TEGAS.CO,. KENDARI – Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan tempat belajar bagi siswa-siswa yang berkebutuhan khusus atau disabilitas, mulai dari tunanetra, tunarungu, tunadaksa, ataupun autis.
Proses belajar mengajarnya pun disesuaikan dengan kemampuan para siswa yang memiliki keterbatasan atau kebutuhan khusus.
Seperti halnya yang dilakukan SLB Kusuma Bangsa di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Selain proses belajar mengajar seperti biasanya, di sekolah tersebut juga diterapkan pendidikan kewirausahaan bagi siswa-siswanya, seperti Green House, pengelolaan telur asin, apotek hidup, pondok baca, serta rumah singgah.
Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sulawesi Tenggara (Sultra), Drs. Asrun Lio, M.Hum,. P.hD mengatakan bahwa setiap sekolah harus mendapat perhatian serius dari pemerintah, tdak terkecuali SLB.
Pemerintah provinsi (Pempro) Sultra melalui Dinas Pendidikan terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, baik jenjang SMA, SMK maupun SLB. Sebab, kata dia, itu sejalan dengan harapan Pemerintah provinsi (Pemprov) Sultra di bidang pendidikan.
“Pemerintah tidak pernah membeda-bedakan semua jenjang pendidikan ini, bahkan Gubernur Sultra memberikan perhatian agar terselenggaranya pendidikan di SLB dengan baik,” ucap orang nomor satu di jajaran Pendidikan Sultra itu.
Sementara itu Kepala SLB Kusuma bangsa, Ninis menjelaskan untuk kurikulum pembelajaran tetap mengikuti secara umum, namun tetap disesuaikan dengan kondisi anak.
“Guru punya hak untuk mengembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan si anak, namun tetap dengan panduan dari kurikulum,” kata Ninis saat diwawancarai, Kamis (24/3/2022)
Ninis juga menyampaikan bahwa tiap tenaga pendidik di SLB Kusuma Bangsa harus memiliki kreatifitas untuk mengembangkan sistem pembelajaran sesuai kebutuhan siswa.
“Makanya, sebelum mengajar, gurunya itu harus mengetahui dulu kekurangan dari kelebihan dari siswanya itu,” ucap Ninis
Setelah mengetahui, lanjut Ninis, maka dibuatkan media pembelajaran, RPP, modul dan metode penilaiannya.
“Itu untuk semua jenjanag, mulai dari tuna rungu, daksa, netra, sampai autis,” lanjutnya.
“Itulah bedanya dengan sekolah umum, kalau di sini (SLB) harus dilakukan dulu assessment terhadap para siswa. Kalau umum kan, kita sudah tau tinggalkan diarahkan mau belajar apa,” jelas Ninis lagi.
Komentar