tegas.co., YOGYAKARTA – Setelah melakukan kerjasa penelitian perokok usia dini antara Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kulon Progo dengan Nanjing University ditahun 2016 lalu, ternyata masih banyaknya ditemui anak-anak usia SMP yang pernah mencicipi ataupun aktif merokok.
“Kami pernah gelar kerja sama dengan Nanjing University untuk bertanya ke siswa yang akan masuk SMP baik yang dipegunungan maupun dikota. Ada sekitar 800 sekian yang pernah mencicipi rokok dari populasi siswa SMP sebanyak 15 ribu,” tutur Bupati Kabupaten Kulon Progo Terpilih periode 2017-2022, Hasto Wardoyo, usai mengikuti Pelantikan Tim Penggerak PKK Kabupaten Kota di Kantor Kepatihan DIY, Rabu (31/5/2017).
Menurutnya, angka tersebut terbilang cukup tinggi, yang mana populasi tersebut lama kelamaan akan berkembang banyak. Setelah penelitian tersebut, rata-rata anak-anak tersebut mencoba pertama kali itu antara usia 13-16 populasinya hampir 36 persen.
“Menurut saya angka 800 itu cukup tinggi, karena kalau segitu, akan berkembang banyak. Perokok pada umumnya, mencoba merokok dikisaran umur 13-16 tahun,” paparnya.
Hasto menerangkan, salah satu penyebab utama tingginya tingkat perokok dikalangan anak-anak usia SMP di Kulon Progo tersebut tidak lain hanyalah faktor ikut-ikutan, mengikuti keadaan lingkungan sekitar.
“Penyebab utama sebenarnya ikut-ikutan, ketika lingkungannya perokok maka mereka ikutan juga,” terangnya.
Menarikanya di Kulon Progo, anak-anak yang tinggal dipelosok dan pegunungan merokok malah tidak Tabu, dibandingkan anak-anak yang tinggal diperkotaan. Ia juga mengakui sangat bersemangat membuat dan melaksanakan Perda Nomor 6 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
“Kenapa saya sangat getol, karena dua faktor, pertama masalah ekonomi dan kedua masalah kesehatan,” katanya.
Selain getol didalam penegakkan Perda tentang KTR, Hasto juga mengakui memiliki cara tersendiri untuk melakukan gerakan-gerakan konkrit untuk melarang agar tidak merokok.
“Kami melarang adanya sponsor rokok dikonser-konser musik, dipertandingan bola dan olahraga lain. Kulon Progo kan free seperti itu sejak dua tahun terakhir ini, dan akhir tahun ini kami akan melakukan evaluasi keefektifannya,” tuturnya.
NADHIR ATTAMIMI / HERMAN
Komentar