TEGAS.CO., KONAWE – Deklarasi Rusdianto dan Fachry Pahlevi Konggoasa yang seharusnya menjadi ajang untuk memperkenalkan pasangan calon dan visi misi dirusak oleh mantan istri Harmin Ramba, Trinop Tijasari.
Deklarasi pasangan dengan akronim RD-FPK ini hanya diwarnai ajang curahan hati (Curhat) sang mantan yang tidak bermutu.
Masyarakat yang hadir tidak mendapatkan edukasi yang benar tentang demokrasi saat ini jelang Pilkada pada 27 November mendatang.
Jika melihat dari strategi yang dimainkan oleh RD dan FPK yang turut menghadirkan Trinop sangat tidak menguntungkan untuk pasangan ini dalam hal pencitraan.
Pasalnya, narasi yang dibangun dalam penyampaian Trinop hanya menyerang pribadi calon bupati lainnya yang juga menjadi peserta pada Pilkada Konawe.
Kita sudah ketahui bersama, Trinop yang merupakan mantan istri Harmin Ramba melaporkan Harmin di Polda Sultra belum lama ini.
Menurut penulis, kehadiran Trinop dalam deklarasi pasangan RD-FPK mencerminkan etika komunikasi publik yang tidak baik didepan khalayak.
Terlebih, dalam deklarasi itu diduga ada pelibatan anak-anak.
Kehadiran Trinop juga menjadi cara untuk menjatuhkan pesaing dan meraih simpati dalam pesta demokrasi kali ini.
Padahal, entah baru mengenal dunia politik atau apa, hal seperti ini adalah black campaign (Kampanye Hitam).
Jika dirunut ke belakang, pasangan RD juga mempunyai rekam jejak yang kurang baik juga terhadap mantan istrinya.
FK juga diterpa isu yang kurang sedap terkait rumah tangga dan mantan Bupati Konawe dua periode, Kery Saiful Konggoasa juga sudah menjadi rahasia umum jika memiliki dua istri.
Narasi mengenai serangan pribadi dalam momen Pilkada Konawe ini menyesatkan dan tidak membangun diskusi publik.
Pernyataan tajam Trinop Tijasari membuka pintu untuk merenungkan pentingnya etika dan substansi dalam arena politik, terutama ketika calon terlibat dalam pertukaran ide.
Deklarasi menjadi momen krusial di mana pemimpin potensial harus mempertahankan visi, kebijakan, dan solusi konkrit mereka tanpa terjebak dalam politik personal yang dapat mengaburkan esensi deklarasi.
Pernyataan Trinop mengingatkan kita bahwa serangan pribadi mungkin menjadi kenyataan ketika argumen politik mulai mengalami kekurangan atau ketidakmampuan untuk mengatasi tantangan konkret.
Kesimpulan penulis, pasangan RD dan FPK tidak tidak produktif. Mereka lebih cenderung mengumbar aib orang lain daripada menawarkan visi misi dan programnya. Terlebih lagi mereka mempunyai rekam jejak yang tidak baik juga dalam urusan rumah tangganya. Jika mereka adalah sosok yg menggambarkan pemimpin yang baik tidak akan menggunakan perselisihan pribadi seseorang untuk kepentingan pribadinya sebagaimana kutipan dalam buku literasi komunikasi politik bahwa “Orang yang berpengetahuan luas tidak menyerang pribadi seseorang,” tutupnya.
Penulis: Ilham Saputra Jaya (Ketua KNPI Kabupaten Konawe)
Publisher: Redaksi
Komentar