Memalukan, Krisis Energi Batubara di Negeri Kaya

Memalukan, Krisis Energi Batubara di Negeri Kaya. Foto istimewa

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Tahun lalu China dilanda krisis energi batubara. Saat ini, Tanah Air Indonesia pun ikut mengalami hal yang serupa dan terancam mati listrik,. Padahal Indonesia terkenal dengan negeri yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Juga merupakan salah satu penghasil batubara yang terbesar di dunia. Sungguh ironi dan memalukan.

Seperti yang diketahui, 10 juta pelanggan listrik PLN hampir mengalami pemadaman, dikarenakan 20 pembangkit listrik PLN itu tidak mendapatkan pasokan batu bara. Saat ini akibat kelangkaan batu bara ke pembangkit listrik milik PLN, pemerintah memutuskan untuk melarang seluruh kegiatan ekspor pertambangan batu bara baik IUP, IUPK dan PKP2B. CNBC Indonesia (06/01/22)

Iklan KPU Sultra

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa. Berkomentar mengenai hal ini. Ia mengungkapkan, “Ya faktor fundamentalnya adalah pelaku usaha tambang yang berkewajiban memasuk 25% produksi sebagai DMO itu gak memasok. Jadi, faktor fundamentalnya adalah terjadi pelanggaran dari pelaku usaha penambang batubara yang berkewajiban memasok 25 persen dari produksi sebagai DMO itu mereka tidak memasok,” ujar Fabby saat dihubungi MNC Portal Indonesia. iNews (04/01/22)

Apa sebenarnya penyebab krisis energi batubara di negeri ini sehingga Indonesia bisa terancam mati listrik? Jika ditelisik, sebenarnya faktor mendasar bukan dikarenakan menipisnya eksplorasi Batubara, melainkan dikarenakan pengelolaan oleh swasta yang memberi peluang mengekspor karena disparitas harga. Sehingga lebih mengutamakan ekspor batubara dibanding suplai ke PLN. Walhasil, pihak swasta yang diserahi urusan memasok energy lebih mengutamakan ekspor yang akan mendatangkan keuntungan besar daripada memasok kebutuhan bagi bangsa sendiri.

Ini juga terkait erat hubungannya dengan pola hidup manusia. Dimana pola hidup manusia saat ini terikat dengan sistem kapitalisme-sekuler yang mengarahkan pola hidup manusia serba bebas. Sehingga ketika menggunakan energi, juga diembat habis. Bisa dilihat kenapa di China atau Inggris bisa krisis energi yang luar biasa, padahal negara tersebut tersedia banyak sumber bahan baku. Itu tak lain dari karena China yang sedang menduduki posisi sebagai negara produsen kapitalis. Memproduksi sebanyak mungkin barang dari elektronik hingga fashion. Semua barang konsumsi tersebut tentu memiliki kebutuhan energi yang sangat besar.

Akan berbeda halnya apabila sumber daya alam (SDA) di negeri ini dikelola sesuai dengan tuntunan Islam. Sumber energi seperti batubara, emas, perak, tembaga, besi, timah, minyak bumi, gas dan sebagainya adalah barang tambang yang dipandang sebagai harta milik umum (milkiyyah ‘ammah). Semuanya wajib dikelola oleh negara dan tidak boleh diserahkan kepada swasta apalagi kepihak asing.

Penulis: Nurmaningsih (Pengurus MT Mar’atul Mutmainnah)

Sebagaimana dikutip Al-Assal & Karim (1999: 72-73) dalam kitab Al-Mughni, “Barang-barang tambang yang oleh manusia didambakan dan dimanfaatkan tanpa biaya seperti garam, air, belerang, gas, mumia (semacam obat), minyak bumi, intan dan lain-lain, tidak boleh dipertahankan (hak kepemilikan individualnya) selain oleh seluruh kaum Muslim sebab hal itu akan merugikan mereka.”

Negara pun wajib mengelolanya hanya semata untuk menjalankan amanahnya, bukan untuk diperjualbelikan. Apalagi sampai membuat rakyatnya susah. Penguasa adalah pemimpin yang kelak akan dimintai pertanggunganjawabannya. Maka, wajib untuk menjalankan amanah sebaik-baiknya untuk melayani rakyatnya.
“Kepala negara adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus”. (HR. al-Bukhari).

Seperti yang pernah dilalui juga oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Suatu malam, Umar pernah kedatangan tamu di rumahnya yang sederhana. Dia menanyakan kepada tamu tersebut maksud kedatangannya. Jika urusan negara, dia akan menyalakan lampu di rumahnya. Namun, jika keperluan sang tamu untuk urusan pribadi, dia akan mematikannya dan menggantinya dengan lampu pribadi.

Sang tamu bertanya, mengapa khalifah berbuat demikian. Umar bin Abdul Aziz menjawab, cahaya listrik yang akan dipakai untuk menjamu tamu adalah milik negara. Karena itu, kalau urusannya untuk kepentingan pribadi, dia akan mematikannya dan menggantinya dengan lampu pribadi miliknya.

Namun, jika urusan tamu itu ada keperluan untuk urusan negara, dia akan menggunakan cahaya lampu negara untuk kepentingan negara dan bukan untuk kepentingan pribadi. Demikianlah kepribadian Umar bin Abdul Aziz. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang paling adil dan tegas dalam melaksanakan hukum Allah.

Maka, sudah sepantas penguasa di negeri ini benar-benar memperhatikan nasib rakyatnya. Bukan royal ke swasta apalagi kepada asing dan aseng. Wallahu a’lam []

Penulis: Nurmaningsih (Pengurus MT Mar’atul Mutmainnah)

Publisher: Yusrif Aryansyah

Komentar