Derita Uyghur Derita Seluruh Kaum Muslim

Derita Uyghur  Derita Seluruh Kaum  Muslim

Akhir-akhir ini, dunia digegerkan dengan berita tentang penderitaan Muslim Uighur di Xinjiang-China. Didunia maya beredar begitu banyak foto-foto dan video militer China menyiksa kaum Muslim Uighur secara sadis tanpa ampun.

Rezim China juga telah mengeluarkan aturan baru yang melarang warga muslim Uighur melakukan ibadah atau mengenakan pakaian keagamaan didepan umum, termasuk melarang pria Muslim memelihara jenggot dan mengenakan hijab bagi wanita Muslimah.

Iklan KPU Sultra

Sedih dan marah adalah dua rasa dalam diri seorang Muslim yang menyatu ketika menyaksikan kenyataan yang menimpa saudara Muslim Uighur. Sedih atas nasib kenistaan Muslim Uighur dan marah pada rezim komunis China sang penista. Benarlah sabda nabi SAW, bahwa kaum muslim itu ibarat satu tubuh, jika salah satu bagian tubuh sakit, maka bagian yang lain ikut merasakannya. Dan itulah yang dirasakan kaum Muslim di Indonesia terkait penderitaan muslim Uighur.

Namun berbeda dengan perasan di negeri ini, sebab hingga saat ini rezim Jokowi belum juga melakukan tindakan ril terkait nasib muslim Uighur. Karena itu, sebagian besar kalangan menilai bahwa rezim Jokowi tidak merdeka dalam berpikir dan bertindak.

Sejumlah pengamat telah mencoba mengukur dan memperkirakan sikap Presiden Joko Widodo terhadap China dalam merespons dugaan pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur, diantaranya adalah Aaron Connelly (Peneliti kebijakan Luar Negeri dan Politik Asia Tenggara).

Aaron menilai bahwa Jokowi akan berpikir dua kali sebelum menyinggung China didepa publik, salah satunya karena kerja sama ekonomi terutama modal Beijing yang cukup besar tertanam di Indonesia. (CNN Indonesia).

Selain itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon menganggap pemerintah sebagai peliharaan China lantaran tak berani vokal mengkritik dugaan pelanggaran HAM etnis Uighur di Xinjiang.

“Sepertinya kita malah jadi puppet atau peliharaan China dalam kasus ini. Menurut saya, kita tidak bisa seperti ini,” ucap Fadli dalam diskusi bertema Mengungkap Fakta Pelanggaran HAM terhadap Etnis Uighur, di Jakarta, Rabu (20/12).

Fadli mengatakan bahwa sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar dan memiliki nilai kemanusiaan tinggi, pemerintah seharusnya bisa lebih garang lagi menghadapi China dalam menyikapi kasus ini. (CNN Indonesia/Andry Novelino).

Sebagai seorang Pemimpin yang beragama Islam, seharusnya rezim Jokowi memiliki feeling yang sama dengan masyaratnya yang mayoritas muslim. Sepantasnyalah Pemimpin negeri ini marah dan melakukan tindakan atas persekusi yang dilakukan China terhadap Kaum Muslim Uighur.

Seharusnya pemimpin negeri ini belajar pada kisah dua (2) pemimpin yang luar biasa dalam sejarah, yaitu Rasulullaah Shallahualaihi Wassallam dan khalifah kedelapan dinasti Abbasiyah yang kisahnya tertuang dalam artikel hidayatullah.com.

Kisah pertama: ada Seorang wanita Muslimah yang duduk di dekat pengrajin perhiasan. Tiba-tiba beberapa orang diantara mereka hendak menyingkap kerudung yang menutupi wajahnya. Diam-diam tanpa diketahui Muslimah tersebut, pengrajin perhiasan ini mengikat ujung jilbabnya, dan ketika ia bangkit, auratnya seketika itu juga tersingkap. Muslimah ini spontan berteriak dan seorang laki-laki Muslim yang berada didekatnya melompat kepengrajin perhiasan itu dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi kemudian membalas dengan mengikat laki-laki Muslim tersebut lalu membunuhnya.

Kejadian diatas membuat kesabaran Rasulullaah Shallahualaihi Wassallam habis setelah sebelumnya mereka berupaya mengadu domba Aus dan Khazraj sehingga hampir saja diantara kedua suku ini terjadi peperangan, mengganggu kaum Muslimin dan mengabaikan nasihat Rasulullaah Shallahualaihi Wassallam.

