Pemilu 2024, Menakar Partai Loloskan Dua Kursi DPR RI

Pemilu 2024 Menakar Partai Loloskan Dua Kursi DPR RI
Logo tegas.co

TEGAS.CO., KENDARI – Hari ‘H’ Pemungutan Suara pemilihan umum (Pemilu) 2024 baru akan digelar pada 14 Februari 2024.

Sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara Pemilu baru akan membuka pendaftaran caleg dari partai politik awal tahun 2023 dan akan menetapkan Daftar Calon Tetap (DCT) yang akan dipilih oleh rakyat pada November 2023.

Iklan KPU Sultra

Meski demikian, sejumlah elit partai politik yang memastikan diri menjadi peserta Pemilu 2024, mulai berburu tokoh-tokoh potensial pendulang suara untuk didaftarkan sebagai caleg di patai mereka.

Itu karena setiap elit partai berobsesi meloloskan banyak kadernya di parlemen, baik DPR RI, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten dan Kota.

Perebutan kursi DPR RI di daerah pemilihan atau Dapil Sulawesi Tenggara (Sultra) yang hanya enam kursi misalnya, hampir seluruh partai menempatkan para mantan kepala daerah sebagai caleg DPR RI.

Di PDI Perjuangan misalnya, memastikan Ir Hugua (Mantan bupati Wakatobi dua periode, anggota DPR RI incumbent) dan Achmad Syafei (Bupati Kolaka dua periode yang akan pensiun awal tahun 2024 menjadi caleg DPR RI, Partai Golkar menjagokan Ir Ridwan Bae (Mantan bupati Muna dua periode, anggota DPR RI incumbent), Partai Demokrat mendorong Rusda Mahmud (Mantan Bupati Kolaka Utara dua periode, anggota DPR RI incumbent) dan Partai Nasdem mendorong Ali Mazi (Gubernur Sultra yang akan purna bakti di bulan September 2023) dan Kery Saiful Konggoasa (Bupati Konawe dua periode yang akan pensiun di bulan Oktober 2023.

Sementara Partai Amanat Nasional atau PAN, kemungkinan akan menempatkan Tafdil (Mantan Bupati Bombana dua periode) dan Abdurrahman Shaleh (Ketua DPRD Provinsi Sultra) sebagai mesin pendulang suara di partai tersebut.

Sedangkan Partai Gerindra, selain mempertahankan Bahtera, anggota DPR RI partai tersebut kemungkinan akan mendorong, Andi Sumangerukka sebagai mesin pengumpul suara.

PKS menempatkan La Ode Ida (Mantan Wakil Ketua DPD RI) dan mantan Meteri Sosial, Salim Segaf sebgai caleg DPR RI dan PPP kemungkinan akan mendorong Ketua DPW partai tersebut, Bachrim menjadi caleg DPR RI.

Demikian pula dengan partai lain, tentu menyiapkan caleg-calegnya yang bisa kompetitif memperebutkan suara pemilih.

Melihat komposisi caleg yang rata-rata mantan kepala daerah diajukan oleh partai politik, sangat kecil kemungkinan ada partai politik yang bisa merebut dua kursi DPR RI di Senayan.

Itu karena, masing-masing mantan kepala daerah sudah memiliki basis massa yang jelas di daerah yang pernah dipimpinnya.

Tengok hasil Pileg 2019, empat dari enam kursi DPR RI di Dapil Sultra diraih oleh mantan-mantan bupati. Ir Hugua dari PDI Perjuangan (Mantan Bupati Wakatobi), Ir Ridwan Bae dari Partai Golkar (Mantan Bupati Muna), Rusda Mahmud dari Partai Demokrat (Mantan Bupati Kolaka Utara) dan Drs. Imran, M.Si dari Partai Gerindra (Mantan Bupati Konawe Selatan).

Sementara dua kursi lainnya masing-masing direbut Hj. Tina Nur Alam dari Partai Nasdem (istri mantan Gubernuur Sultra) dan Fachri Fahlevi dari PAN (Putra dari Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa).

Meski demikian, tidak berarti tertutup kemungkinan ada partai politik bisa meloloskan dua calegnya di DPR RI.

Dalam teori probality atau teori kemungkinan, tidak ada yang tidak mungkin. Bisa saja, partai yang tidak diperhitungkan meloloskan wakilnya di DPR RI, justru meraih kursi pertama dalam perhitungan pembagian kursi di KPU.

Jika ditilik dari komposisi caleg dan kekuatan mesin politik, PDI Perjuangan berpotensi besar meloloskan dua kursi di DPR RI.

Jika Hugua dapat mempertahankan perolehan suara pada kontestasi pileg sebelumnya, 70.000 suara lebih dan Ahmat Syafei juga bisa mengumpul kurang lebih 70.000 suara, potensi PDI Perjuangan dapat dua kursi DPR RI sangat besar.

Belum lagi dengan kekuatan empat kader dari partai terebut, dua bupati aktif (Rusman Emba, bupati Muna dan Haliana, Bupati Wakatobi) serta dua wakil bupati (Ahali, wakil Bupati Buton Utara) dan Abu Haera, Wakil Bupati Konawe Utara) yang diyakini bisa menjadi lokomotif pendulang suara, akan semakin meneguhkan PDI Perjuangan dapat dua kursi DPR RI.

Selain PDI Perjuangan, partai lain yang juga berpotensi memperoleh dua kursi DPR RI pada Pileg 2024 adalah Partai Nasdem.

Selain menjagokan Hj. Tina Nur Alam (incumbent) sebgai mesin pendulang suara , partai tersebut juga diperkuat oleh Ali Mazi dan Kery Sayful Konggoasa.

Kery pada Pemilu lalu membantu putranya Fachri Fahlevi caleg DPR RI dari PAN, memperoleh suara pribadi terbesar di antara semua caleg, 100.000 lebih suara.

Sementara Ali Mazi sebagai kader Nasdem ketika itu, membantu mengumpulkan suara melalui mesin partai hingga meloloskan Tina Nur Alam di DPR RI.

Mampukah PDI Perjuangan atau Nasdem meloloskan dua calegnya di DPR RI?, waktulah yang akan menjawabnya kelak.

Jika seluruh partai mengharuskan para calon kepala daerah menjadi caleg lebih dahulu, maka kans PDI Perjuangan meloloskan dua kadernya di Senayan akan terbuka lebar.

Itu karena ketua DPD partai tersebut, Dr H. Lukman Abunawas, SH, MSi, HM yang digadang-gadang menjadi calon gubernur Sultra pada Pilkada serentak 2024, jika ikut caleg, diyakini akan menjadi lokomotif pendulang suara pemilih, khususnya di wilayah daratan.

Lukman selain mantan bupati Konawe dua periode, mantan Sekretaris Pemerintah Provinsi Sultra dan saat ini Wakil Gubernur Sultra, juga masih menjadi Ketua Lembaga Adat Tolaki atau LAT tingkat Provinsi Sultra.

Berbagai jabatan strategis yang pernah disandang Lukman tersebut, diyakini akan menjadi magnet pengumpul suara pemilih paling efektif. Semoga……***

FAJRIN

Komentar