Mitigasi Banjir, PT PP dan WIKA Bangun Settling Pond di Area Smelter CNI

Mitigasi Banjir, PT PP dan WIKA Bangun Settling Pond di Area Smelter CNI

TEGAS.CO,. KOLAKA – Di tengah perubahan cuaca dan intensitas hujan yang tinggi, PT PP Persero dan PT Wijaya Karya terus berpacu mengejar target pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel (smelter) RKEF milik PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) yang berlokasi di Desa Ponre Waru, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra).

PT PP dan PT WIKA pun telah membangun beberapa settling pond, sebagai upaya mitigasi banjir akibat  limpasan air hujan di area konstruksi pabrik RKEF.

Iklan KPU Sultra

Sebelumnya, pada Kamis (26/9/2021), sekitar  pukul 15.00 WITA lalu, sungai di Desa Tolowe Ponre Waru, sempat meluap. Peristiwa itu mengakibatkan area persawahan di Desa Tolowe Ponre Waru tergenang luapan dari air sungai.

Menurut pengamatan di lokasi kejadian, peristiwa ini diakibatkan oleh curah hujan yang ekstrem di sekitar Desa Tolowe Ponre Waru, selama kurang lebih 2 jam.

“Kami telah mengantisipasi dengan menyediakan tangkapan air hujan atau retention pond dengan perhitungan hujan normal. Saat ini kami telah menyediakan 9 retention pond pada area B1 (area 1) dengan kapasitas 4316 m3, 4 retention pond pada area F1 (area 2) dengan kapasitas 7511 m3, dan 15 retention pond pada area F2 (area 3) dengan kapasitas 7909 m3,” kata Iwan Andrianto, Manager Konstruksi PT WIKA, Sabtu (28/8/2021).

“Sebaliknya dalam hal kondisi curah hujan yang ekstrem, menyebabkan aliran limpasan air hujan yang berasal dari area tangkapan dan diluar tangkapan terakumulasi dan menjadi tidak tertangkap seluruhnya oleh retention pond yang telah kami sediakan. Selain itu dengan kondisi adanya aliran air diluar area tangkapan yang tidak direncakanan masuk ke retention pond, sehingga menambah aliran air yang mengarah ke area umum. Aliran limpasan air hujan tersebut kemudian masuk ke sungai yang pada saat itu sudah dalam kondisi keadaan penuh akibat hujan selama kurang lebih 2 jam tersebut,” jelasnya.

Iwan memastikan, limpasan air hujan dari area pertambangan tersebut tidak dikarenakan oleh adanya tanggul retention pond yang jebol.

“Berdasarkan hasil pantauan kami, kondisi seluruh tanggul retention pond yang ada di area pertambangan berada dalam keadaan baik,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kolaka Bustan, mengatakan, berdasarkan data dari Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), intensitas hujan pada Agustus cukup tinggi, termasuk di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka.

“Kejadian limpasan air di Kecamatan Wolo tersebut sebagai akibat dari intensitas hujan yang tinggi,” kata Bustan.

Menurut Bustan, luapan air yang merendam sebagian tanaman warga dikategorikan sebagai bencana alam, sebab didalamnya ada kerusakan alam dan kerugian materi yang dialami warga.

“Kejadian ini termasuk bencana alam, karena di dalamnya ada kerusakan alam dan kerugian materi,” ungkap Bustan.

Sementara itu, Site Construction Manager CNI, Sonny Swasono mengungkapkan dalam sepekan terakhir curah hujan sangat tinggi dan berada pada level diatas normal. Kondisi ini sempat mengakibatkan terjadinya limpasan air di area pembangunan smelter hingga pemukiman penduduk.

“Dengan intensitas hujan yang tinggi, limpasan air hujan dari settling pond tidak terhindarkan. Aliran air mengalir dan menyeberangi jalan poros km 53, kemudian mengalir di perkebunan dan sejumlah pemukiman penduduk  sebelum akhirnya masuk ke sungai Ponre,” ungkapnya.

“Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri dalam kegiatan pembangunan konstruksi smelter CNI,” jelas Sonny.

Sebagai referensi, PT PP Persero bertanggung jawab menyelesaikan pembangunan pabrik jalur produksi 1 smelter CNI, sementara PT Wijaya Karya untuk pembangunan pabrik jalur produksi 3 dan 4. Pabrik milik CNI ini diperkirakan beroperasi pada tahun 2024 mendatang.

“Kontraktor EPC proyek ini sangat berpengalaman di bidangnya dan kompeten dalam pengelolaan K3 dan lingkungan proyek. Selama masa konstruksi, para kontraktor wajib melakukan pengelolaan K3 dan lingkungan, termasuk pengelolaan limpasan air hujan guna mencegah terjadinya banjir. Dan yang lebih penting, lebih bersiap menghadapi kondisi cuaca yang lebih ekstrim di kemudian hari,” pungkasnya. (**)

Editor/Publisher : YUSRIF

Komentar