Proyek Raksasa Asing di Tengah Himpitan Ekonomi dan Tumpukan Hutang

Gambar Istimewa, Sumber: CNBC Indonesia

TEGAS.CO., Pemerintah rupanya semakin mencekik rakyat karena himpitan ekonomi. Belum sempat rakyat bernafas lega karena kelangkaan minyak goreng, sudah kembali dihimpit kenaikan LPG. Keduanya adalah kebutuhan pokok yang semestinya tak ada kesulitan karena keberadaannya dijamin pemerintah sebagai pemangku kebijakan.

Beban rakyat semakin hari bukannya berkurang, justru kondisi ekonomi rakyat makin memburuk akibat kelesuan ekonomi, daya beli menurun sebab angka pengangguran kian tinggi.  Di saat yang sama, banyak korporasi raksasa asing menangguk untung besar dari beragam proyek besar di negeri ini.

Rakyat semakin terperanjat ketika menyaksikan para kapital saling berangkulan, berpesta riah diatas penderitaannya. dimana Industri ‘raksasa’ di Batam mulai menggeliat. PT McDermott Batam Indonesia dapat megaproyek. Nilai proyek pertama, ‘Tyra Redevelopment Project’ mencapai USD 500 juta atau sekitar Rp 7,5 triliun (kurs Rp 15.000 per dolar) hingga USD 750 juta (Rp 11 triliun). Tidak saja itu, Dermott juga sudah mengantongi sejumlah proyek besar lainnya.

Disaat yang sama, kenaikan gas elpiji dan BBM, PT Pertamina (Persero) menaikkan harga  nonsubsidi rumah tangga untuk jenis Bright Gas 5,5 kg, Bright Gas 12 kg, dan Elpiji 12 kg mulai Minggu (27/2). Sementara harga LPG 3 kg yang disubsidi tidak mengalami kenaikan. Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina Irto Ginting menjelaskan, penyesuaian ini dilakukan mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas (Kumparan.com, 27/2/2022).

Semuanya mulai serba naik harga, tetapi pemasukan rakyat juga sekarat. Alhasil untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyat harus berpikir keras dan bekerja sekuat tenaga membanting tulang demi menyambung hidup.

Apalagi di masa pandemi ini, dimana keadaan ekonomi sedang dalam masa sulit, seharusnya pemerintah fokus  menggencarkan program bantuan kepada masyarakat dan usaha kecil, bukan malah mempersulit mereka dengan menaikkan harga kebutuhan pokok.

Korporasi raksasa asing juga hanya menangguk keuntungan. Bukannya menyelesaikan persoalan malah menambah daftar penderitaan rakyat. Asal perut mereka kenyang bodoh amat dengan rakyat yang terbujur kaku karena kelaparan.

Ini membuktikan bahwa keberpihakan kebijakan kapitalistik adalah pada para kapitalis dan rakyat selalu berposisi marjinal dan terus dihimpit kesulitan.

Begitulah saat pengaturan kehidupan diserahkan pada hawa nafsu manusia hanya akan membawa kehancuran. Hawa nafsu akan terus menuntut dan sukar mengalami kepuasan. Endingnya melakukan segala macam cara sekalipun banyak manusia yang menjadi korbannya. Begitulah pandangan para kapital asal perut kenyang yang haram pun di embat.

Jika di bandingkan dengan sitem Islam yang berhasil mengatur proyek-proyek pembangunan tanpa mempersulit rakyat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Bahkan memberikan jaminan kesejahteraan yang maksimal.

Sebab Islam memiliki mekanisme sahih menjaga stabilitas harga. Islam akan menghilangkan mekanisme pasar yang tidak sesuai dengan syariah seperti penimbunan, pematokan terhadap harga, dan sebagainya.

Selain itu dalam Islam Negara memahami betul tupoksinya sebagai pengatur seluruh urusan umat (ri’ayah asy-syu’un al-ummah). Sehingga pengaturannya berdasar pada syariah, bukan hawa nafsu sebagaimana penguasa dalam sistem Kapitalis saat ini.

 

Oleh : Fhya N

Komentar