tegas.co, PROBOLINGGO, JATIM – Dampak erupsi Gunung Bromo yang terjadi 2010 – 2011 dan 2015 yang lalu berdampak pada menurunnya produksi kripik kentang yang ada di kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jatim.
“Hal ini disebabkan terbatasnya stok kentang lokal yang ada di sekitar Gunung Bromo, selain stoknya terbatas, harganya juga terbilang cukup mahal, yakni kisaran Rp. 9 – 10 ribu per kilo gramnya, itupun harga dari petani,”Ungkap Dayik salah seorang petani sayur mayur kepada media tegas.co, Selasa (11/4).
Petani satu ini yang selama kurun waktu satu tahun ini hanya seperempat lahan yang ditanami kentang dirasakan menurun hasil panennya. Untuk itulah sisa lahanya ditanami kubis dan bawang prei.
“Kami semua petani melakukan ini karena biaya operasional untuk tanaman kentang sangat besar, sementara hasil panen kentang juga tidak sesuai yang diharapkan, bobot kentang juga merosot hingga 30 persen, ditambah lagi cuaca yang sering kali tidak berpihak pada petani, dan curah hujan juga intensitasnya cukup tinggi,”Keluhnya.
Keterbatasan ketersediaan kentang, juga berdampak pada menurunnya produksi kripik kentang, biasanya jelang ramadhan dan idul fitri, produksi kripik kentang meningkat sampai 3 kwintal kentang setiap minggunya.
“Saat ini dalam satu minggu hanya bisa menghabiskan kentang sebanyak setengah kwintal kentang, dan tiap 10 Kg kentang hanya menghasilkan 1Kg kripik kentang, jadi dalam setengah kwintal hanya menghasilkan kripik kentang sebanyak 5 Kg saja,”Ujar Sukaryo, seorang pengusaha kripik kentang, pada media tegas.co yang kami temui di kediamannya di Sukapura.
Harapan petani dan produsen kripik kentang, kondisi seperti sekarang segera pulih, sehingga perekonomian khususnya pertanian dan kewirausahaan kembali normal.
ASL / HERMAN
Komentar