TEGAS.CO., KENDARI – Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari resmi menghibahkan tiga asetnya kepada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia, Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Kendari, dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Kendari.
Hibah aset secara simbolis ditandatangani bersama oleh Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir dan tiga pimpinan lembaga itu di Kantor Wali Kota Kendari, Rabu (17/8/2022).
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengatakan, hibah aset tersebut adalah wujud visi dan misi pemerintahannya menghadirkan Kota Kendari menjadi kota layak huni.
“Penyerahan aset yang kita lakukan hari ini adalah wujud komitmen pemerintah Kota Kendari untuk menghadirkan sesuai visi misi Kota menjadi kota layak huni,” ujarnya.
Disebutkannya, hibah tiga aset seharusnya sudah dilakukan beberapa waktu lalu, namun karena harus dinyatakan clean and clear, sehingga penyerahan baru bisa dilakukan saat ini.
Wali Kota bilang, hibah aset tanah Pemkot seluas 10 hektare di Kelurahan Baruga diserahkan pada Kementerian Agama RI untuk MAN Insan Cendikia.
Penyerahan hibah aset ini merupakan bukti Pemkot tidak hanya membangun secara fisik saja, namun bentuk perhatian pemerintah terhadap peningkatan sumber daya manusia.
“Kita berharap ini menjadi salah satu ikon pendidikan kita, menjadi unggulan pendidikan kota Kendari,” katanya.
Sedangkan hibah aset tanah di Kelurahan Talia kepada BNN Kota Kendari, untuk dibangun kantor yang representatif.
Keberadaan BNN di ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) diperlukan untuk mengatasi dan mencegah perkembangan narkotika di Kota Kendari. Tanah yang diserahkan berada di Kelurahan Talia.
“Ini juga merupakan bukti konkrit Pemerintah Kota Kendari yang terus bersinergi dengan BNN Kendari mengatasi penyalahgunaan narkotika dan menciptakan Kota Kendari bersih dari narkotika,” katanya.
Hibah aset tanah di depan Puskesmas Poasia pada BPN Kota Kendari, Wali Kota jelaskan, bertujuan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Sebab selama ini kantor BPN yang terletak di depan jalan poros Universitas Halu Oleo (UHO) sering kali menjadi sasaran amuk aksi demonstrasi, meskipun sama sekali tidak ada kaitannya dengan persoalan tanah.
REDAKSI
Komentar