Kadis Dikbud Sultra: Anak Didik SLB Tidak Kalah Produktif

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebuadayaan Sulawesi Tenggara, Drs. Asrun Lio, M.hum,. P.hD

TEGAS.CO,. KENDARI – Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi siapapun, artinya setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan tanpa memandang status sosial atau kondisi fisik. Secara umum pendidikan memiliki pengertian suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri.

Disamping itu, sekolah sebagai lembaga formal juga mempunyai peranan penting dalam lingkup pendidikan. Sekolah dapat menjadi sarana tukar pikiran antara siswa dan tenaga pendidik (baca: guru).

Di Indonesia dikenal terdapat beberapa jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta Sekolah Luar Biasa (SLB).

SLB merupakan tempat pendidikan bagi anak-anak disabalitas atau yang memiliki kebutuhan khusus, seperti tuna rungu, tuna netra, tuna daksa, ataupun autis.

Seperti halnya SLB yang ada di Kota Kendari, tepatnya di Jalan Jambu Mente, Kelurahan Anggoeya, kecamatan Poasia.

SLB yang berdiri dibawah Yayasan Kusuma Bangsa tersebut didirikan oleh sepasang suami istri, Yafsin Yadi dan Ninis Sudarwati. Layaknya sekolah pada umumnya, SLB Kusuma Bangsa juga mengikuti kurikulum yang ada, namun tetap dikondisikan dengan kemampuan anak didik.

Selain itu, di SLB Kusuma Bangsa juga menerapkan sistem pembelajaran kewirausahaan. Setiap anak didik diajarkan mandiri dalam bingkai kewirausahaan, seperti pengelolaan telur asin, green house, apotek hidup, dan masih banyak lagi.

Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sulawesi Tenggara (Sultra), Drs. Asrun Lio, M.Hum,. Ph.D mengatakan bahwa saat ini Pemerintah provinsi (Pemprov) Sultra terus berupaya meningkatkan sistem pendidikan untuk semua jenjang, termasuk SLB.

“SLB wajib mendapatkan perhatian yang sama dengan sekolah lainnya,” ungkapnya

Asrun melanjutkan, setiap tahun pemerintah memberikan anggaran baik unruk SMA, SMK maupun SLB. Dana bantuan tersebut terus meningkat setiap tahunnya.

Bantuan tersebut, sambungnya, diperuntukan buat pembangunan fisik bangunan sekolah.

“Anak-anak berkebutuhan khusus harus sekolah dengan gratis, tanpa ada pungutan biaya,” ujarnya.

Asrun yakin, anak didik yang bersekolah di SLB tidak akan kalah produktif dengan siswa di sekolah pada umumnya

Komentar