OPOP : PROGRAM BARU MENYASAR PONDOK PESANTREN

OPOP : PROGRAM BARU MENYASAR PONDOK PESANTREN

Pendidikan pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar baik bagi kemajuan pendidikan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Betapa kita dapat melihat bahwa pesantren-pesantren yang ada telah melahirkan para ulama dan kyai besar yang mampu mempengaruhi corak pemikiran Islam.

Di sisi lain, sejalan dengan perkembangan zaman ada sebagian pesantren yang kini mulai mengalami perubahan. Apalagi di iklim sekuler kapitalisme, pesantren pun tak luput disasar untuk melanggengkan hegemoninya. Misalnya program yang baru digulirkan oleh pemerintah Jawa Barat, One Pesantren One Product (OPOP) yang bertujuan agar pesantren di Jawa Barat dapat mandiri secara ekonomi.

Sejak pendaftaran secara online dibuka awal Maret 2019, lebih dari seribu pesantren di Jawa Barat mendaftarkan untuk mengikuti program OPOP ini. OPOP merupakan salah satu dari 17 program untuk mewujudkan pesantren juara, yang diluncurkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pertengahan Desember 2018 di pondok pesantren Al Ittifaq Rancabali Kabupaten Bandung.

Program One Pesantren One Product (OPOP) dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) berhasil memberdayakan ekonomi pondok pesantren (ponpes) dan memasarkannya ke pasar internasional.

Melalui program tersebut, lima koperasi ponpes di Jawa Barat diberangkatkan ke Istanbul, Turki, Selasa (26/11/19) untuk mengikuti pameran. Salah satunya adalah pesantren Al Ittifaq Kabupaten Bandung. Di sana kelima koperasi itu memamerkan produk unggulan, memperluas pasar, diskusi, dan bertukar ide terkait kemandirian ekonomi ponpes maupun sertifikasi halal. Perwakilan koperasi pesantren Al-Ittifaq Kabupaten Bandung Agus Setia Irawanpun mengapresiasi usaha Dinas KUK Jabar yang melibatkan koperasi ponpes di acara tingkat internasional. Dia berharap produk-produk unggulan ponpes Jabar dilirik badan usaha yang berkunjung dalam pameran tersebut.KOMPAS.com, (Rabu,27 November 2019).

Sementara itu, di tempat lain Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Oleh Soleh mengakui, program satu pesantren satu produk belum banyak dirasakan secara nyata oleh lembaga pendidikan keagamaan.

Bahkan beliau menyebutkan, program tersebut sebagaimana program lainnya, satu desa satu tahfidz, santri juara, dan ajengan juara baru sebatas seremonial. KOMPAS.com, (Minggu,17 November 2019).

Adalah suatu kebanggaan jika salah satu pesantren di Jawa Barat khususnya mendapat tempat untuk mengikuti sebuah kompetisi apalagi berskala internasional. Namun jika kita kembali kepada hakikatnya sebuah pesantren adalah tempat menimba ilmu-ilmu agama, dan pencetak para ulama bagi generasi yang akan datang, rasanya kurang tepat jika program yang digulirkan malah seakan jauh dari sisi agama. Sehingga masyarakat perlu berpikir lagi untuk berbangga dengan program ini, lebih jauh lagi harus mengetahui arah dan kepentingannya apa bagi pesantren itu sendiri.

Pendidikan semestinya menjadi pilar peradaban terbaik. Namun dalam habitat sekuler kapitalistik (memisahkan agama dari kehidupan) sistem pendidikan nyaris berubah fungsi. Sistem itu akan terus mencari cara untuk menjauhkan umat Islam dari ajarannya. Pesantren sebagai basic pendidikan dan pengajaran Islam akan dialihkan serta disibukkan untuk meraih dunia. Para santri yang awalnya dikader sebagai calon ulama akan mengalami pergeseran niat dan aktivitas bahkan menjadi agen program kapitalis. Apalagi dengan adanya OPOP ini, bukan tidak mungkin pesantren ini akan disibukan dengan berbagai kegiatan, mencari ide, membuat produk unggulan dan sebagainya. Begitupun dengan para santrinya,  pastinya ikut terlibat dalam mensukseskan pameran tersebut.

Hal tersebut tak lepas dari apa yang menjadi pandangan hidupnya. Ideologi kapitalisme sekuler yang bercokol di negeri ini memang diarahkan agar umat jauh dari ketaatan. Agama hanya dipandang sebatas ibadah saja sementara urusan kehidupan diserahkan kepada individu masing-masing. Belum lagi sistem ekonomi kapitalisnya yang sangat menonjol dalam ideologi ini, telah membius manusia menjadi pemuja harta, jabatan, dan kekuasaan.

Oleh karena itu,  kaum muslim harus waspada terhadap berbagai program yang mengatasnamakan kemajuan, padahal hakikatnya adalah misi terselubung dibalik itu yang sebenarnya lebih berbahaya karena lambat laun akan mengikis akidah umat. Umat akan terus digiring dan disekulerkan sehingga umat dengan sadar atau tidak telah memuluskan jalan para kapital.

Inilah potret buram saat ini ketika sistem kufur kapitalis terus bercokol di tengah umat Islam. Umat Islam sebagai mayoritas dibuat tak berdaya bagaikan buih di lautan. Terombang-ambing terbawa arus sekulerisme liberalisme yang nyata telah menghancurkan umat dengan ide kebebasannya. Para pengusung ide kufur tak akan pernah berhenti untuk memalingkan umat dari ajarannya, hingga berani memasuki pesantren-pesantren yang mereka paham bahwa di sanalah bibit-bibit pejuang Islam tumbuh.

Kita sebagai umat Islam tentunya jangan sampai tinggal diam menyaksikan berbagai kezaliman dan kemungkaran yang diakibatkan karena diterapkannya sistem kufur kapitalisme sekuler. Sebaliknya kita harus memahamkan kepada umat bahwa di atas pondasi akidah Islam yang kuat akan tumbuh generasi yang hebat, yang mempunyai pola pikir dan pola sikap Islam. Kita harus membuang jauh-jauh ide kufur sekuler liberal dan menggantinya dengan ide Islam kaffah yang akan menerapkan aturan Islam secara total. Tentunya dengan berdakwah secara terus menerus dan konsisten kepada masyarakat, terlebih lagi adalah memahamkan pemahaman hakiki ke pesantren-pesantren sebagai basic pendidikan Islam. Bahwa satu-satunya sistem yang wajib diterapkan adalah sistem Islam yang berasal dari al-khaliq al mudabbir, yaitu Allah SWT dan sudah terbukti berabad-abad lamanya mampu mensejahterakan umatnya.

Wallahu a’lam bi ash-shawab

Oleh: Sri Murwati

Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah