Tanpa Junnah, Derita Melanda Ummat

Yusra Ummu Izzah (Pendidik Generasi)

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Bagai anak ayam yang kehilangan Induk, Kira-kira begitulah nasib kaum muslim saat ini. Seperti di India, yang baru saja terjadi, bentrokan berawal dari protes terhadap penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw. oleh petinggi Partai BJP. Buntut kericuhan itu membuat syahid dua pemuda dan puluhan orang luka-luka. Sampai saat ini, umat muslim India masih marah karena agama dan Nabinya dihina. (Republika, 12/06/22)

Tidak heran kalau banyak yang bertanya, kenapa kasus penghinaan, pelecahan, intimidasi bahkan menghilangkan nyawa pada ummat Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam terus berulang?

Iklan Pemkot Baubau

Pakar Hukum dan Masyarakat, Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum. mengatakan,”tampaknya sampai kapan pun tidak satu otoritas pun akan mampu menghentikan penistaan demi penistaan terhadap agama Islam, kecuali dibangun junnah, perisai umat, yang tidak lain adalah khilafah islamiah,” tuturnya dalam Islamic Lawyers Forum (ILF) Jawa Barat Edisi 8: Penghinaan terhadap Nabi SAW dan Al-Qur’an: Perspektif Hukum dan Ulama Aswaja di kanal YouTube Rayah TV, Sabtu (11/6/2022).

Perlu Penyatu

Ibarat lidi, jika hanya satu, mudah patah; tetapi jika dipersatukan menjadi sapu, tidak akan bisa dipatahkan. Begitu pula kaum muslim, akan kuat dan tidak mudah tercerai berai jika seluruh negara muslim di dunia ini bersatu dalam naungan satu kepemimpinan.

Pemimpin adalah sebagai induk ayam dan negara muslim lainnya berstatus anak ayam. Jika induknya ada, mereka akan mudah diarahkan, tidak akan tersesat, dan akan senantiasa terlindungi. Oleh karenanya, sosok pemimpin ini akan berperan sebagai junnah (perisai) yang bertugas melindungi, mengayomi, dan mengarahkan seluruh negara muslim.

Gambaran persatuan itu bisa kita contoh dari Rasulullah saw. dan para sahabat yang berhasil menyatukan jazirah arab dan wilayah lainnya menjadi satu negara adidaya (negara Islam). Di bawah kepemimpinan beliau saw. dan khulafa setelahnya, Islam menjadi agama yang diperhitungkan keberadaannya. Negara Islam menjadi menjadi singa di tengah peradaban Persia dan Romawi.

Wujudkan Junnah, kehormatan tegak

Dalam negara Islam, pemimpin (Khalifah) akan langsung bertindak ketika ada kasus penghinaan kepada Islam atau pembunuhan atas kaum muslim. Baginya, kehormatan agama dan darah kaum muslim sangat berharga.

Rasulullah saw. bersabda, “Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR Nasai 3987, Tirmidzi 1455)

Khalifah akan berlaku sebagai perisai bagi setiap kaum muslim. Darah mereka akan dilindungi. Namun, semua ini hanya bisa terealisasi jika pemimpin muslim mengambil Islam sebagai mabda atau dasar negara.

Islam yang memiliki fikrah (pemikiran) dan thariqah (metode penerapan) akan mampu meluruskan dan menunjukkan cara yang benar dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi Islam. Seluruh negara muslim tidak akan kebingungan dalam melawan penghinaan terhadap agama dan Nabinya.

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Al-Imam (Khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud)

Dengan demikian, jalan satu-satunya untuk membungkam musuh-musuh Islam hanyalah dengan mempersatukan seluruh negeri Islam dalam satu kepemimpinan. Tidak akan lagi ada kaum muslim yang terhina, terintimidasi apalagi sampai bersimbah darah sebab ada Khalifah yang berperan sebagai junnah.

Tidakkah kita semua ingin hidup dalam naungan & perlindungan yang hakiki tersebut? Mari sama-sama kita perjuangkan untuk mewujudkan hadirnya jumlah itu. Wallahualam

Penulis: Yusra Ummu Izzah (Pendidik Generasi)

Publisher: Yusrif

Komentar