TEGAS.CO, KOLAKA – PT. Vale Indonesia Tbk (PT. Vale) bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd (Huayou) resmi memulai pengembangan proyek pabrik pengolahan dan pemurnian nikel di Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Minggu (27/11/2022).
Peresmian pembangunan smelter nikel tersebut ditandai peletakan batu pertama oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Peletakan batu pertama disaksikan Chief Executive Officer Vale Eduardo Bartolomeo, Presiden Komisaris PT. Vale dan Executive Vice President Vale’s Base Metals Business Deshnee Naidoo, CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy, Gubernur Sultra Ali Mazi, dan Bupati Kolaka Ahmad Safei serta tamu undangan lainnya.
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, proyek PT. Vale harus jalan terus karena proyek ini membangun ekosistem untuk baterai Litium.
“Untuk masalah perizinan akan segera diselesaikan. Saya tegaskan, tidak ada proyek itu terlambat karena alasan terhalang oleh prosedur,” ucapnya.
Chief Executive Officer Vale Eduardo Bartolomeo mengatakan, peletakan batu pertama hari ini merupakan batu loncatan besar yang memposisikan Vale dan Indonesia untuk memasok sumber nikel yang berkelanjutan dan bertanggung jawab jauh ke masa depan.
“Kami yakin Indonesia memiliki peran penting dalam mega-tren elektrifikasi dan dekarbonisasi global, dengan potensi untuk menjadi produsen nikel paling berkelanjutan di Asia dengan standar ESG tertinggi. Kami berkomitmen untuk berperan aktif dalam perjalanan ini.” ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Presiden Komisaris PT. Vale dan Executive Vice President Vale’s Base Metals Business, Deshnee Naidoo mengatakan, Indonesia siap menjadi pemain kunci dalam transisi energi global itu akan memainkan peran integral dalam mengubah masa depan menjadi lebih baik.
“Hari ini kita melihat sekilas masa depan itu, dan kami berharap dapat melanjutkan perjalanan ini dengan mitra kami di Indonesia
bersama,” katanya.
CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy merasa bangga dapat memulai pembangunan Blok Pomalaa yang akan menjadi bagian penting dari upaya percepatan hilirisasi nikel Indonesia produksi. Proyek ini sangat penting bagi agenda pertumbuhan kami dan menandai babak baru dalam perjalanan PT Vale Kontribusi 54 tahun untuk Indonesia,
“Komitmen kami untuk menghindari penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik merupakan bukti nyata komitmen PT Vale untuk memperluas operasi secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk manfaat sosial-ekonomi lokal dan pemangku kepentingan nasional jauh ke depan,” ujarnya.
Ketua Chen dari Zhejiang Huayou Cobalt co mengatakan, melekat hebat pentingnya penerapan komitmen dan inovasi yang akan dibangun oleh PT. Vale dan Huayou proyek kelas dunia dengan teknologi tinggi, emisi rendah, dan energi hijau, untuk berkontribusi pada pembangunan industri nikel Indonesia yang berkelanjutan dan berkualitas tinggi.
Di kesempatan yang sama, Gubernur Sultra Ali Mazi mengatakan, kehadiran Menteri Luhut, Direktur Jenderal dan DPR hari ini mengisyaratkan pertambangan nikel di Kolaka aman.
“PT. Vale tidak perlu takut karena pertambangan di Sulawesi Tenggara akan terus berlanjut,” ujarnya.
Ali Mazi menegaskan, masalah itu akan segera selesai. Dia berjanji akan membantu PT. Vale menyelesaikan masalah izin analisis dampak lingkungan (Amdal).
“Kami mendukung bisnis hilir PT. Vale sesuai dengan program pemerintah. Apalagi menggunakan teknologi HPAL, teknologi rendah karbon sesuai dengan program pemerintah untuk mengurangi emisi karbon,” imbuhnya.
“Kami mengucapkan selamat dan sukses kepada PT. Vale yang telah resmi memulai proyek blok Pomalaa, berharap proyek ini dapat menyejahterakan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara,” katanya.
Proyek Blok Pomalaa merupakan Proyek Strategis Nasional dengan menggunakan High-Pressure Acid Huayou Leach (HPAL) teknologi untuk menghasilkan hingga 120.000 ton nikel per tahun dan didukung oleh pembangkit listrik non batubara.
Blok HPAL Pomalaa ditargetkan untuk menghasilkan produk bernama Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yang dapat diproses lebih lanjut menjadi material yang sesuai untuk baterai kendaraan listrik (EV). Blok HPAL Pomalaa dan produk-produknya diharapkan dapat terus mewujudkan komitmen PT. Vale Indonesia untuk berkontribusi dalam elektrifikasi global dan inisiatif dekarbonisasi.
Proyek tersebut akan beroperasi di bawah naungan PT. Kolaka Nickel Indonesia (KNI) dan ditargetkan dapat mencapai penyelesaian mekanik pada akhir tahun 2025.
Zikin
Komentar