Akhirnya, Rasulullaah Shallahualaihi Wassallam bersama pasukan kaum Muslim berangkat menuju tempat bani Qainuqa dan mengepung mereka dengan ketat. Bani Qainuqa yang pongah dan sombong ini akhirnya bertekuk lutut dan menyerah setelah dikepung selama 15 hari. Allah Subhanahu Wataala memasukkan rasa gentar dan takut ke dalam hati orang Yahudi itu.

Hampir saja semua kaum laki-laki Bani Qainuqa ini dihukum mati oleh Rasulullaah Shallahualaihi Wassallam. Namun keputusan itu berubah ketika dedengkot kemunafikan, Abdullah bin Ubay mendesak Rasulullaah Shallahualaihi Wassallam untuk memaafkan mereka. Dan akhirnya Rasulullaah Shallahualaihi Wassallam bermurah hati dan memerintahkan Bani Qainuqa ini untuk pergi sejauh-jauhnya dan tak boleh lagi tinggal di Madinah.

Kisah kedua terjadi pada masa khalifah al-Mutashim Billah, khalifah kedelapan dinasti Abbasiyah dimana beliau sebagai pemimpin kaum Muslim menunjukkan kemarahan dengan menyerang kaum Romawi yang menawan seorang wanita Muslimah dikota Amurriyah.

Kota Amurriyah yang dikuasai oleh Romawi saat itu berhasil ditaklukkan oleh al-Mutashim. Pada penyerangan itu sekitar 3.000 tentara Romawi tewas terbunuh dan sekitar 30.000 menjadi tawanan.

Penawanan seorang Muslimah oleh tentara Romawi adalah faktor pendorong penaklukan kota Ammuriyah. Muslimah itu berseru, Wahai Muhammad, wahai Mutashim! Setelah informasi itu terdengar oleh khalifah, ia pun segera menunggang kudanya dan membawa bala tentara untuk menyelamatkan wanita tersebut skaligus menaklukkan kota tempat wanita itu ditawan. Setelah berhasil menyelamatkan wanita tersebut al-Mutashim mengatakan, Kupenuhi seruanmu, wahai saudariku!.

Itulah dua kisah yang mencontohkan sikap tegas seorang pemimpin saat kaum muslim yang lain di sakiti. (https://www.hidayatullah.com)

Begitulah seharusnya sikap seorang pemimpin jika memiliki aqidah yang sama sebagai seorang Muslim. sebab sekali lagi perlu ditegaskan bahwa kaum muslim itu bagaikan satu tubuh, jika ada kaum muslim yang disakiti maka yang lain akan ikut merasakannya. karna itu sepantasnya sebagai kaum mulsim wajib membela dan membebaskan Saudaranya yang tertindas di Uighur-Xinjiang.

Berkata Syaikh Muhammad Hayat As-Sindi: “Persaudaraan Islam itu lebih kuat dari persaudaraan karena nasab”. Karena itu tidak boleh menzhalimi saudaranya sesama muslim dalam bentuk apapun. Tidak boleh mendiamkan untuk tidak menolongnya jika melihat ia dizhalimi, karena setiap mukmin diperintahkan saling tolong-menolong seperti sabda Nabi:

“Tolonglah saudaramu dalam keadaan zhalim atau dizhalimi”, ia berkata (Abu Hurairah), ‘wahai Rasulullah, aku tolong dia dalam keadaan dizhalimi, lalu bagaimanakah aku menolongnya dalam keadaan zhalim?’, beliau bersabda: “Kamu cegah dia dari kezhaliman nya maka itulah pertolonganmu kepada nya.”(HR. Al-Bukhari).

Hadist diatas merupakan penegasan bahwa sebagai sesama kaum muslim (Khususnya para Pemimpin negeri Muslimin) kita wajib menolong kaum muslim Uighur di Xinjiang yang hari ini sedang dizholimi oleh rezim Komunis China. Namun karena faktanya pemimpin-pemimpin Muslimin saat ini enggan untuk menolong kaum Muslim Uighur, maka ini adalah bukti untuk yang kesekian kalinya bahwa tak ada solusi lain kecuali dengan Khilafah, sebab hanya Khilafah sajalah yang mampu menggerakkan pasukannya untuk melong kaum Muslim yang sedang dizholimi dimanapun itu. WaLlahu alam bish-shawab!

Oleh : Rismawati (Mahasiswi Muhammadiyah Kendari)