Penduduk Langit yang Merintih

Penduduk Langit yang Merintih
Erni Yuwana.

Langit biru itu terlihat kelabu. Kicauan burung berganti deru rudal yang mengangkasa. Yang tersisa hanya kepulan asap berjelaga, api yang meledak dan runtuhan bangunan.

Aroma yang menyeruak adalah aroma darah yang bergolak. Tak ada lagu indah yang mengalun, suara yang ada hanyalah doa dan tangisan menyesakkan. Tahukah engkau, ini di mana? Benar, ini di tempat penghuni langit yang tengah merintih mesra dengan Rabb nya. Tempat ini bernama Gaza Palestina.

Syahid, gelar terindah namun tetap menyayat hati. Tetes air mata seolah tak pernah kering. Luka dan darah menjadi saksi atas melangitnya segala usaha dan doa melawan kedzaliman.

Penghuni langit itu terus berhadapan dengan kaum penjajah hina terlaknat, Israel. Kini komandan militan jihad Palestina menghembuskan nafas terakhir. Syahidnya sang komandan membangkitkan jiwa ksatria Palestina.

Militer Israel membunuh seorang komandan kelompok militan Palestina, Jihad Islam, dalam serangan di rumahnya di jalur Gaza, Selasa (12/11/2019). Serangan itu memicu ketegangan baru dan Eskalasi yang makin meningkat, yang sudah merenggut nyawa 20 warga Gaza.

Dilaporkan AFP, Rabu (13/11/2019), serangan itu memicu serangan balasan dari Gaza, yang menembakkan hampir 200 roket ke Israel. Israel juga membalas tembakan roket dengan serangan udara. (Inews.id,13/11/2019).

Negeri suci Al Quds tengah meminta haknya. Palestina menjaganya dengan segenap jiwa. Walau berderai air mata. Walau mempersembahkan darah. Walau harus meregang nyawa.

Sesungguhnya, Al Quds tidak butuh harta kita. Palestina tidak mengemis makanan, obat, bahkan baju sisa. Tidak! Bukan itu yang dibutuhkannya. Bukan itu yang diinginkannya.

Al Quds dan Palestina hanya meminta haknya, mengusir penjajah Israel terlaknat selama-lamanya. Kapan kaum muslimin memahami itu semua?

Kebiadaban-kebiadaban Israel telah terpampang nyata. Begitu memuakkan dan sakit rasanya. Pembunuhan masal terus dilakukan terhadap kaum muslimin Gaza, Palestina. Ratusan lebih anak-anak tak ber-ibu dan tak ber-ayah, bahkan berdarah.

Kaum wanita berstatus janda dengan penuh luka. Para pejuangnya pun meregang nyawa. Israel sangat menikmati pembunuhan terhadap anak-anak kaum muslimin yang tak berdosa.

Kebencian dan permusuhan mereka terhadap kaum muslimin tidak bisa ditutup-tutupi dan semakin menggila.

Sejak 1948, Israel merampas tanah Palestina. Sudah tujuh puluh tahun lebih, Israel menjajah Palestina. Dan sejak 2006 sampai sekarang mereka memblokade Gaza. Sehingga sekitar 1,5 juta jiwa muslim terkurung rapat dari dunia luar, terluka, berdarah dan bertaruh nyawa.

Namun, dunia bungkam seperti tidak ada masalah. PBB dan HAM tidak berkutik, seolah mengamini segala kebiadaban dan pelanggaran hukum internasional yang ada.

Para pemimpin negeri muslim pun hanya berlomba untuk mengecam, mengutuk sikap Israel dengan marah. Namun, kecaman dan kutukan tidak berpengaruh apa-apa terhadap nasib Palestina.

Hal tersebut hanya retorika-retorika kosong belaka. Penguasa negeri-negeri muslim tidak melakukan tindakan lebih, padahal kekuatan politik dan militer ada dalam genggaman tangan mereka. Mereka seharusnya bisa menghancurkan penjajahan Israel dengan kekuatan militer mereka, tapi mereka diam saja.

