Kaum Munafik, Penghancur Islam Berkopiah

Ummu Hamnah Azizah Asy syifa
(Relawan Media dan Opini)

TEGAS.CO.,NUSANTARA – Kebohongan telah tampak pada kaum munafik dari zaman Rasulullah masih hidup hingga di akhir zaman ini. Bedanya, kaum munafik semakin marak bahkan mereka bertameng muslim taat tetapi sejatinya mereka menjadi tokoh utama dalam upaya menghancurkan Islam dari dalam.

 

Iklan KPU Sultra

Mereka dengan leluasa mengoreksi syariat Islam yang tidak sesuai dengan paham tuan mereka. Bahkan ada dari kalangan mereka yang menjadikan budaya barat sebagai rujukan dalam berperilaku tetapi di sisi lain menampik budaya Arab, dengan dalih tidak mesti diikuti.

Sungguh, fitnah yang mereka tunjukan pada Islam luar biasa jahatnya.

 

Mereka berusaha mencari celah untuk ‘mengamankan’ ulama yang masih mempertahankan kemurnian Islam. Peraturan perundang-undangan pun menjadi jalan mereka dalam menghambat dan menekan kaum muslim yang ber-Islam Kaffah.

 

Mereka berusaha mengondisikan Islam dengan zaman. Artinya, Islam-lah yang harus mengikuti zaman, bukan sebaliknya. Padahal Islam sudah sangat jelas dan sempurna. Meskipun zaman berubah, peraturan Islam tetaplah sama dan memberikan solusi tuntas atas setiap keadaan.

Anehnya, Islam terkadang dijadikan sarana untuk memperoleh suara terbanyak agar dapat menduduki suatu jabatan tertentu.

 

Seharusnya, Islam bukan hanya digunakan untuk mendapatkan kekuasaan, melainkan untuk mengatur kekuasaan. Sebab Islam tidak pernah memerangi non-muslim, kecuali yang memusuhi Islam. Itu pun juga harus melalui langkah-langkah tertentu.

 

Di zaman ini, yang zalim terhadap kaum muslim adalah kebanyakan dari sesama kaum muslim. Karena uang, rela menggadaikan agamanya. Karena perbedaan rela menjatuhkan agar ia terlihat sempurna di mata tuannya.

Maka benarlah, musuh muslim yang nyata adalah orang-orang yang bertameng muslim tetapi kenyataannya pengkhianat.

 

Semua itu sudah pernah terjadi saat runtuhnya Khilafah Utsman. Khalifah dikhianati oleh salah satu orang kepercayaannya. Yang sepanjang sejarah, jasadnya tidak diterima oleh bumi dan langit.

 

Bahkan, jasadnya harus ditimbun oleh beton, sekalipun demikian bau tubuhnya masih tercium padahal ia sudah meninggal dunia beribu-ribu tahun lalu. Semua itu dikarenakan besarnya dosa yang telah ia lakukan.

 

Oleh sebab itu, kita harus lebih jeli lagi dalam mengikuti orang berpenampilan agamis namun ternyata ia berusaha menyesuaikan syariat Islam dengan zaman. Maka, bila menemui hal semacam ini, sudah sepatutnya kita mengembalikan perkara tersebut pada Al-Qur’an, hadits, ijma’ sahabat dan qiyas apakah melarang atau membolehkan.

Hanya dengan cara itu, kita bisa terlepas dari perbuatan yang mendatangkan murka Allah. In syaa Allah, Aamiin.

Penulis: Ummu Hamnah Azizah Asy syifa

(Relawan Media dan Opini)

Editor: H5P

Komentar