tegas.co., BUTON UTARA SULTRA – Rencana pembangunan sumur bor oleh pemerintah daerah kabupaten Buton Utara (Butur) melalui Dinas Pertanian menuai protes dari petani.
Pembangunan sumur bor tersebut untuk mengairi puluhan hektar lahan persawahan namun Petani Desa Een Sumala Tolak Perencanaan Pembangunan Sumur Bor tersebut.
Darman salah satu petani Desa Een Sumala menjelaskan, rencana pembangunan sumur bor tersebut tidak pernah diusulkan ataupun di sosialisasikan ke petani.
Sehingga tidak jarang program yang diturunkan oleh pemerintah tidak tepat sasaran.
“Kami bukan berarti tidak terima program bantuan dari pemerintah, kami masih sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah, hanya bila kami melihat bantuan tersebut tidak ada asas manfaatnya lebih baik di alihkan ke tempat lain yang benar-benar menyentu lanngsung petani,”terang Darman.
Menurutnya lebih tepat anggaran sumur bor tersebut dialihkan ke pengadaan hand traktor atau mesin perontok padi karena petani masih sangat membutuhkan alat-alat tersebut.
Ia menduga rencana pembangunan sumur bor tersebut berdasarkan usulan calon kontraktor bukan dari petani.
“Kami tau ada proyek pembangunan sumur bor nanti ada yang mengukur itupun dilakukan malam-malam. Kami keheranan melihat ada yang mengukur malam,”terangnya.
Ia mengharapkan agar pemerintah mempertimbangkan kembali rencana pembangunan sumur bor tersebut. Selain itu juga pihak dinas untuk turun langsung ke lapangan sehingga apa yang menjadi keluhan masyarakat dapat di dengar langsung.
“Memang pernah turun pak Kadis, tapi hanya turun silaturahmi biasa dan lebih banyak berinteraksi dengan kontraktor,” paparnya.
Traktor dan mesin penggilin padi atau Huller harapan Petani
Iwan petani lainnya juga menjelaskan bahwa pembangunan sumur bor tersebut terkesan mubasir dan tidak termanfaatkan.
“Pembangunan sumur bor itu tidak ada gunanya, kalaupun ada sumur bor debit airnya tidak akan mampu mengairi sawah keseluruhan. Sumur bor ini kita manfaatkan hanya pada saat musim panas tapi saya yakin tidak akan mampu, sudah banyak contoh sumur bor tapi tidak terpakai seperti di desa Angkalo ada berapa sumur bor tidak ada gunanya,”jelasnya
Menurutnya anggaran sumur bor tersebut dialihkan ke pengadaan mesin huller atau mesin penggiling padi,”Seandainya bisa dana pembangunan sumur bor itu dialihkan saja ke mesin heler itu akan lebih menyentuh petani,”katanya
Hal senada juga di ungkapkan Nur Aini, seorang petani mengatakan, lebih setuju pengadaan huller dari pada sumur bor,”Kalau bisa diadakan heler saja, di desa kami ini belum ada huller, kami sangat kesulitan, untuk menggiling padi kami harus ke desa tetangga yang berjarak sekitar 4-5 Km dari sini, “Keluhnya.
Nur Hana juga mengungkapkan hal yang sama, ia mengaku sangat kesulitan untuk menggiling hasil pertaniannya, untuk menggiling padi harus rela menempuh jarak hingga lima kiloan.
“Disini belum ada heler, kami sangat kesulitan terlebih musim hujan menggiling padi jauhnya harus ke SP 4 atau ke SP 5,” tuturnya.
MIRDAN/MAS’UD