SDA Melimpah, Afghanistan Rebutan Bangsa Penjajah

Dewi Soviariani (Ibu dan pemerhati umat)

TEGAS.CO.,NUSANTARA – Menjadi salah satu negeri termiskin di dunia telah disematkan pada Afghanistan. Wilayahnya yang kaya sumber daya alam, terutama lithium, menjadi magnet yang menggiurkan bagi sekelompok negara kapitalis yang rakus. Tak heran Afghanistan terus menjadi negara Konflik, pertikaian berdarah yang sering menjadi kendala mengapa sumber daya alam nya belum terjamah hingga kini. Tak hanya lithium, Afghanistan ternyata masih menyimpan sumber daya alam tersembunyi yang jumlahnya luar biasa besar.

Dari data AS telah memperkirakan bahwa cadangan litium Afghanistan dapat menyaingi cadangan di Bolivia, yang terbesar di dunia. Logam seperti besi, tembaga, dan emas, serta logam langka seperti lithium merupakan elemen kunci dalam baterai isi ulang. Lithium dan kobalt juga semakin diminati karena dunia mencoba beralih ke mobil listrik dan teknologi energi bersih lainnya untuk mengurangi emisi karbon.

Iklan KPU Sultra

Begitu banyak potensi sumber daya alam Afghanistan pada akhirnya menjadi incaran rebutan beberapa negara besar Eropa, Amerika dan China. Dari pergeseran kekuasaan di Afghanistan bisa kita lihat persaingan antara negara barat dan China yang eksploitatif saling bersaing kepentingan disana. China terlihat paling gencar ingin menguasai Afghanistan dan Taliban, politik kepentingan dalam sektor pengelolaan sumber daya alam Afghanistan menjadi tujuan, selain itu China juga ingin menggandeng Taliban dalam misi politik nya. Hal ini terbukti dengan membuka kedutaan mereka dan berkomunikasi secara teratur dengan perwakilan Taliban, walaupun belum mengakui Taliban secara resmi.

“China selama ini memelihara kontak dan komunikasi dengan Taliban Afghanistan atas dasar menghormati sepenuhnya kedaulatan Afghanistan dan kehendak semua faksi di negara itu, dan memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan penyelesaian politik masalah Afghanistan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dilansir dari The Week, Rabu (18/8).

 

China juga menggandeng Rusia untuk memuluskan rencana liciknya dengan memanfaatkan kekosongan AS disana. China ingin mencegah radikalisasi Islam di tanahnya dan membutuhkan Taliban untuk mencegah limpahan fundamentalisme Islam melalui perbatasan timur laut Afghanistan. Beijing saat ini berada di bawah radar negara-negara Barat karena telah memenjarakan lebih dari satu juta orang yang sebagian besar adalah Muslim Uighur dan minoritas lainnya. China juga bersekutu dengan Pakistan, yang dikenal sebagai pendukung Taliban. China juga ingin Taliban mengendalikan Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM).

China masih mewaspadai kehadiran AS di Afghanistan, dan berharap untuk melangkah ke dalam kekosongan yang telah diciptakan akibat penarikan militer AS dari Afghanistan. Tentunya mengincar sumber daya alam Afghanistan berupa kekayaan mineral, sambil berharap untuk mengamankan kepentingan strategis dan ekonomi. Merujuk sejarah China dengan India, Beijing memandang Taliban sebagai infrastruktur dan mitra investasi yang berharga. Menjauhkan AS dari Afghanistan adalah prioritas bagi China dan Rusia. Kalau pun kehadiran AS membuat Taliban dan organisasi lain tetap terkendali, Rusia maupun China merasa tidak nyaman dengan kehadiran AS di halaman belakang mereka. Bagi para perencana keamanan mereka, kehadiran Amerika merupakan mimpi buruk strategis yang besar.

