Pandemi Covid-19, Musibah Dunia

Ferawati

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Pada saat memimpin rapat terbatas evaluasi perkembangan dan tindak lanjut PPKM level 4 secara daring Sabtu(07/08/2021) lalu, Presiden Indonesia Joko Widodo menyampaikan ada lima provinsi di luar Pulau Jawa-Bali yang mengalami kenaikan kasus Covid-19 cukup tinggi yaitu Kalimantan Timur (Kaltim), Sumatera Utara (Sumut), Papua, Sumatera Barat (Sumbar) dan Kepulauan Riau.

Walaupun pada beberapa hari ada wilayah yang turun tetapi tetap harus hati-hati karena selalu naik turun. Oleh karena itu, saat itu Presiden meminta seluruh pihak khususnya pemerintah daerah di luar Jawa-Bali untuk menerapkan tiga hal yaitu penurunan mobilitas, testing dan tracing serta penambahan ruangan isolasi terpusat (Isoter).

Saat ini kasus harian harian positif covid di Indonesia masih tinggi yakni berada di peringkat ketujuh di dunia dengan penambahan 7.201 kasus positif (worldmeters, 7/9/21). Pengendaliannya bahkan sempat memburuk seperti yang disebutkan pada bulan Juli lalu dimana Indonesia dilaporkan sebagai negara yang paling buruk dalam menangani Covid-19.

Menurut laporan Bloomberg pada Selasa (27/7/2021), beberapa indikatornya mulai dari kualitas fasilitas kesehatan, cakupan vaksinasi, kematian, proses perjalanan hingga pelonggaran perbatasan. Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia sangat tinggi. Tercatat, lebih dari 1.300 orang meninggal setiap harinya. Vaksinasi di Indonesia juga masih rendah yaitu 11,9 persen dari total penduduk (tribunnews.com, 31/07/2021).

Penanggulangan penularan virus di dalam sistem negara demokrasi kapitalisme yang dianut negeri kita ini tidak didasarkan sepenuhnya pada paradigma bahwa nyawa satu rakyat atau warga negara harus dilindungi dengan sungguh-sungguh. Masih ada unsur kepentingan lain seperti ekonomi dan politik yang cenderung diprioritaskan dibandingkan kesehatan.

Demokrasi kapitalisme memandang kasus penularan, yang sakit, dan yang meninggal karena Covid-19 hanya sebagai angka. Jika tidak segera mengambil gebrakan kebijakan penanganan pandemi yang tepat, bisa-bisa negara masuk ke dalam jebakan pandemi yang tidak jelas kapan akan berakhir. Inilah yang terjadi saat ini hampir di seluruh dunia.

Indonesia sendiri pun mengalaminya, bagaimana pemerintah dalam menanggulangi penularan virus pada saat awal masuknya virus ke Indonesia yang lebih memprioritaskan perekonomian daripada nyawa rakyatnya, sehingga membiarkan pihak asing keluar masuk Indonesia yang mengakibatkan penularan terus berlangsung hingga saat ini yang tidak jelas kapan akan berakhir.

Diawal pandemi masuk ke Indonesia tidak adanya keseriusan dari negara dalam menangani pandemi, penerapan kebijakan yang semrawut dan tidak jelas yang mengakibatkan kasus tertular terus meningkat dan berlangsung lama hingga imbasnya ke berbagai sektor yang lain seperti sektor perekonomian pun yang lebih diproritaskan sat itu pada saat ini mengalami penurunan. Banyak kerugian yang dialami negara karena ketidak seriusan dalam menanggulangi pandemi. Termasuk masyarakat pun banyak yang kehilangan nyawa, pekerjaan, hingga mengalami kelaparan.

Perlu kita ketahui pandemi Covid-19 adalah musibah dunia. Setiap pandemi pasti ada masanya berlalu, namun yang terpenting bagaimana kita bisa segera keluar dari masa pandemi ini dengan meminimalkan korban nyawa. Islam hadir sebagai alternatif solusi menghentikan pandemi Covid-19, bukan hanya secara teknis tapi juga paradigmatis. Adapun secara teknis yang pertama, Islam mewajibkan melakukan karantina/isolasi bagi yang sakit. Masyarakat yang sakit dipisahkan dari masyarakat yang sehat.

Sehingga, yang sakit bisa diupayakan penyembuhannya. Sedangkan yang sehat tetap dapat beraktivitas seperti sedia kala tanpa takut tertular. Dengan demikian, roda ekonomi negara terus dapat berputar dan hal ini terbukti saat ini ada benerap negara yang serius menerapkan lockdown secara total dan patuh hingga akhirnya mereka bisa lepas dari pandemi. Kedua, sistem Islam akan terus melakukan semacam program 3T (testing, tracing, treatment). Kemudian, terus menerapkan protokol kesehatan 5M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas. Juga menggalakkan vaksinasi secara menyeluruh untuk rakyat dengan terus melakukan riset penelitian terhadap virus. Ketiga, adanya political will yang besar dari negara sistem Islam untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat selama masa karantina wilayah, atau jika dibutuhkan negara melakukan lockdown.

Negara akan menghidupi rakyatnya dan rakyat tidak perlu khawatir tidak bisa makan selama masa pandemi. Sumber pendanaan diambil negara dari pemasukan negara, bisa dari pengelolaan sumber daya alam di wilayah negara Islam, atau pungutan lain yang dibolehkan oleh syariat Islam.

Semuanya itu dilandasi paradigma solutif Islam, bahwa setiap nyawa rakyat harus dilindungi dan bahwasanya pemerintah atau pemimpin itu adalah pelayan rakyat yang harus bersungguh-sungguh mengurusi umat karena sadar itu adalah amanah yang akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah Swt di akhirat.

Penulis : Ferawati

Editor/Publisher : Yusrif

Komentar