Kunci Mencegah Omicron Kian Meluas

Dhevy Hakim

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Virus varian baru Omincron semakin mengganas. Semenjak terdeteksi masuk ke Indonesia, kini Omicron menular kemana-mana. Hal ini terbukti dengan meroketnya angka kasus harian covid dalam dua pekan terakhir. Penambahan kasus harian Covid-19 melonjak tajam melewati angka 10.000. Padahal, selama Desember 2021 hingga pertengahan Januari tahun ini kasus harian cenderung landai di bawah angka 100.

Mengganasnya omicron juga bisa dilihat dari keterisian tempat tidur atau bed occupancy (BOR). Berdasarkan data pada Rabu (26/1), sejumlah rumah sakit di Jakarta dikabarkan tingkat BOR-nya mencapai 45%. Data ini diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh Abraham Wirotomo selaku Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden bahwa pihaknya menerima laporan jika warga Jakarta mulai kesulitan mencari rumah sakit akibat merebaknya Covid-19 varian Omicron.

Iklan Pemkot Baubau

Merespon kondisi tersebut, pihak Kemenkes melakukan konversi bed untuk pasien covid dan menyiapkan stok obat-obatan di RS mulai didistribusikan oleh Kemenkes.

Abraham juga menyampaikan sebagai upaya untuk menghadapi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron, pemerintah melalui Kemenkes telah menyiapkan 1.011 rumah sakit, 82.168 tempat tidur untuk pasien Covid-19, jutaan stok obat-obatan untuk tiga bulan ke depan seperti Oseltamivir sebanyak 13 juta kapsul, Favipiravir 91 juta tablet, Remdesivir 1,7 juta vial, Azithromycin 11 juta tablet, dan multivitamin 147 juta. (bisnis.com, 28/1/2022)
Namun, pertanyaannya cukupkah ini semua?

Akar Masalah Omicron

Omicron sebagai varian baru hasil mutasi dari virus Sars Cov-2 atau virus Corona sedikit banyak memiliki cara penularan yang sama. Virus tersebut akan bertahan hidup jika ketemu ACE-2 yakni yang dimiliki manusia. Artinya virus tersebut akan mudah menginfeksi jika virus ketemu inangnya.

Dari sini sebetulnya, cara yang paling efektif meluasnya virus Corona apapun variannya adalah dengan menghentikan bertemunya virus yakni yang berada di orang yang terinfeksi dengan orang yang sehat. Semestinya ada pemisahan orang sakit dengan orang yang sehat. Termasuk tidak bertemunya mereka. Oleh karenanya ada tindakan testing untuk pelacakan yang sakit, ada tindakan isolasi atau karantina sebagai langkah ‘threatment’, dan lockdown sebagai upaya mitigasi penyebaran virus dari wilayah episentrum wabah.

Pelaku perjalanan ke luar negeri ataupun warga negara asing yang masuk ke Indonesia dalam hal ini juga selayaknya mendapatkan perhatian khusus. Juru Bicara Nasional Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, “Salah satu peran kunci masyarakat dalam mencegah meluasnya penularan Covid-19 adalah dengan menunda perjalanan ke luar negeri yang tidak mendesak.” (20/1)

Ya, semestinya para pelaku perjalanan ke luar negeri bersabar sejenak demi keamanan bagi yang lain. Pun negara seyogyanya bersikap tegas kepada WNA ataupun TKA yang masuk ke Indonesia, terlebih bagi WNA/TKA yang berasal dari episentrum wabah.

Semua pihak harus memiliki pemahaman yang sama bahwa akar persoalan virus Corona terletak dari cara penularannya. Adanya vaksin maupun segala macam obat dan vitamin hanyalah membantu saja. Yakni membantu tingkat keparahan jika terinfeksi virus sehingga korban tidak harus dibawa ke RS ataupun meninggal. Termasuk adanya prokes 5M dan 3T sebagai upaya untuk mencegah meluasnya penularan virus.

Solusi Tuntas

Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna, Allah turunkan untuk mengatur seluruh persoalan manusia. Pun dalam masalah adanya wabah. Andai kata sejak awal adanya pandemi covid-19 mau melirik syariat Islam tentu pandemi tidak berlarut-larut seperti saat ini.

Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan dalam menyelesaikan persoalan di saat ada wabah. Pertama tidak boleh mencampur orang sakit dengan orang sehat.
“Jangan mencampurkan (unta) yang sakit ke yang sehat.” (HR Bukhari dan Muslim).

Kedua tidak boleh masuk ke wilayah wabah atau yang berada di wilayah wabah tidak keluar dari wilayahnya.
“Tha’un (penyakit menular/wabah kolera) adalah suatu peringatan dari Allah SWT untuk menguji hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu menjangkit suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR. Bukhari Muslim)

Ketiga wajib mencari obat.
Sebagaimana hadits riwayat Muslim, “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah SWT.”

Keempat serahkan pada ahlinya.
Anas bin Malik dalam riwayat shahih di kitab Shahih Muslim.
“Dari Anas bin Malik, Nabi SAW melewati suatu kaum yang sedang melakukan talqih (menyerbukkan bunga kurma). Lalu beliau berkata: seharusnya jangan dilakukan, biar hasilnya lebih baik. Namun, lalu hasil panen mereka itu buruk hasilnya. Ketika Nabi SAW melewati mereka lagi, beliau pun bertanya: Mengapa hasil panen kurma kalian buruk? Mereka pun menjawab karena ini dan itu. Lalu Rasulullah SAW bersabda: kalian lebih mengerti urusan dunia kalian (yang kalian ahli dalam bidang tersebut).”

Kelima pemimpin negara penanggung jawab yang utama.
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Solusi tersebut secara empiris telah terbukti mampu menyelesaikan masalah, yakni saat terjadi wabah Tho’un di masa Umar bin Khattab. Syariat Islam sebagaimana datangnya dari Allah SWT tentu saja berbeda dengan aturan buatan manusia yang rawan sekali dengan kepentingan-kepentingan. Insyaallah, dengan merujuk pada solusi yang ada di dalam syariat Islam pandemi covid-19 akan segera usai.
Wallahu a’lam.

Penulis: Dhevy Hakim

Publisher: Yusrif Aryansyah

Komentar