War Ticket Coldplay, Matinya Empati Masyarakat yang Difasilitasi Negara

Ummu Hafidzah (Pemerhati anak dan Sosial)

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Untuk kali ke 2 di tahun ini Indonesia akan menggelar konser akbar yang akan menghadirkan musisi dari mancanegara. Setelah sebelumnya group blackpink, kini masyarakat Indonesia tengah heboh dengan rencana konser Coldplay. Band asal Inggris ini akan menggelar konser di Stadion Utama GBK, Jakarta, pada Rabu, 15 November 2023 mendatang.

Meski tiketnya dibanderol mahal, publik tampak antusias dan siap “war” untuk mendapatkannya. Berdasarkan daftar yang dirilis Detik (12-5-2023), harga tiket konser Coldplay yang termahal adalah jenis Ultimate Experience (CAT 1) sebesar Rp11 juta ditambah pajak 15% menjadi Rp13.200.000. Sedangkan tiket yang termurah adalah Numbered Seating (CAT 8) sebesar Rp800.000 yang menjadi Rp960.000 setelah dikenakan pajak, meski di banderol dengan harga yang terbilang mahal, konser ini di gandrungi dari berbagai kalangan, baik dari yang mengaku fans berat coldplay ataupun sekedar FOMO (Fear of missing out) atau ketakutan kehilangan momentum euphoria konser.

Di lansir dari metropolitan.kompas.com (15/5/2023) bahkan ada fans yang rela menjual motor dan kulkas demi mendapatkan tiket Ultimate Experience serta dalam laman detik.com (16/5/2023) menjelang dan selama “war” tiket pengajuan pinjaman online mengalami peningkatan yang signifikan.

Semua itu mereka anggap layak diperjuangkan padahal hal ini dilakukan hanya untuk hiburan semata.

Bahkan, ada yang memandang menonton konser Coldplay adalah self reward karena sudah bekerja keras selama ini. Menurut mereka, sah-sah saja mengeluarkan uang banyak demi kesenangan. Padahal jika menelisik lirik group music ini akan terasa kenal aroma kampanye LGBT.

Berangkat dari hal tersebut rencana konser ini di tolak keras oleh Persaudaraan Alumni 212 serta Waketum MUI dalam laman bbc.com (19/5/2023). Wakesekjen PA 212 mengatakan bahwa Chrismartin aktif mengkampanyekan dukungan LGBT dan atheism lewat lirik lagu dan aksi panggungnya.

Empati dan Kesenjangan Ekonomi

Pada aspek yang lebih luas, penyelenggaraan konser Coldplay dengan tiket yang mahal tersebut mengonfirmasi bahwa penyelenggara dan pemberi izin tidak punya empati. Masih sangat banyak masyarakat kita yang bahkan tidak punya makanan untuk dikonsumsi hari ini.

Jika mengikuti standar Bank Dunia, sebanyak 110 juta jiwa atau 40% penduduk Indonesia terkategori miskin. (CNBC Indonesia, 11-5-2023). Oleh karenanya, jika memang peduli pada orang miskin dan serius menyelesaikan problem kemiskinan, seharusnya program yang dilakukan adalah memberi makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pekerjaan pada orang-orang miskin.

Dengan demikian, dana APBN dan dana masyarakat akan membuat 110 juta orang miskin kembali tersenyum. Konser Coldplay ini juga mengonfirmasi lebarnya jurang kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin. Si kaya enteng saja mengeluarkan uang Rp13 juta untuk bersenang-senang, belum transportasi, makan minum, outfit, dan sebagainya.

Sedangkan bagi si miskin, uang sebesar itu bisa untuk makan setahun lamanya. Menurut World Inequality Report 2022, dalam 20 tahun terakhir, kesenjangan ekonomi di Indonesia tidak ada perubahan signifikan. Selama periode 2001-2021, sebanyak 50% penduduk Indonesia hanya memiliki kurang dari 5% kekayaan rumah tangga nasional. Sementara itu, 10% penduduk lainnya memiliki sekitar 60% kekayaan rumah tangga nasional. (Katadata, 30-6-2022).

Difasilitasi Negara

Paradigma liberal yang di anut Negara kapitalis menjadikan Negara tak lebih sekedar regulator atau pembuat kebijakan kebijakan yang ditetapkan pun hanya untuk memenuhi kepentingan para kapitalis industry hiburan sebab dalam system ekonomi kapitalisme memandang selama ada permintaan yang dipandang bisa mendatangkan keuntungan maka produksi/pengaadaan permintaan tersebut harus diberi ruang.

Sekalipun pengadaannya merusak moral masyarakat atau ada unsur keharaman didalamnya Sekalipun negara sendiri mengeklaim acara ini akan memberi dampak ekonomi bagi pelaku UMKM.

Padahal, sebenarnya sudah terbaca bahwa pihak yang paling diuntungkan adalah pengusaha besar terutama di bisnis perbankan, hotel, penyelenggara konser, transportasi, dll. Sedangkan UMKM sekadar mendapatkan tetesan ekonomi.

Negara yang menerapakan system kapitalisme juga gagal membentuk masyarakat yang memahami hakikat hidup sebagai hamba ALLAH , beramal sesuai dengan aturan ALLAH hingga membentuknya memiliki empati atas nasib sesama.

Negara dengan system kapitalisme liberal telah berhasil menjatuhkan taraf berfikir umat ke taraf yang sangat rendah. Walhasil, di dalam sistem kapitalisme, para kapitalislah yang paling diuntungkan. Wajar saja mereka menjadi crazy rich. Sementara itu, selepas menonton konser, para penonton kembali pulang ke rutinitas penuh tekanan dan kembali stres. Bahkan, ada yang lebih stres karena harus membayar cicilan utang.

Butuh Riayah Negara

Berbeda denga negara dalam Islam, yakni Khilafah, tidak akan mengizinkan aktivitas yang ada keharaman di dalamnya, seperti ikhtilat. Khilafah tidak akan “mendidik” warganya untuk hura-hura. Khilafah justru fokus dan sibuk untuk me-riayah (mengurusi) rakyatnya, yaitu memenuhi kebutuhan dasar mereka, baik sandang, pangan, papan, maupun pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Rakyat pun akan sejahtera secara merata

Penulis: Ummu Hafidzah (Pemerhati anak dan Sosial)

Komentar