Example floating
Example floating
Opini

Boikot Produk Pendukung Zionis, Mungkinkah Memerdekakan Palestina

361
×

Boikot Produk Pendukung Zionis, Mungkinkah Memerdekakan Palestina

Sebarkan artikel ini
Boikot Produk Pendukung Zionis, Mungkinkah Memerdekakan Palestina

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Konflik Palestina dan Israel hingga saat ini masih terus berlangsung. Serangan acak yang dilakukan Israel terhadap Palestina pun telah menewaskan ribuan masyarakat sipil di Gaza.

Data yang dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa serangan Israel telah memakan korban paling banyak berada di Jalur Gaza, yakni korban jiwa 9.061 orang dan korban luka 22.911 orang. Sementara di wilayah Tepi Barat korban jiwanya 132 orang dan korban luka 2.281 orang.

Akibatnya, serangan zionis yang menimbulkan banyaknya korban yang berada dijalur Gaza inipun menuai respon negatif terhadap pihak zionis itu sendiri. Respon itu berasal dari berbagai pihak utamanya dikalangan umat Islam.

Ada yang mengecam dan ada pula yang memboikot produk pendukung zionis tersebut. Aksi boikot ini dinilai mampu menghentikan serangan militer zionis terhadap warga sipil palestina.

Bahkan baru baru ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan fatwa haram membeli produk pendukung zionis.

Dari laman (cnbcindonesia 11/11/2023) Fatwa Nomor 83 Tahun 2023, berisi tentang hukum dukungan terhadap Palestina.

Dalam fatwa ini tertuang bahwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib. Sebaliknya, mendukung Israel dan mendukung produk yang dukung Israel hukumnya haram.

Selain fatwa tersebut, MUI juga merekomendasikan agar pemerintah mengambil langkah langkah tegas membantu perjuangan Palestina.

“Mendukung pihak yang diketahui mendukung agresi Israel, baik langsung maupun tidak langsung, seperti dengan membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung agresi Israel hukumnya haram,” kata Niam Sholeh sebagai Ketua MUI bidang fatwa.

Tidak hanya itu saja, MUI juga menegaskan kepada muslim di Indonesia  untuk memberikan dukungan terhadap warga Palestina. Dukungan itu bisa dalam bentuk zakat dan infak yang nantinya akan didistribusikan untuk kepentingan jihad dan kemerdekaan Palestina.

Adapun gerakan boikot produk pendukung Zionis sejatinya adalah tindakan yang bisa diambil oleh individu atau kelompok sebagai bentuk protes atau solidaritas terhadap muslim Palestina.

Dari gerakan ini diharapkan mampu memberikan solusi bagi muslim Palestina. Namun, yang jadi pertanyaan mungkin kah terjadi hal demikian ?? Jawabannya tentu tidaklah demikian. Buktinya saat ini sekalipun  marak pemboikotan  produk pendukung zionis, konflik diantara keduanya (Israel-Palestina) masih tetap berlangsun hingga saat ini.

Hal ini terjadi sebab instrument boikot ini hanya di lakukan oleh individu dan komunitas tertentu saja bukan oleh negara. Dan hanya dapat mempengaruhi perubahan dan menciptakan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu tertentu saja tanpa mampu memberikan pengaruh yang lebih besar.

Bahkan sekalipun aksi boikot ini dilakukan oleh negara, maka itupun tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pihak Zionis. Bahkan justru sebaliknya bisa jadi menimbulkan masalah baru bagi muslim yang lain, mengingat para karyawan dan pekerja dari perushaan produk tersebut kebanyakan muslim dan warga negara ini.

Terlebih, dari sisi perdagangan, ekonomi zionis Yahudi lebih banyak bergantung kepada negara-negara nonmuslim.

Kalaupun seluruh negeri muslim memboikot produk Yahudi, tidak akan signifikan untuk bisa menghentikan penjajahan Zionis Yahudi.

Dari sini nampak jelas bahwa aksi boikot produk pendukung zionis saja tidaklah cukup menghentikan aksi kekejaman pihak zionis terhadap Palestina. Butuh kekuatan yang jauh lebih besar untuk dapat menghentikan mereka.

Kekuatan tersebut tidaklah cukup datang dari individu, gerakan ataupun kelompok tertentu melainkan harus datang dari sebuah negara.

Ya, harus ada sebuah negara yang dengan suka rela melawan kekuatan zionis ini. Negara yang rela mengerahkan militer dan persenjataan nya. Atau dengan kata lain harus ada sebuah negara yang dengan suka rela ber Jihad melawan zionis yahudi ini.

Islam memandang kaum Muslim itu bersaudara. Mereka dipersaudarakan karena kesamaan akidah. Karena itu persaudaraan mereka melampaui batas-batas negara. Allah SWT berfirman: Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara (QS al-Hujurat [49]: 10).

Karena bersaudara, maka kaum Muslim tak boleh saling membiarkan saudaranya terzalimi. Mereka harus saling membela. Rasulullah saw. bersabda, “Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya. Dia tidak layak menzalimi dan menyerahkan saudaranya kepada musuh.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Wujud pembelaan terhadap sesama kaum Muslim di antaranya dengan melancarkan jihad manakala saudara mereka atau negeri mereka di mana pun diserang oleh orang-orang atau negara kafir.

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-baqarah ayat 190 yang artinya” Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian “.

Faktanya, para pemimpin Dunia Islam masih membatu. Mereka hanya menjadi macan podium. Menggertak di mimbar dengan omong besar, tetapi tidak melakukan tindakan nyata menghentikan agresi kaum Zionis.

Sejatinya solusi terhadap masalah palestina, ada dua hal terkait fakta Palestina sebagai tanah kharajiyah (tanah yang ditaklukkan oleh kaum muslimin melalui peperangan).

Pertama adanya korban dari rakyat Gaza Palestina. Untuk korban, kita sudah memberikan solusi jangka pendek dengan mengirimkan bantuan dana, obat-obatan, pakaian, dan membangun rumah sakit.

Kedua adanya pelaku, yaitu Zionis Yahudi, sedangkan solusi untuk pelaku, tidak pernah ada. Sudah berapa banyak kejahatan perang dan pelanggaran Internasional yang dilakukan oleh Zionis Yahudi tapi tidak pernah ada satupun “hukuman” yang berlaku.

Oleh karena itu, jika hendak membebaskan bumi palestina dari cengkraman zionis mau tidak mau haruslah dengan jihad fii sabilillah.

Namun, ditengah kondisi saat ini seolah menjadi sesuatu yang agak sulit di lakukan, mengingat sosok pemimpin yang ada ditengah umat islam saat ini tidaklah sama dengan pemimpin pada zaman Islam. Yang dimana para pemimpin dimasa itu posisinya sebagai pelindung dan pengurus urusan umat yang mindungi dan mengurusi seluruh urusan umat dengan berbagai upaya.

Dalam Islam begitu banyak sosok pemimpin yang telah berjasa melindungi tanah Palestina

Diantaranya adalah Sultan Abdul Hamid II (sosok pemimpin pada masa khilafah Utsmaniyyah) yang pada masa nya tidak pernah membiarkan sejengkal tanah Palestina jatuh ke tangan Zionis Yahudi.

Seperti inilah harus nya para pemimpin negeri muslim saat ini melindungi tanah Palestina. Wallahu’ A’lam

Penulis: Satriah Ummu Aulia (Pegurus MT Mar Atul.Mut Mainnnah).

Editor: Redaksi

Terima kasih