Pemurtadan Sistematis Meyayat Hati

Nurfia (Aktivis Dakwah Kampus)

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Sedih rasanya mendengar kasus pemurtadan secara massal  yang terjadi di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut). Tidak tanggung-tanggung satu kampung dikabarkan keluar dari agama Islam (murtad). Padahal Indonesia termasuk salah satu negara yang populasi muslimnya terbanyak (mayoritas), lalu apa sebab pemurtadan ini bisa terjadi?

Konfirmasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut mengungkapkan pemurtadan itu terjadi di sebabkan dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Di perjelas oleh Ketua Bidang Dakwah MUI Sumatera Utara, M. Hatta bahwa dari faktor eksternal adanya kelompok secara masif yang mengajak warga untuk keluar dari agama Islam. Kelompok itu mulanya menawarkan pekerjaan dan tawaran keuangan sehingga terjadi goncangan dalam diri seseorang tersebut. Sementara dari faktor internal yaitu soal keimanan seorang muslim yang cenderung lemah. (detikSumut)

Sepakat dengan apa yang dikatakan MUI SUMUT, lemahnya iman di sebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap Islam. Diperparah lagi dengan faktor eksternal yang terus menampakkan derita. Akhirnya masyarakat tertipu dengan iming-iming harta yang berujung pada penggadaian akidah. Dengan begitu masyarakat di beri pilihan yang sulit, keputusan finalnya dari pada perut kosong mending keimanannya dipertaruhkan. Naudzubillah

Diperparah lagi oleh Negara yang tak pro pada kesejahteraan rakyat. Rakyat meraung karena derita kelaparan dan kemiskinan. Tetapi para pemangku malah acuh tak peduli, Sibuk mengurusi kesejahteraan pribadi.  Seolah tutup mata pada persoalan rakyat. Rakyat di buat susah dengan menaikah harga kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan dan lainnya semakin sulit untuk diakses. Alhasil, keluar dari Islam menjadi solusi untuk terbebas dari kehidupan yang pelik ini. mereka tidak berfikir lagi tentang pertanggung jawaban di akhirat nanti.

Seolah Islam yang di tuduhkan membawa derita dunia, padahal bukan Islamnya yang salah. manusianya lah yang keliru, lupa bahwasanya Allah Swt lah yang menghendaki kaya atau miskinnya seseorang.

Masyarakat tak boleh lupa bahwa peliknya kehidupan hari ini, berawal dari penerapan sistem sekuler kapitalis yang  melahirkan manusia tak bermoral, rakus dan enggan peduli terhadap sesama Maka, tidak heran jika label penguasa sekaligus pengusaha masih melekat erat pada mereka. Hanya peduli meraup keuntungan dan menumpuk kekayaan pribadi. Hingga mereka pura-pura buta dengan persoalan rakyat. Apatah lagi peduli dengan agama yang justru akan mencederai asas sistem mereka (Pemisahan agama dari kehidupan).

Inilah fakta dari sistem kapitalis sekuler yang juga menganggap semua agama itu baik. Hingga tak peduli mau Islam atau bukan semua sama di mata Negara, maka rakyat akan dibiarkan memilih agama dengan dalih kebebasan (Hak asasi manusia). Dengan begitu Negara tak akan ikut campur mengurusi agama rakyatnya.

Alangkah bahagianya ketika Negara mau menjamin seluruh kebutuhan pokok rakyat dan menjaga akidah mereka tentunya akan meminimalisir pemurtadan yang terjadi. Sayangnya itu semua hanya angan semata. Sebab itu sulit terjadi pada saat ini.

Sebagaimana aturan dalam Islam, Negara benar-benar menjamin kebutuhan pokok rakyat dan menjaga akidah umat agar tetap kokoh dalam dirinya. Karena Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Umat Islam pun mendapat julukan umat terbaik. Allah swt berfirman  dalam QS. Ali-Imran :110, yang artinya :

Kamu (Umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (Karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.

Selain itu, balasan bagi orang-orang yang murtad atau keluar dari Islam diberikan hukuman di dunia dan akhirat sekaligus. Berupa kerugian dan kesengsaraan. Mereka justru memilih jalan yang sesat. Orang-orang yang murtad sangat dimurkai Allah swt dan akan mendapatkan siksaan yang sangat berat dan kekal di neraka. Allah berfirman, yang artinya:

”Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : 217)

Dalam penjagaan akidah, Islam telah menetapkan bahwa menjaga akidah adalah tanggung jawab seluruh kaum muslimin. Tanggun jawab dimulai dari diri sendiri, masyarakat, dan Negara. Setiap Muslim wajib untuk selalu menjaga iman dan terus berupaya untuk meningkatkannya. Sistem Islam justru akan memfasilitasi agar keimanan seseorang semakin bertambah dengan memperluas kajian-kajian keIslaman, membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, memastikan setiap orang tidak mengalami kemiskinan dan kelaparan sehingga tidak mudah dimurtadkan, dan memberikan sanksi yang membuat efek jera bagi pelaku murtad maupun organisasai pemurtadan. Sejatinya Islam bukan hanya sebuah agama tetapi merupakan ajaran yang sempurna ketika diterapkan. Waullahu’alam

Penulis: Nurfia (Aktivis Dakwah Kampus)

Publisher: Yusrif Aryansyah

Komentar