TEGAS.CO., KENDARI – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas, Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ternyata belum mempunyai dokter spesialis rehabilitasi medik.
Direktur RSUD Bahteramas Kendari dr. H. Hasmudin, Sp.B mengataakan bahwa rumah sakit yang dipimpinnya ada Poliklinik Medik (Fisioterapi) namun tidak mempunyai dokter spesialisasi rehabilitasi medik.
“Kita punya Poli layanan rehabilitasi medik seperti fisioterapi. Cuma di sini kita masih mencari ahlinya, kita belum punya spesialis rehabilitasi medik, yang adakan disini tenaga fisioterapi yang tamatan fisioterapi S1 tetapi bukan dokter ahli rehabilitasi medik,” ungkapnya, Jumat (12/11/2021).
Menurut Hasmudin, dokter spesialis medik berperan penting membantu pasien yang sakit atau cedera untuk mengembalikan kemampuan fisiknya.
Mengutip berbagai sumber di internet, dokter rehabilitasi medik (Sp.RM) adalah dokter spesialis yang berperan membantu memulihkan fungsi tubuh pasien yang mengalami gangguan atau kecacatan. Dengan bantuan dokter rehabilitasi medik, pasien diharapkan dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Di Indonesia, terdapat Perhimpunan Besar Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia (Perdosri) yang menjadi tempat bernaung para dokter rehabilitasi medik.
Dokter spesialis medik berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami gangguan fungsi tubuh atau kecacatan akibat cidera, kecelakaan, atau penyakit tertentu.
Berbeda dengan dokter spesialis lain, dokter ini spesialis medik menjalankan tugasnya memulihkan fungsi tubuh pasien seperti sedia kala lewat terapi.
Alih – alih menggunakan obat-obatan, dokter spesialis medik berfokus pada terapi modalitas fisik untuk menangani kondisi pasien. Ada berbagai macam kondisi yang dapat ditangani dokter spesialis medik, diantaranya:
- Keterbatasan fungsi tubuh, kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak, atau kecacatan, misalnya akibat cedera, kecelakaan, atau penyakit tertentu seperti stroke.
- Pemulihan setelah menjalani operasi besar, seperti operasi penyembuhan tulang, operasi sendi, operasi pada saraf dan otak, atau operasi tulang belakang.
- Pemulihan dari luka bakar derajat berat serta kelaina yang terkait, misalnya perlengketan jaringan tubuh atau kontraktur.
- Nyeri akut maupunkronis, misalnya akibat artrisis, nyeri punggung, dan cedera berulang.
- Kesulitan bernafas, misalnya karena penyakit apru obstruksi kronis (PPOK) atau asma.
- Kesulitan bergerak atau terbatasnys pergerakan otot dan sendi akibat kondisi berat badan berlebih atau obesitas.
- Gangguan menelan dan kesulitan bicara, misalnya akibat kanker laring, stroke, atau cedera pada leher atau otak.
- Amputasi, misalnya pada pasien yang mengalami infeksi berat akibat luka diabetes, cedera atau kecelakaan berat.
PUBLISHER: TIM TEGAS.CO
Komentar