Dugaan Penelantaran Pasien di RSBG Kolaka

Dugaan Penelantaran Pasien di RSBG Kolaka
Keluarga pasien saat berada di RSBG Kolaka FOTO: ASDAR LANTORO

tegas.co., KOLAKA, SULTRA – Kasus dugaan penelantaran pasien khususnya di dokter kandungan kembali terjadi di Rumah Sakit Benyamin Guluh (RSBG) Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Minggu 25 Maret 2018 sekitar pukul 17.00 wita.

Kali ini pasien yang diduga diterlantarkan oleh dokter Marwan karena satu–satunya dokter kandungan yang ada di kabupaten Kolaka.

Sontak hal ini dikeluhkan dan sangat disayangkan oleh keluarga pasien, sebab RSBG Kolaka baru saja mendapat akreditasi type B .

Hal ini bermula saat salah seorang warga jalan Kayangan, kelurahan Sakuli, kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra) membawa istrinya bernama Irawati ke RSBG Kolaka karena mengalami pendarahan hebat saat mengandung.

Sesampainya di RSBG, pasien tersebut langsung ditangani oleh salah seorang dokter yang ada di UGD,
akan tetapi, karena kondisinya yang memburuk dan terus pendarahan, sehingga harus ditangani oleh dokter ahli kandungan.

Alhasil, satu–satunya dokter kandungan di Kolaka tak kunjung datang, sehingga pasien terpaksa terlantar selama 18 jam.

Menurut informasi dari keluarga pasien, Supriadi mengatakan, dokter Marwan lebih memilih melayani pasien di klinik pribadinya ketimbang menjalankan tugasnya di RSBG Kolaka.

Tak hanya itu, pada akhir Januari 2018 lalu, seorang pasien bernama Sri Sugianti, warga desa Rahabite, kecamatan Toari, kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara harus meregang nyawa bersama putri pertamanya yang baru saja dilahirkan.

Lagi–lagi hal ini terjadi lantaran dokter Marwan lebih memilih pasien di klinik pribadinya, dan berangkat menuju Makassar, Sulawesi Selatan karena urusan pribadi.

Akibatnya, almarhum Sri Sugianty tidak dapat menjalani operasi saat pendarahan pasca melahirkan. akhirnya ibu dan anak tersebut meninggal dunia saat perjalanan di rujuk ke rumah sakit umum kabupaten Konawe.

Keluarga pasien berharap agar pemda kabupaten Kolaka dapat menambah dokter ahli kandungan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

REPORTER: ASDAR LANTORO

PUBLISHER: MAS’UD

Komentar