Mungkinkah hisab di hadapan Allah sudah tak ada artinya? Apakah pemimpin kaum muslimin mendadak tuli parah? Atau mata penguasa muslim yang buta? Atau kah hati penguasa kaum muslim yang hitam berjelaga?

Sejatinya Islam mengajarkan untuk saling tolong-menolong kepada sesama saudara muslim yang lain, apalagi terkait jiwa dan nyawa.

Rasulullah Saw bersabda, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam” (H.R Bukhari dan Muslim).

Demikianlah seharusnya sikap seorang pemimpin. Mereka memposisikan dirinya sebagai satu tubuh. Mereka adalah pelindung umat muslim. Mereka seharusnya bergelar perisai umat Islam.

Namun sejak Islam tidak diterapkan sebagai peraturan hidup, darah umat islam begitu mudah ditumpahkan, kehormatannya dilecehkan, kekayaan mereka dijarah dan negeri mereka dijajah.

Mengapa penguasa dan pemimpin kaum muslimin membiarkan darah Palestina tertumpah? Padahal Israel adalah kaum pengecut, hina dan pasti akan kalah. Kenapa penguasa dan pemimpin kaum muslim gentar menghadapinya? Kenapa merasa lemah tak berdaya?

Apakah dunia telah merengkuh semua hatinya sehingga mati rasa?  Dimanakah pemimpin kaum muslim sejati yang melihat akhirat dan darah kaum muslimin lebih berharga dari dunia seisinya?

Rintihan penduduk langit itu harus segera diakhiri. Al Quds yang mulia harus kembali suci. Kebebasan Palestina harus segera diraih. Darah, air mata, jiwa dan nyawa harus dilindungi. Namun bagaimana caranya menyelesaikan permasalahan ini? Persatuan umat lah yang menjadi solusi, dengan langkah berikut ini:

Pertama, kaum muslimin harus bersuara menyampaikan kebenaran. Kebenaran bahwa zionis Israel telah menjajah Palestina. Kebebasan terhadap rakyat Palestina harus segera direalisasikan. Menyadarkan umat bahwa al Quds adalah milik umat Islam. Hal ini wajib disuarakan di seluruh media, baik lewat aksi sosial, media sosial, media cetak, dll.

Kedua, kaum muslimin harus menentang solusi dua negara. Ini bukanlah solusi. Hal ini merupakan cara untuk menyerahkan tanah Palestina kepada penjajah (Israel) secara sah.

Ketiga, kaum muslimin harus mendesak pemimpin negeri muslim untuk bertindak nyata, mengerahkan segala kemampuannya, baik militer maupun kekuatan politiknya untuk membebaskan Palestina dari Zionis Israel.

Keempat, Khilafah Solusi Hakiki. Kita membutuhkan hadirnya kepemimpinan umat Islam yang akan benar-benar membawa misi pembebasan dan menggunakan militer dan kekuatan politiknya untuk membebaskan Al-Quds, Rohingya, Uighur dan semua negeri Islam yang saat ini dirampas dan diduduki penjajah.

Maka perjuangan umat muslim untuk tegaknya khilafah harus semakin kita kobarkan. Penjajahan Israel terhadap Palestina yang sungguh menyakitkan ini, kita jadikan pelecut untuk persatuan umat Islam. Ini adalah momen terbaik menyatukan sikap dan langkah kita mengakhiri penderitaan kaum muslim di seluruh dunia dan mewujudkan izzah Islam dan kaum muslim.

إنما الإمام جنة يقاتل من ورائه ويتقى به

“Sesungguhnya Imam adalah perisai di mana mereka (Muslim) berperang di belakangnya dan dengannya Muslim dilindungi”. [HR Muslim]. Wallahu’alam Bu ash shawab.

ERNI YUWANA