TEGAS.CO.,NUSANTARA – Baru- baru ini publik dikejutkan dengan berita kenaikan jumlah harta kekayaan sejumlah pejabat negara selama pandemi Covid-19. Jumlah ini diketahui berdasarkan data yang diakses Kompas.com dalam situs web elhkpn.kpk.go.id milik KPK. Sangat fantastik, ada Menteri yang baru menjabat 9 bulan, kekayaannya bertambah sekitar 10 milyar rupiah.
Namun ironisnya, justru kehidupan mayoritas rakyat dalam kondisi terpuruk. Banyak rakyat menjerit karena kehilangan pekerjaan. PHK massal dimana-mana, pengangguran dan kemiskinan semakin meningkat serta banyak yang mengalami kesulitan sekedar untuk bertahan hidup. Mengapa kondisi yang kontras ini bisa terjadi?
Fakta di atas menunjukkan sulit sekali menemukan pemimpin yang amanah di dalam negara yang menerapkan sistem sekuler-demokrasi, kalaupun ada jumlahnya hanya sedikit. Hal ini disebabkan mereka yang akan memegang tambuk kekuasaan sudah dipastikan berada di bawah kendali para cukong-cukong yang dulu mendukung mereka dengan banyak menggelontorkan dana pada musim pemilihan.
Tak aneh jika mereka lebih loyal kepada para pemodal daripada kepada rakyat serta lebih memilih memperkaya diri dan oligharki daripada peduli kepada rakyat. Sistem sekuler juga telah menciptakan para pejabat yang hilang rasa empatinya terhadap penderitaan rakyat apalagi di musim pandemi saat ini. Bagaimana kekuasaan dalam pandangan Islam?
Kekuasaan dalam pandangan Islam adalah sebuah amanah yang kelak di akherat akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah Swt. Nabi Saw. bersabda “Kepala negara adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus” (HR al-Bukhari). Hadits di atas terkait penguasa yang amanah adalah memelihara urusan-urusan rakyatnya seperti menjamin pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan bagi tiap individu warganegara); menjamin pemenuhan pendidikan, kesehatan dan keamanan secara cuma-cuma; serta melindungi rakyat dari berbagai gangguan dan ancaman. Imam an-Nawawi di dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan pengurusan (riayah) yang baik adalah menjalankan hukum-hukum syariah serta mengutamakan kemaslahatan dan kepentingan rakyat.
Diantara contoh keteladanan pemimpin Negara Islam (Khilafah)yaitu Khalifah Umar bin al-khaththab ra. Sosok pemimpin yang sederhana dan peduli kepada nasib rakyatnya. Pada masa kepemimpinan beliau pernah terjadi panceklik. Daerah Hijaz kering kerontang sehingga banyak penduduk mengungsi ke Madinah karena sudah tidak lagi memiliki bahan makanan sedikitpun. Ketika rakyat melaporkan kondisi ini, Khalifah Umar ra. segera menindaklanjutinya dengan segera membagi-bagikan makanan dan uang dari Baitul Mal sampai gudang makanan dan kas Baitul Mal kosong.
Beliau juga memaksakan dirinya untuk tidak makan lemak, susu maupun makanan enak sehingga warna kulitnya hitam serta tubuhnya kurus. Solusi yang diambil oleh Khalifah Umar untuk mengatasi masalah ini dengan meminta bantuan kepada ‘Amru bin al-Ash ra. sebagai Gubernur Mesir dan Abu Musa al-Asy’ari ra. sebagai Gubernur Irak. Tindak lanjut dari perintah Khalifah Umar akhirnya merekapun mengirimkan bantuan dalam jumlah besar yang terdiri dari bahan pokok berupa gandum.
Ditambah bantuan dari Abu Ubaidah ra. dengan membawa 4000 hewan tunggangan yang dipenuhi makanan. Akhirnya masa panceklikpun berakhir dan keadaan berubah kembali normal seperti biasanya berkat kebijakannya yang tepat.
Di samping itu, Rasulullah Saw. juga banyak memperingatkan penguasa dan pemimpin yang tidak amanah/khianat,zalim serta pemimpin yang bodoh yaitu pemimpin yang tidak menggunakan petunjuk Rasul dan tidak mengikuti sunnah beliau. Sayangnya pemimpin yang di cela oleh Rasul Saw. banyak ditemukan saat ini. Oleh sebab itu, sudah saatnya sistem yang melahirkan banyak pemimpin yang rusak dicampakkan dan ganti dengan sistem pemerintahan Islam yang menerapkan Islam secara kaffah (menyeluruh). WalLahu a’lam bi ash-shawab
Penulis: Tari
Editor: H5P
Komentar