantauan tim COTS Sultra kali ini, Perairan Labengki Konawe Utara masuk dalam kategori Warning kawasan penyebaran COTS.

“Jika sebuah kawasan terdapat dalam pemantauan 10 menit hanya terdapat 1 COTS atau dalam 1 hektar kurang dari 15 ekor, maka COTS yang ada dianggap bukan wabah. Jika dalam 10 menit monitoring terdapat 2 sampai 4 ekor dan dalam 1 hektar terdapat 15 sampai 100 ekor COTS maka kawasan itu berstatus Warning dan memungkinkan menjadi wabah dan harus rutin dilakukan pemantauan”, terangnya.

“Dan jika dalam 10 menit monitoring jumlahnya melebihi 5 ekor atau dalam 1 hektar kawasan terdapat lebih dari 100 ekor, maka COTS sudah menjadi wabah di kawasan itu sehingga direkomendasikan untuk intervensi segera”, pungkasnya. *(red)

Komentar