TEGAS.CO.,NUSANTARA – Telo godhog dipangan enak Numpak sepur wis tekok kene Wong wedok emoh duwe anak Lha piye nasipe menungso meneh.
Dulu, memiliki anak adalah dambaan bagi setiap pasangan yang berumah tangga. Bahkan hal menggelikan yang sebagian orang alami adalah menyiapkan nama anak, padahal belum menikah. Bahkan punya pasangan saja belum. Siapa hayoo yang begitu?? Yaa Biarlah saya saja yang mengaku, ha… ha…
Gambaran seorang bayi yang lucu dan menggemaskan memang menjadi dambaan setiap orang. Namun, belakang ini fenomena wanita tidak ingin punya anak atau childfree sedang diopinikan oleh beberapa publik figure dengan aneka alasan versi mereka.
Fakta terbaru diungkapkan oleh Pegiat konten dan YouTuber Gita Savitri dan suaminya, Paul Andre Partohap, memutuskan untuk bicara terbuka mengenai ketidakinginan mereka untuk memiliki momongan. Keputusan itu diungkapkan keduanya dalam sebuah video di akun YouTube-nya.
Bagi Gita dan Paul, memiliki anak adalah tanggung jawab yang besar dan harus berdasarkan rencana yang matang sebelum memutuskannya.
Keputusannya itu pun mengundang pertanyaan warganet. Di akun media sosialnya, Gita Savitri tampak mencoba menjelaskan pemikiran yang melandasi keputusannya tersebut. “In my honest opinion, lebih gampang nggak punya anak daripada punya anak. Karena banyak banget hal preventif yang bisa dilakukan untuk tidak punya anak,” ujar perempuan yang kini berdomisili di Jerman itu. (https://hot.detik.com/celeb/d-5684188/gita-savitri-tak-mau-punya-anak-antara-kodrat-atau-tubuhku-otoritasku).
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Artis Cinta Laura Kiehl. Dia mengungkap alasannya enggan mempunyai anak. Hal itu disampaikan langsung olehnya dalam video yang diunggah The Hermansyah A6 di YouTube belum lama ini.
“Aku suka melihat fakta. Dunia kita sangat over populasi, terlalu banyak manusia yang tinggal di dunia ini,” kata Cinta Laura.
Ketimbang melahirkan anak, Cinta Laura lebih memilih untuk mengadopsi anak. Menurutnya, itu jauh lebih baik. (https://www.suara.com/entertainment/2021/08/18/111906/cinta-laura-tak-mau-punya-anak-alasannya-di-luar-dugaan).
Sebelumnya, Selebritis luar negeri telah mengopinikan hal serupa. Diantaranya adalah Miley Cyrus. Keputusan penyanyi asal Amerika Serikat ini enggan punya momongan karena melihat keadaan lingkungan bumi.
“Sampai saya merasa anak saya dapat hidup di bumi dengan ikan di dalam air, saya tidak akan membawa orang lain untuk menghadapinya,” katanya.
Bintang serial Friends, Jennifer Aniston, juga memutuskan untuk tak punya anak. Ia ingin mematahkan stigma bahwa perempuan utuh adalah mereka yang menikah dan menjadi ibu.
“Kita tidak perlu menikah atau menjadi ibu untuk menjadi lengkap. Kami lengkap dengan atau tanpa jodoh, dengan atau tanpa anak,” kata Jennifer Aniston soal keputusan childfree. (https://www.suara.com/entertainment/2021/08/19/091559/4-artis-tak-mau-punya-anak-cinta-laura-pilih-adopsi-ketimbang-melahirkan?page=all)
Fenomena Childfree terlahir dari gerakan Hak Asasi Manusia. Yang darinya memunculkan beberapa pemahaman tentang kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi dan khusus wanita adalah kebebasan atas tubuhnya, termasuk di dalamnya adalah organ reproduksinya. Mereka berpendapat tubuh mereka adalah otoritas mereka. Tidak boleh ada yang bisa memaksa atas tubuh mereka. Dan itu berlaku pada suami sendiri. Aje gile.
Kebebasan berekspresi juga berpengaruh ke cara pandang terhadap pernikahan. Menurut mereka, gaya pernikahan adalah hak setiap manusia. Apakah dalam pernikahan itu ada anak atau tidak ada anak. Dan yang perlu diketahui adalah gaya hidup hedon, sebagai turunan gaya hidup bebas ini. Membuat mereka ogak repot. Dan maunya hidup senang- senang saja. Ealah.. Neng.. Neng..
Ya, Kebebasan ini selaras dengan hasil Konferensi CEDAW. CEDAW adalah kesepakatan hak asasi internasional yang secara khusus mengatur hak-hak perempuan dan diadopsi oleh PBB pada tahun 1979, dan saat ini telah diratifikasi oleh 189 negara dari 195 negara yang ada di dunia. Indonesia meratifikasi CEDAW melalui UU No. 7 Tahun 1984, yang diundangkan pada 24 Juli 1984. Sebagai konsekuensinya, Indonesia juga wajib mengimplementasikan mandat Rekomendasi Umum Nomor 19 yang diperbarui dengan Rekomendasi Umum No. 35, yang menetapkan negara melaksanakan langkah-langkah tepat dan efektif untuk mengatasi segala kekerasan berbasis gender, dan membuat peraturan perundang-undangan untuk mencegah terjadinya kekerasan.(https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/siaran-pers-komisi-nasional-anti-kekerasan-terhadap-perempuan-peringatan-37-tahun-pengesahan-cedaw-24-juli-2021)
Opini kepadatan populasi yang disampaikan, dunia padat, persaingan makanan, air , dan lain lain. Hingga menurut mereka, banyak anak bakal membuat populasi bertambah. Pemikiran ini seolah pemikiran level dewa, padahal aslinya itu pertanda akalnya tidak digunakan secara mendalam. Apakah tidak melihat, fenomena pandemi wabah yang auto menghilangkan sekian juta nyawa orang hanya dalam hitungan bulan.
Ini adalah Pandangan “akal-akalan” Dunia dibayangkan menurut pikiran mereka sendiri. Ibaratnya kalau tidak punya anak, lantas dia berperan utk menjadikan dunia lebih baik. Padahal yang membuat dunia rusak tu bukan karena adanya anak, tapi karena kejahatan Kapitalisme.
Dampak dari pemahaman ini, kebebasan yang tidak terbatas atas otonomi tubuh seseorang itu dapat menjadi akar dari seks bebas, aborsi, prostitusi, identitas gender non-biner (feminitas) hingga munculnya istilah Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) yang bertentangan dengan fitrah manusia dalam Islam.
Perilaku-perilaku tersebut, termasuk di dalamnya childfree mengancam eksistensi kehidupan manusia. Beberapa negara maju bahkan sudah resah karena penduduknya tidak mau menikah dan punya anak. Walaupun seks bebas marak. Negara-negara tersebut justru diambang kepunahan. 5 Negara itu diantaranya, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris dan Singapura. (https://www.hipwee.com/feature/penduduk-negara-ogah-menikah/ )
Pikiran-pikiran kebebasan yang tumbuh liar, hal yang wajar sekali dalam sistem sekuler kapitalis. Bebas beropini, bebas berperilaku dengan menganggap bahwa itu kebenaran. Tanpa mereka sadari justru membawa kepada kemudharatan yang lebih besar.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ أَلَآ إِنَّهُمْ هُمُ ٱلْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشْعُرُونَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah berbuat kerusakan di bumi’, mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang melakukan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak merasa.” (QS al Baqarah [2]:11-12).
Jadi apapun alasan yang melatarbelakangi ide Childfree, tidaklah bisa dibenarkan. Karena setiap permasalahan tidak lantas kemudian diputuskan dengan amalan yang justru menimbulkan mudharat yang lebih besar. Hilangnya generasi bahkan peradaban. Bahkan bisa jadi terjebak pada opini yang justru didengungkan oleh kaum liberalis sekuleris, yang tujuan justru merusak kemuliaan kehidupan manusia. Na’udzubillahi min dzalik.
Penulis: Ummu Jauza (Member Insan Media Taqwa Peduli Umat )
Editor: H5P
Komentar