 

Afghanistan butuh pelindung sejati

 

Kehidupan dunia dibawah cengkeraman ideologi kapitalisme memang melahirkan kehancuran. Berapa banyak negeri negeri muslim hidup dalam kenestapaan tanpa adanya kepemimpinan Islam. Mulai dari Palestina, Suria, Yaman, Libya, Kashmir, Xinjiang, Myanmar, dan Afghanistan hidup dalam pertikaian berkepanjangan. Beberapa lainnya berada pada keterpurukan ekonomi dan kelaparan. Miris memang, jika mengingat keadaan negeri negeri muslim tersebut. Padahal didalam kandungan perut bumi nya mengandung berjuta-juta kekayaan alam yang melimpah.

Di Afghanistan sendiri pertikaian panjang telah mewarnai kehidupan disana. Sumber daya alam yang masih perawan selalu menjadi alasan Taliban terus melakukan perlawanan agar tak jatuh ke tangan negara agresor. Akan tetapi meskipun kini kendali kekuasaan berhasil direbut Taliban, tak ada jaminan jika kekayaan SDA tersebut tak berpindah tangan kepada para penjajah kapitalisme. Negara negara penjajah yang berambisi untuk mengeksploitasi kekayaan alam Afghanistan terang terangan mendirikan kedutaan mereka di Afghanistan, sebagai wujud pengokohan akan kedudukan mereka disana.U

Hengkangnya Amerika dari bumi Afghanistan dan naiknya gerakan Taliban ke tampuk kekuasaan, hanyalah perubahan strategi Amerika dari Hard Power menuju Soft Power, setelah tentara Amerika benar-benar merasa terpanggang di bumi jihad Afghanistan dan tak mampu memenangkan pertempuran, meskipun hanya sehari. Amerika, ingin keluar setelah 20 tahun menanggung banyak kerugian memaksakan diri menduduki Afghanistan.

Namun jika masyarakat Afghanistan tidak jeli melihat kondisi ini maka Afghanistan hanya akan berakhir dengan nasib yang sama meskipun Taliban telah berhasil meraih tampuk kekuasaan dengan mengusir penguasa boneka tiran Amerika. Kenyataannya tekanan dan propaganda barat tetap akan mendominasi sebab Amerika hanya meninggalkan Afghanistan dari pintu depan, tetapi kembali melalui pintu belakang dengan penjagaan antek-antek Amerika di Kawasan baik Pakistan hingga Turki.

Pelajaran bagi Kaum Muslim, sejatinya pelajaran yang bisa diambil dari adanya peristiwa ini adalah bahwa kaum muslim harus memiliki kesadaran politik yang berlandaskan akidah Islam. Kesadaran ini penting untuk dapat memahami peristiwa politik seperti berkuasanya Taliban di Afganistan, bukan dengan ketakutan akan berkuasanya Islam radikal. Inilah propaganda Barat yang telah berhasil memonsterisasi syariat lewat Taliban. Karena tiada junnah berupa khilafah,  maka akan terus dicipta kondisi krisis agar fokus umat pada terjadinya konflik-konflik internal dan abai terhadap scenario perampokan sumber daya alam. Umat membutuhkan kepemimpinan Islam sebagai pelindung sejati. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An-Nuur [24] ayat 55).

Pentingnya kepemimpinan Islam ini sangat darurat. Bukankah sejarah telah mengulangi setiap peralihan kekuasaan meskipun atas nama Islam, jika tidak menyatukan kekuatan kaum muslimin yang tercerai berai maka semuanya akan berakhir dengan kisah yang sama. Karena saat ini kondisi umat lemah dan tidak berdaya. Untuk menyelamatkan kekayaan alam Afghanistan dari strategi politik barat yang menipu hanya dengan hadirnya seorang pemimpin umat. Taliban dan strategi politik nya tidak akan berhasil menyelamatkan Afghanistan jika tidak mau menerapkan aturan Islam secara kaffah. Barat dan negara penjajah lainnya akan terus menjadi bayang bayang yang akan terus merampok Afghanistan maupun negeri muslim lainnya. Mencabut akar permasalahan ini adalah dengan membuang penerapan ideologi kapitalisme di seluruh negeri negeri muslim dan mengembalikan kepemimpinan Islam dibawah naungan Khilafah. Allahu A’lam bisshawwab.

 

Penulis: Dewi Soviariani (Ibu dan pemerhati umat)

Editor: H5P

Komentar