Bulan Ramadhan Kerap Ternodai, Hanya Islam Solusinya

Nurmaningsih (Pegiat Literasi)

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan ampunan. Seharusnya di manfaatkan untuk fastabiqul khoiroot ( berlomba-lomba dalam kebaikan) agar bisa meraih pahala yang berlipat-lipat banyaknya.

Namun, Ramadhan kali ini berbeda. Justru diwarnai dengan nuansa yang mengerikan bagi masyarakat, khususnya pada generasi.

Iklan KPU Sultra

Sebagaimana yang diberitakan beberapa waktu yang lalu oleh Liputan6.com (05 April 2022), bahwa Seorang siswa SMA di Yogyakarta dikatakan menjadi korban klitih hingga meninggal dunia Minggu dini hari pada tanggal 03-04-2022.

Bukan baru kali ini saja, fenomena klitih nampaknya telah terjadi hingga kesekian kalinya bahkan sampai memakan korban jiwa. Hal ini seolah membuat Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar yang humanis berubah menjadi mengerikan. Fenomena klitih pun kini telah menjadi hal yang meresahkan bagi masyarakat Yogyakarta. Tak hanya masyarakat asli, klitih juga tentu membuat banyak wisatawan menjadi takut untuk berkunjung ke Yogyakarta.

Di Bekasi pun, terjadi aksi “tawuran perang sarung” hingga berujung maut.
Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi menetapkan dua tersangka kasus tawuran sarung berujung maut di Jalan Raya Tambun Utara, Desa Sriamur, Kecamatan Tambun Utara, yang mengakibatkan satu korban DS (14) meninggal dunia pada Selasa (5/4/2022) dini hari.

Empat orang kami periksa, lalu dari empat orang tersebut dua kami tetapkan sebagai tersangka. Satu berumur dewasa, satu lagi berusia 17 tahun,” kata Gidion, Kapolres Metro Bekasi Komisaris Besar.
Ia juga menjelaskan, aksi tawuran berujung maut itu berawal dari perjanjian perang sarung antara kelompok pelaku yang tengah berkumpul di dekat musala dengan kelompok remaja lain. Lalu pelaku janjian melalui WhatsApp, dan akhirnya bertemu di TKP dengan kelompok korban. Suara.com (07/04/2022).

Demikian pula halnya yang terjadi di Jakarta Barat, remaja kelahiran tahun 2002 itu meregang nyawa di lokasi tawuran setelah mendapat luka sabetan senjata tajam di dada sebelah kiri. Selain Diaz, ada dua rekannya yang ikut terluka akibat sabetan celurit dibagian punggung belakang. Serambinews.com (10/04/2022).

Mengapa fenomena kekerasan seperti Klithi dan perang sarung atau tawuran antar remaja kerap terjadi, terutama pada bulan yang dimuliakan? Padahal bulan ramadhan seharusnya di jadikan sebagai momentum untuk meningkatkan ketaqwaan bukan malah membuat gaduh masyarakat, begitu memilukan.

Tawuran seperti ini kerap terjadi tak lain dari pengaruh kapitalisme yang terbentuk dari media sekuler yang menayangkan konten-konten kekerasan. Menyebabkan remaja terbiasa hidup sekuler yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Dan menjadikan mereka terombang-ambing terbawa arus. Jadilah remaja kita gemar bermaksiat, dan berperangai buruk. Sehingga generasi muda hanya tahu tentang eksistensi diri untuk meraih kepuasan materi, batinnya kosong akan nilai-nilai Islam.

Remaja akan mudah frustrasi, emosi yang tidak terkontrol, tidak ada rasa empati, sehingga merasa insecure. Paling parahnya, banyak remaja yang mengalami depresi sampai berakhir bunuh diri, na’udzubillah.

Inilah faktor-faktor yang mempengaruhi kebrutalan remaja saat ini. Pertama, faktor keluarga yaitu dari paradigma kedua orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Jika paradigmanya adalah sekuler kapitalistik, anak-anak akan tumbuh menjadi generasi sekuler yang hanya berorientasi pada kesuksesan duniawi.

Kedua, faktor lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian generasi. Rumah dan sekolah merupakan lingkungan tempat generasi menjalani kehidupan sosial mereka. Jika kedua lingkungan ini tidak mendukung, akan memberikan dampak negatif pada perkembangan anak-anak atau remaja.

Ketiga, faktor negara yang merupakan penerapan kurikulum dan sistem pendidikan, seharusnya menciptakan suasana takwa pada setiap individu. Dan juga berkewajiban melindungi generasi dari paparan ideologi sekuler kapitalisme yang merusak kepribadian mereka.

Negara pun wajib menyaring dan mencegah tontonan yang tidak mendidik, seperti tontonan kekerasan, konten-konten pornografi atau tayangan pergaulan bebas. Kalau di suguhkan terus tontonan seperti itu, maka remaja kita akan mengalami krisis moral.
Sementara sistem pendidikan yang ada saat ini adalah berbasis sekularisme. Kurikulumnya tidak mampu menyadarkan remaja menemukan jati dirinya. Justru yang ada generasi akan semakin sekuler.

Berbeda halnya akan negara Islam yang menerapkan aturan secara sempurna. Begitu menyadari bahwa generasi adalah aset sebuah bangsa. Jika generasinya rusak, maka akan rusak pula peradabannya. Negara akan memberikan pendidikan yang terbaik yaitu sistem pendidikan islam.

Dalam kitab Usus Al Ta’liim Al Manhaji, disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam (syakhshiyyah islamiyyah) bagi peserta didik, membekali peserta didik dengan ilmu-ilmu keislaman (tsaqofah Islamiyyah), dan membekali peserta didik dengan dengan ilmu-ilmu yang diperlukan dalam kehidupan seperti sains dan teknologi. Menjadikan generasi yang beriman dan bertaqwa, serta berkonstribusi positif untuk kemaslahatan umat.

Sehingga generasi yang ada tak akan ada waktu untuk berbuat hal-hal konyol seperti tawuran,dan kekerasan lainnya.

“Wallahu A’lam Bisshowab”

Penulis: Nurmaningsih (Pegiat Literasi)

Publisher: Yusrif Aryansyah

Komentar