Peran Ibu dalam Hantaman Program Kapitalis

Khatimah (Penulis Bela Islam)

TEGAS.CO.,NUSANTARA – Beberapa tahun terakhir ini dunia perempuan menjadi sorotan dan menjadi perbincangan, terutama opini persamaan gender yang sedang digencarkan pemerintah di masyarakat, terutama perempuan. Dimana perempuan harus memiliki kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki. Perempuan akan lebih dihargai jika memiliki kemampuan dalam karier dan ekonomi.

Menurut Bupati, Dadang Supriatna, perempuan hari ini harus bisa menjadi perempuan berdayaguna yang memiliki kemampuan potensial yang tidak boleh kalah dengan kaum laki-laki.

Dengan mengusung tema ‘Perempuan Berdaya, Indonesia Maju’, Dadang berharap, perempuan Kabupaten Bandung dapat menjadi akselerator dalam meningkatkan kesejahteraan, salah satunya melalui pemulihan ekonomi masyarakat.

Sehingga dapat berperan aktif membantu pemerintah daerah untuk membangkitkan kembali para pelaku UMKM.

Menurutnya, perempuan Indonesia telah menempuh proses perjuangan yang panjang, dalam mewujudkan persamaan peran, dan kedudukannya dengan kaum laki-laki, ujar Dadang saat memperingati Hari Ibu ke-93 dan Hari Bela Negara ke-73, di Dome Bale Rame. Soreang JabarEkspres.com (22/12/2021)

Jika diperhatikan fakta tersebut kenapa perempuan harus berdaya secara ekonomi, padahal kesejahteraan masyarakat adalah tanggung jawab negara.

Hal ini disebabkan negara menginginkan semua masyarakat mandiri, mengurus kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada negara, termasuk kaum perempuan sebagaimana ide yang diusung Barat dengan persamaan gendernya.

Secara tidak langsung ada beberapa mudarat akan dihadapi perempuan yang bekerja di luar rumah, yaitu: tergerus kodratnya sebagai seorang ibu karena lebih sibuk bekerja di luar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, seorang perempuan terutama ibu ataupun istri akan memiliki peran ganda, akan mudah membangkang kepada suami atau lalai dengan tanggung jawabnya di rumah.

Sehingga akan membuat wanita dan seorang ibu lupa akan kewajibannya sebagai ummu madrasatul ‘ula (ibu pendidik pertama) yang akan melanjutkan generasi bangsa lebih baik dan maju.

Selain itu juga akan membuat ketahanan dalam rumah tangga menjadi rapuh, karena kurang optimal menjalankan tugas sebagai ummu wa rabbatul bayt (ibu dan pengurus rumah tangga) dan perannya sebagai ummu ajyal (pencetak generasi unggul).

Inilah cara pandang kapitalisme, dunia hanya dipandang dari sudut materi saja, sehingga menjadikan potensi perempuan diarahkan kepada aspek ekonomi, dengan alasan meningkatkan kesejahteraan perempuan.

Namun apakah pernah terpikir jika perempuan berada di luar rumah akan banyak kejahatan yang dihadapinya, mulai dari pelecehan, pemerkosaan, human traffiking (perdagangan manusian), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalisme menjadikan perempuan sebagai aset negara.

Sistem ini sekaligus menjadikan perempuan sebagai tulang punggung bukan tulang rusuk, karena ide yang ingin disejajarkan dengan laki-laki menjadikan perempuan mengalami perlakuan yang kurang baik di tengah-tengah publik, karena faktanya banyak mengeksploitasi feminitas dan sensualitas.

Dalam pandangan Islam, jelas ini suatu bentuk pengeksploitasian dan berlepas tangannya negara dalam mensejahterakan rakyat terutama perempuan. Karena menganggap perempuan sebagai barang komoditi yang menguntungkan negara.

Maka Islam akan menempatkan peran perempuan sesuai dengan fitrahnya yaitu ummu wa rabbatul bayt (ibu dan pengurus rumah tangga) meski banyak dari kaum feminisme menganggap rendah peran itu. Namun dengan fitrah itulah perempuan menjadi mulia, sampai-sampai penghormatan atas perannya tersebut 3 kali lebih tinggi dibandingkan ayah.

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).

Dengan peran utama inilah dari rahim seorang ibu akan melahirkan generasi-generasi yang memiliki kepribadian Islam dan tertanam aqidah yang kokoh, sehingga mereka akan memiliki jiwa pemimpin terbaik untuk masa depan sesuai aturan Islam. Oleh sebab itulah kedudukan mulia ini sangat dijaga dalam Islam.

Sudah saatnya menyadari akar masalah kaum perempuan dan kesejahteraannya karena diterapkannya sistem kapitalisme, yang berakibat kaum ibu tergerus kodratnya sesuai ketentuan hukum syara’, maka hanya dengan aturan Islam secara sempurna yang bisa memastikan kaum perempuan terutama ibu dimuliakan dan berada sesuai fitrahnya, sehingga akan mencetak anak-anak menjadi generasi terbaik harapan umat.

Wallahu a’lam bi ash shawwab.

 

Penulis: Khatimah (Penulis Bela Islam)

Editor: H5P

Komentar