Peluang Kerja ke Luar Negeri, Tenaga Perawat Masih Kurang Antusias

tegas.co. KENDARI, SULTRA – Setiap tahunnya, tenaga medis di Sultra terus bertambah, sedangkan peluang kerja bagi lulusan di bidang kesehatan ini justru sangat minim. Untuk itu CEO Indonesian Nursing Trainers (INT), melakukan sosialisasi guna mendukung program pemerintah oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang menciptakan peluang kerja di luar negeri dan migrasi secara aman di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mandala Waluya Kendari.

Calon tenaga Perawat saat mengikuti training. FOTO : Int

CEO Indonesian Nursing Trainers (INT), Syaifoel Hardy mengungkapkan, penawaran kerja ke luar negeri ini sudah dilaksanakan sejak dua tahun lalu, namun hingga saat ini peminatnya masih minim, dikarenakan masih adanya rasa ketakutan akan program pemerintah tersebut.

Iklan ARS

“Kalau saya lihat, perawat-perawat kita ini memang masih takut, mereka khawatir jangan sampai dibohongi atau ditipu,” ujar Syaifoel Hardy.

Namun sayangnya kata dia, para lulusan kesehatan tersebut masih dibayangi akan ketakutan untuk keluar negeri, padahal pemerintah sudah menawarkan ribuan pekerjaan bidang keperawatan di Timur Tengah dan Asia Pasifik. Karena lulusan akademi perawat Indonesia sangat dibutuhkan di negara-negara tujuan seperti, Amerika Serikat, Australia, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Arab Emirat (UAE), Jepang dan Taiwan.

“Saat ini masih sangat minim yang bersedia mengisi peluang kerja ini. Jumlahnya masih di bawah 500 orang hingga di tahun kedua. Khusus untuk di Provinsi Sultra, dari 20 perawat yang mengikuti sosialisasi dan pelatihan di tahun 2016 lalu, hanya 6 orang saja siap dan saat ini sudah berada di Timur Tengah,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, tawaran kerja untuk ribuan tenaga kesehatan(perawat untuk bekerja di rumah sakit), maupun careworker atau caregiver (perawat untuk orangtua usia lanjut) tahun ini bukan hanya di timur tengah saja. Permintaan akan jasa perawat Indonesia juga dibutuhkan negara tetangga di Asia Tenggara seperti Singapura.

“Untuk Singapura kita diberi kuota sebanyak 120 orang, dengan estimasi 40 laki-laki dan 80 perempuan,” jelasnya.

Syaifoel menambahkan, program tersebut harus disosialisasikan secara semaksimal, agar informasinya dapat sampai ke sejumlah daerah di Indonesia. Pada dasarnya, lanjut dia, perubahan mainset masyarakat dapat dilakukan melalui sosialisasi dan pelatihan.

“Hal lain yang juga masih terjadi di masyarakat, yakni pola pikir mereka yang masih berkutat soal sulitnya mendapatkan pekerjaan ke luar negeri. Nah, mainset inilah yang harus dirubah,” tambahnya.

Sama halnya dengan proses penyaluran tenaga kerja di sektor umum, peluang kerja nurse ini juga ada masa tunggu atau karantina, yang waktunya bervariasi antara 1 hingga 2 bulan. Adapun berkas yang harus disiapkan yakni paspor, ijazah, transkrip nilai, Kartu Keluarga, KTP, SKCK dan surat persetujuan orang tua.

“Lulusan D3 dan S1 kesehatan harus segera diantisipasi, hal ini merupakan kendala yang luar biasa besar apakah mereka memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) atau tidak,” Pungkasnya.

TAMMA / HERMAN