Umar Marhum Ajak Penggiat Media Tingkatkan Kemampuan Akademik

Dr Umar Marhum

Wakil Direktur Produksi dan Sumberdaya Manusia (Wadir Produksi dan SDM) Surat Kabar Harian Rakyat Sultra, Dr. Umar Marhum, STP.,MH, yang berhasil mempertanggungjawabkan disertasinya dihadapan para penguji internal dan eksternal pada ujian terbuka, 21 November 2019 lalu, ini Kamis (30/1) di wisuda.

Umar Marhum masuk dalam kategori wartawan senior, yang memulai karir kewartawanannya sejak 1996, ketika itu masih duduk dibangku kuliah diploma tiga (D3) Agroindustri di Universitas Halu Oleo (UHO), hari ini membukukan sejarah tercatat sebagai wartawan pemecah rekor pertama yang menyandang gelar akademik tertinggi di kalangan wartawan se Sulawesi Tenggara.

Melalui judul yang diangkat dalam penelitian Disertasinya “Analisis Framing Pemberitaan Pers Lokal dalam Implementasi Kebijakan Lingkungan dan Tata Kota Pemerintah Kota Kendari” dibawa bimbingan Prof. Dr. H. Muhammad Jufri Dewa, SH, M.Si selaku Promotor, Dr. Ir. Jamal Bake, M.Si selaku Ko Promotor 1 dan Dr. Muh Najib Husain selaku Ko Promotor 2, mengantarkan bapak dari empat orang anak ini, meraih gelar doktor, pada Program Studi Ilmu Manajemen, Konsentrasi Ilmu Administrasi Publik pada Universitas Halu Oleo Kendari.

Wakil Komandan Resimen Mahasiswa (Wadan Menwa) Halu Oleo Provinsi Sultra ini, dalam disertasinya menemukan satu alat analisis baru, yaitu Balanced News dari empat alat analisis Framing versi Robert N. Entman yang telah lebih duluan ada, masing-masing, Define Problem, Diagnose Causes, Make Moral Judgemant dan Traitmen Recommendation. Sehingga tersusun alat analisis framing versi terbaru menurut Umar Marhum, yaitu, Define Problem, Diagnose Causes, Make Moral Judgemant, Traitmen Recommendation dan Balanced News.
Dalam pertangungjawaban penambahan alat analisis baru dalam temuan disertasinya itu.

Dosen tetap yayasan Universitas Lakidende pada Fakultas Ilmu Hukum ini, menegaskan, bahwa untuk mengetahui teknik pembingkaian atau arah keberpihakan suatu media, dapat dianalisis pada teks pemberitaan yang telah dipublishnya, dan sangat tepat jika menggunakan alat analisis balanced news.

Karena berita yang baik adalah berita yang berimbang, dengan memuat keterangan narasumber berasal dari kelompok yang pro dan kontra terhadap suatu kebijakan atau pokok permasalahan, sehingga temuan tersebut tak dapat terbantahkan oleh teori apapun juga.

“Cukup dua narasumber dalam sebuah berita, tetapi narasumbernya berasal dari dua pihak yang pro dan kontra maka itulah yang dimaksud dengan berita yang berimbang (balanced news). Sebaliknya walaupun terdapat tiga, empat atau lebih narasumber dalam berita itu, tetapi narasumbernya hanya berasal dari kelompok yang pro ataupun yang kontra saja, maka berita itu terdeteksi memihak,” ujar dosen luar biasa pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) 66 Kendari ini.

Kelebihan analisis framing versi Robert. N Entman dalam alat analisisnya mengedepankan rekomendasi penyelesaian masalah. Pada point yang satu ini yang belum secara sempurna dilakukan oleh para penggiat media, baik cetak, TV, elektronik maupun media on line di daerah ini.

Sementara sebaik-baik berita adalah berita yang berimbang dan menawarkan solusi penyelesaian dari suatu masalah.

“Sebagai wartawan pertama di Sultra yang meraih gelar doktor, yang merupakan prestasi akademik tertinggi, saya juga mengajak dan memotivasi teman wartawan yang lainnya, agar meningkatkan kapasitas dan kemampuan dengan menempuh pendikan formal. Sehingga kedepan akan lahir doktor-doktor baru dikalangan wartawan dari berbagai media di daerah ini, dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda pula tentunya,” ujarnya.

Sebab, tambah dia, dapat diyakini dengan kapasitas pendidikan wartawan yang mumpuni, akan melahirkan pemberitaan media yang baik dan mencerdaskan.

“Karena dengan ilmu yang dimilikinya, bisa menganalisa, memahami sebuah persoalan dan dapat menuliskan beritanya dengan baik dan benar sesuai fakta,” tegasnya.

(H U M)