TEGAS.CO,. KOLAKA – Dampak pandemi covid-19 memang banyak dirasakan, salah satunya di sektor ekonomi, tapi banyak industri yang tetap berusaha bertahan di tengah pandemi ini.
Seperti hal cerita pengusaha tahu tempe yang ada di Kecamatan Wundulako, Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), akibat pandemi membuat harga bahan pokok naik melonjak termasuk ikan.
Permintaan tahu tempe pun melonjak karena kebanyakan warga memilih tahu tempe sebagai pengganti lauk yang harganya terjangkau bagi semua kalangan.
Maya Sera, pengusaha tahu tempe di Kecamatan Wundulako patut bersyukur di tenagah pandemi saat ini. Pasalnya, meski pandemi covid-19 berdampak bagi sebagian besar UMKM di tanah air, namun tidak bagi usaha tahu tempe miliknya.
Bukannya mengalami penurunan, Maya Sera justru kebanjiran pesanan tahu tempe lantaran harga ikan melonjak akibat pandemi. Sehingga warga memilih tahu tempe pengganti ikan, tak hanya harga yang terjangkau tetapi tahu tempe juga diketahui memiliki kandungan gizi yang sangat bermanfaat.
“Alhamdulillah selama pandemi corona tidak berdampaklah, malah tahu tempe diminati orang, karena harga pada naik terutama ikan, jadi orang memilih membeli tahu sama tempe,” tuturnya.
Tak tanggung – tanggung, dalam sehari Maya Sera mampu memperoduksi tahu sebanyak 35 ember dengan ukuran yang bermacam – macam, sementara produksi tempe mencapai 3 karung.
Padahal sebelumnya, produksi tahu miliknya hanya maksimal 15 ember per hari sementara tempe hanya satu karung lebih. Dimana hal tahu per ember dijual seharga 130 ribu rupiah, sementara tempe mulai dari harga 4 ribu rupiah hingga 10 ribu rupiah tergantung ukurannya.
“Sekarang itu saya produksi sekitar 35 ember lebih sama tempe sekitar 3 karung, padahal sebelumnya setengah dari itu,” kata Maya.
Melihat banyaknya permintaan sejak covid-19 merebak, Maya Sera akhirnya berinisiatif menghubungi petugas Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk meminjam bantuan modal.
Beruntung dirinya memdapatkan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebanyak 250 juta rupiah, dana itulah yang kemudian dipergunakan membeli bahan seperti kedelai perlatan pembuat tahu dan tempe serta kebutuhan lainya yang dapat memperlanjar produksiya.
“Kemarin dapat bantuan KUR dari Bank BRI 250 juta rupiah, modal itu yang digunakan membeli stok kedelai sama perlengkapan lainnya,” tambahnya.
Meski pandemi covid-19, Maya Sera kini memiliki omzet sebanyak 5 juta per hari dan tidak pernah melakukan PHK kepada karyawannya.
Jika kreditnya lunas, Maya berencana akan kembali mengajukan pinjaman kepada Bank BRI, agar bisa memproduksi tahu tempe dalam jumlah besar, sehingga mampu dipasarkan di seluruh daerah yang ada di Sultra.
Laporan: ASDAR LANTORO
Editor: YUSRIF
Komentar